Betti Alisjahbana: Akan Lepaskan Jabatan Presiden Direktur Untuk IA- ITB
Oleh hendra adi putra
Editor hendra adi putra
Sorot mata tenang dan tutur halus dan teratur yang keluar dari mulutnya dengan sekali-kali condongan kepala untuk menyimak tidak memperlihatkan keletihan dan kejemuan dari wanita itu. Sudah beberapa jam berlalu. Jarum jam telah menunjuk ke arah angka sepuluh, namun ia tetap tenang memberikan penjelasan kepada undangannya. Betti Alisjahbana memang tidak sedang memimpin rapat sebagai CEO PT IBM Indonesia seperti biasa. Malam itu di hotel Bumi Sawunggaling Bandung, dihadapan dosen-dosen ITB, Betti berbicara banyak perihal pencalonannya sebagai ketua Ikatan Alumni Institut Teknlogi Bandung (IA ITB).
Lulusan Teknik Arsitektur ITB tahun 1984 (AR’79) ini memang sangat disibukan dengan kegiatan kampanye dalam menghadapi pemilu IA ITB tanggal 17-19 November nanti. Mengenai kesibukan ini, Betti mengaku telah merundingkannya dengan suami dan kedua anaknya serta telah mendapatkan dukungan penuh atas pilihannya ini. Walaupun kini akhir pekan yang biasanya sebagai waktu bersama keluarga harus diisi dengan kegiatan mempersiapkan pemilu.
Betti Alisjahbana dikenal oleh orang- orang sekitar dan tim suksenya sebagai pribadi yang mudah akrab, tidak membuat jarak dengan orang lain, komunikatif, mudah diakses, profesional, dan bersih dari KKN. Hal itu tercermin dari kemudahan untuk menghubungi beliau melalui telepon, email, dan sms. Pengalaman profesional dalam dan luar negrinya juga menjadi sebuah bukti bahwa beliau bukan wanita biasa. Sebagai Presiden Direktur wanita pertama dalam tujuh puluh tahun operasioanal IBM di Indonesia dan Asia Pasifik, Betti juga dikenal melalui sederet aktivitas. Diantaranya adalah sebagai anggota MWA ITB wakil masyarakat, ketua Yayasan ITB 79, ketua panitia Reuni 25 tahun ITB’79, dan ketua dewan juri Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA).
Pilihannya untuk mencalonkan diri sebagi ketua IA pun diakuinya sebagai rasa penasaran dan ‘greget’ melihat kolaborasi potensi alumni, ITB, dan Indonesia yang kurang dimaksimalkan. Betti berharap agar IA ITB dapat terasa manfaatnya bagi alumni, ITB, maupun bangsa. Betti menyadari bahwa untuk membentuk IA ITB yang profesional, transparan, dan kreatif tidak cukup hanya direncanakan saja tapi juga harus dengan pelaksanaan yang baik. Oleh karena itu, keputusan untuk menjadi ketua IA pun tak tanggung-tanggung Ia lakukan. “Saya akan lepaskan posisi saya sebagai direktur” ungkapnya dengan yakin.
Ditanyai mengenai rencana yang akan dilakukan apabila gagal dalam pemilu nanti, Betti menuturkan akan tetap mengadakan program pengembangan diri dan kewirausahaan selama setahun kedepan dan siap membantu IA ITB jika diminta. Setelah 23 tahun berkecimpung di dunia bisnis, secara karir dan finansial Betti sudah saatnya ia memusatkan perhatiannya pada kegiatan sosial yang lebih bermanfaat untuk orang banyak dengan lebih serius. Ia yakin IA ITB dapat menjadi sarananya untuk berkontribusi. Sepertinya itulah yang tergambar dari ucapannya, “Hidup itu singkat jadi mesti memanfaatkan waktu itu hingga berkesan, berkesan dalam arti memberikan ‘impact’ bagi diri, keluarga, dan masyarakat.” Betti pun meyakini bahwa kemampuan, ilmu, dan akal semakin digunakan akan semakin berkembang. “Jadi jangan berhenti melakukan sesuatu.”ujarnya.