Berusia 69 Tahun Jadi Mahasiswa Doktoral ITB, Rudy Setyopurnomo Ingin “Mengilmiahkan” Pengalamannya Membangun Perusahaan
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
Rudy Setyopurnomo (Dok. Pribadi)
BANDUNG, itb.ac.id--Usia bukan penghalang bagi seseorang untuk belajar. Semangat itulah yang coba diterapkan oleh Rudy Setyopurnomo, mahasiswa Program Doktor pada Program Studi Sains Manajemen, SBM ITB. Ia merupakan mahasiswa “tertua” dengan usia 69 tahun, pada Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) ITB Semester I TA 2021/2022.
“Saya senang ilmu dan saya senang menyekolahkan anak muda. Karena saya percaya ilmu sangat bermanfaat untuk membimbing bangsa," ujar Rudy saat berbincang dengan Reporter Humas ITB melalui sambungan telepon, Selasa (16/8/2021). Pria yang sudah malang melintang di berbagai perusahaan itu memilih ITB untuk melanjutkan S3 karena ingin membuat "ilmiah" pengalaman-pengalamannya dalam mengelola perusahaan.
“Pengalaman saya cukup banyak termasuk membuat perusahaan yang bangkrut menjadi hidup kembali dan kuat, namanya metode turn around perusahaan. Metode yang dipakai yaitu EBITDA atau earning before interest, taxes, depreciation, and amortization,” jelasnya.
Dia meyakini bila melanjutkan pendidikan doktor, ilmu terapan manajemen yang dia miliki bisa menjadi ilmiah dan mampu dipraktikkan untuk semua orang. Untuk itu, topik riset yang ia ajukan sebagai proposal ialah “Essentials of Strategy Execution System to Manage Business Risks and Operation Profitability: Operation Management by EBITDA Daily Control to minimize operational risks and maximize operation profitability’.”
"Intinya bukan untuk mencari titel semata tetapi bagaimana membuat ilmu lapangan menjadi scientific, supaya dipakai banyak orang dan bermanfaat," ujarnya singkat. Ia memilih ITB sebagai tempat melanjutkan studi karena ITB adalah salah satu kampus terbaik di Indonesia, terutama untuk bidang sains manajemen.
Perlu dicatat, pemilik nama lengkap Ir. Rudy Setyopurnomo MM; MPA; MSM itu merupakan lulusan ITB tahun 1976. Ia lulus dan meraih gelar Insinyur di bidang teknik mesin. Pada 1990, melanjutkan ke Universitas Indonesia mengambil Master of Management. Tahun 1991 melanjutkan studi lagi ke Harvard University mengambil Master of Public Administration, tahun 1992 sekolah kembali ke Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengambil Master of Science in Management, lalu pada 1994, melanjutkan Post Graduate-sandwich program, di Stanford University.
Kini ia menjadi Founder, CEO PT Equiti Manajemen Teknologi dan Founder, Direktur Fountain Bali Hydro System Corp. Ltd. Hongkong.
Dengan pengalaman dan aktivitas yang padat, cara dia membagi waktu adalah dengan menyisihkan waktu untuk belajar. Karena tujuan utamanya adalah menjadikan pengalamannya sebagai metode ilmiah, maka satu-satunya jalan adalah masuk program doktor.
Ia memberi semangat kepada mahasiswa ITB pada khususnya dan umumnya para pemuda, untuk bisa masuk MIT dan juga Harvard. Sebab berdasarkan pengalamannya, tingkat kesulitan di perguruan tinggi tersebut tidak lebih sulit dari di ITB. "Jangan pernah takut daftar ke universitas terbaik di dunia setelah lulus dari ITB, pasti bisa," ujarnya. "Coba diukur IQ-nya, kalau di atas 130 sebaiknya mengambil Ph.D.”