Prof. Djoko Santoso: ITB Tempat untuk Mengembangkan Diri
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id -- Institut Teknologi Bandung (ITB) memberikan Penghargaan Pengabdian 40 tahun kepada Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M. Sc., atas dedikasinya untuk kemajuan pendidikan Indonesia khususnya ITB. Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi DEA., menganugerahkan langsung penghargaan tersebut usai upacara HUT ke-73 RI di Lapangan Saraga, Jumat (17/8/2018) lalu.
Prof. Djoko adalah Rektor ITB periode 2005-2010. Ia merupakan Guru Besar ITB dari kelompok keahlian Geofisika Terapan dan Eksplorasi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan. Ia memulai jenjang pendidikan S1 di ITB tahun 1976, kemudian S2 di Asian Institut Technology Thailand tahun 1982 dan S3 di ITB tahun 1990.
Selama mengabdi di ITB, banyak suka dan duka dirasakan. Berbagai jabatan pun pernah ia sandang mulai dari dosen hingga menjadi rektor. Dia mengatakan, ada banyak perbedaan suasana kampus dari dulu hingga sekarang. "Suasa di kampus sangat berbeda tentunya, pada waktu itu lebih relatif sangat sunyi jadi menyenangkan sekali. Sekarang ini gedungnya semakin penuh dan orangnya juga semakin banyak," katanya kepada Humas ITB.
Kendati demikian, Prof. Djoko merasa, ITB adalah tempat yang menyenangkan untuk mengembangkan diri. Meskipun zaman sudah berubah, suasana itu tetap dipertahankan hingga sekarang sejak kampus tersebut berdiri. Ketika tahun 1972 mahasiswa ITB hanya 3.500 sekarang semakin banyak sampai 20 ribu lebih.
"Tapi ada satu hal penting yang tetap dipertahankan ITB, yaitu memelihara bagaimana semua orang mendapatkan kesempatan untuk berkembang. Nah itu saya alami tentunya dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga di dalam seluruh karir saya di ITB yang sekarang diberi penghargaan 40 tahun saya mengalami sebagai dosen yang paling muda sampai dengan dosen yang senior," katanya.
Prof. Djoko yang lahir di Bandung pada 9 September 1953 silam itu mengaku, sampai sekarang masih aktif di ITB mengajar dan membimbing mahasiswa pada program Sarjana, Magister dan Doktor. Di usia yang tak muda lagi, ia lebih memilih menyibukkan diri ketimbang tak mengerjakan apa-apa. "Lebih baik sibuk itu menyenangkan ketimbang pusing tidak ada yang harus dikerjakan," tuturnya.
Prof. Djoko meyakini ITB akan semakin berkembang dan semakin lebih baik. Karena baginya, ITB merupakan kumpulan dari orang-orang yang berkeinginan maju kedepan. "Marilah kita tidak takut melakukan hal yang sama sekali baru untuk kemajuan ITB ini," pungkasnya.