Kampanye "Hairdressers Against AIDS" Kerjasama L'Oreal dengan HMF-ITB
Oleh
Editor
BANDUNG, itb.ac.id - Bertempat di Blitz Megaplex, Paris van Java, Bandung, pada Selasa (11/3) kemarin, L'Oreal dan HMF-ITB telah menyelenggarakan kampanye AIDS yang khusus ditujukan kepada para penata rambut di Bandung. Acara kampanye yang terdiri dari 3 sesi seminar dan pemutaran film "Perempuan Punya Cerita" ini menghadirkan Yayasan AIDS Indonesia, UNESCO Indonesia, serta artis pendukung dari film "Perempuan Punya Cerita".
"Sebenarnya idenya adalah bagaimana memanfaatkan profesi penata rambut untuk menjalankan edukasi mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat. Karena penata rambut merupakan sebuah profesi yang unik. Umumnya seorang langganan seorang penata rambut dapat pergi ke salon sekitar 6 kali dalam setahun, dan pada setipa kunjungannya, kedua orang ini, penata rambut dan langganannya, memiliki waktu yang cukup panjang untuk berbicara mengenai apapun. Dalam 1-2 jam, dari mulai masalah anak si langganan yang masih SD sampai isu terbaru di 'infotainment' pun dapat diperbincangkan, itulah sebabnya penata rambut sangat potensial untuk dijadikan juru bicara AIDS di masyarakat," ungkap Arifaldi Dasril, Brand PR & Cunsumer Relations Manager Professional Products Division PT L'Oreal Indonesia.
Walaupun demikian Arif, sapaan akrab Arifaldi Dasril, mengatakan bahwa pada awalnya cukup berat bagi panitia untuk mengajak para penata rambut di Bandung untuk menghadiri kampanye tersebut, "Karena yang dibawa adalah isu AIDS, banyak yang merasa tersinggung, bahkan marah. Sebagian juga takut jika pelanggannya justru akan pergi jika salonnya dihibungkan dengan sesuatu yang bernada tentang AIDS. Padahal di sini kita hendak mengedukasi mereka tentang bagaimana praktek salon yang higienis agar tidak menularkan berbagai penyakit. Sebab ada beberapa peralatan yang berisiko menularkan penyakit semacam HIV/AIDS jika tidak disterilkan dahulu, contohnya adalah kikir dan gunting kuku untuk menikur-pedikur. Walaupun angka penderita AIDS yang tertular HIV karena praktek salon yang tidak higienis baru tercatat sebanyak satu orang, kami percaya data penderita HIV/AIDS di Indonesia yang tercatat adalah fenomena gunung AIDS, lagipula selain AIDS juga banyak penyakit menular seksual lain yang tidak kalah besar urgensinya untuk dicegah penularannya."
Pendapat ini dibenarkan oleh Dr. Jessie Sofia Pamudji yang menjadi pembicara tentang pencegahan universal HIV/AIDS yang salah satu caranya adalah dengan mensterilisasi peralatan-peralatan salon. "Ada anggapan yang salah bahwa dengan mensterilkan gunting ataupun peralatan salon berisiko lainnya dengan cairan hipoklorit selama 10 menit saja sudah dapat meniadakan seluruh mikroorganisme yang ada. Padahal tidak demikian, sterilisasi dengan hipoklorit mungkin hanya dapat menghilangkan sekitar 40% mikroba. Cara yang paling aman adalah dengan menggunakan autoklaf, meskipun banyak yang beranggapan ini menjadi beban biaya bagi salon, tetapi sebenarnya harga dari alat autoklaf ini sendiri cukup terjangkau."
Setelah 3 sesi seminar yang masing-masing disampaikan oleh L'Oreal Indonesia, Sekolah Farmasi ITB, serta Yayasan AIDS Indonesia dengan UNESCO Indonesia, maka peserta seminar menyaksikan penayangan film "Perempuan Punya Cerita" dimana si penulis cerita, Melissa Karim, juga menjadi MC di sepanjang acara seminar.
Dari hasil seminar ini, puluhan penata rambut di Bandung telah terdaftar resmi sebagai juru bicara AIDS. "Sebenarnya yang lebih ingin kita jangkau adalah penata rambut kelas C yakni tukang cukur rambut yang melakukan praktek di gang-gang dan jalan-jalan. Sebab merekalah yang jumlahnya paling banyak dan juga memiliki risiko yang besar dalam melakukan praktek salon yang tidak higienis."