Prof. Mikrajuddin Abdullah, Guru Besar ITB Peraih Penghargaan Habibie Award 2018

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id -- Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB, Prof.Dr.Eng. Mikrajuddin Abdullah M.Si mendapatkan penghargaan Habibie Award Tahun 2018 dalam bidang ilmu dasar dari Yayasan Sumber Daya Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Yayasan SDM Iptek) di Jakarta pada Selasa (13/11/2018). 

Ahli fisika nanomaterial tersebut tercatat telah menghasilkan karya-karya besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya riset di bidang nano sintesis, karakterisasi, dan pengembangan teori. Prof. Mikrajuddin telah menghasilkan sejumlah capaian yang cukup baik dalam bidang keskolaran. Ia telah menghasilkan lebih dari 300 makalah ilmiah. Dari jumlah tersebut sekitar 140 merupakan makalah internasional (terindeks di Scopus). Dan dari 140 makalah internasional tersebut, 94 merupakan makalah jurnal ilmiah internasional dan 46 makalah diprosiding internasional (terindeks di Scopus). 

Pada Agustus 2018 jumlah sitasi yang tercatat di Scopus sekitar 1.735 dengan h-index 21. Pada waktu yang sama, jumlah sitasi yang tercatat di Scholar Google adalah 2.806 dengan h-index 26. Berdasarkan data SINTA dari Kemenristekdikti, skor yang dicapai adalah 95,15 dan merupakan skor SINTA tertinggi ke-2 untuk dosen ITB dan tertinggi ke-7 tingkat nasional (Agustus 2018). Prof. Mikrajuddin juga telah menghasilkan 13 karya patent yang terdiri dari 3 patent granted dan 10 patent terdaftar.

Selain Prof. Mikra, dua orang penerima penghargaan lainnya adalah Prof dr Rovina Ruslami SpP, PhD (ilmu kedokteran) dari Universitas Padjajaran, dan Prof dr Edvin Aldrian B. Eng, M.Sc (ilmu rekayasa) dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Ketua Pengurus Yayasan SDM IPTEK, Wardiman Djojonegoro mengatakan Habibie Award diberikan kepada ilmuwan-ilmuwan terpilih. Penghargaan tersebut diberikan kepada para ilmuwan yang telah berinovasi demi peningkatan IPTEK di Indonesia.

Lulus sebagai sarjana Fisika ITB tahun 1992, kemudian pada 1993 melanjutkan ke program Magister Fisika ITB dan lulus tahun 1996. Tahun 1994 diangkat sebagai dosen di Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung. Tahun 1998-1998 menjadi Research Student di Hiroshima University, Jepang dan tahun 1999-2002 menempuh program Doktor di Universitas yang sama atas beasiswa dari Monbusho, Jepang lulus pada 2002 lulus dengan gelar Dr.Eng. (Doctor of Engineering) di bidang Teknik Kimia. 

Fokus utama riset selama program doktor yang dilakukan adalah sintesis dan karakterisasi nanomaterial dan pengembangan teori yang terkait dengan nanomaterial. Tahun 2002-2004 mendapatkan Post Doctoral Fellowship dari Japan Society for the Promotion of Science (JSPS), untuk melakukan riset di Hiroshima University dalam bidang nanomaterial (sintesis, karakterisasi, dan pengembangan teori). Kemudian tahun 2004 kembali ke tanah air. Beliau mendapat jabatan profesor di bidang Fisika Nanomaterial pada Juni 2010 pada usia 41 tahun 8 bulan.

Prof. Mikrajuddin mengajak kepada para periset di Tanah Air untuk tetap berkarya, tidak mengeluh dengan keterbatasan fasilitas, bahwa dalam kondisi yang terbatas pun kita masih bisa melakukan riset dan menghasilkan karya yang bermutu.

"Ketika saya kembali (dari Jepang), beberapa alat riset yang saya butuhkan tidak ada. Tetapi kondisi seperti ini dapat membuat kita lebih kreatif. Yang ada dalam pikiran saya adalah, kalau kita tidak punya alat, mari kita buat sendiri. Mungkin bentuknya tidak sebagus yang dijual di pasaran, tetapi minimal berfungsi sebagaimana alat yang dijual," katanya seperti yang ia tulis dalam Booklet Habibie Award.

*Beberapa alat penelitian yang dibuat Prof. Mikrajuddin dari bahan sederhana tetapi sanggup menghasilkan karya ilmiah bermutu. (Foto: Dok. Prof. Mikrajuddin Abdullah)



*Reaktor pengolah air limbah yang dibuat dengan memanfaatkan nanomaerial yang diaktifkan sinar matahari (Foto: Dok. Prof. Mikrajuddin Abdullah)

Para periset, kata Prof. Mikrajuddin, khususnya lulusan doktor dari perguruan tinggi hebat di luar negeri, harusnya bisa menjadi pahlawan riset setelah kembali ke Tanah Air. Pahlawan bukanlah orang yang bekerja dalam kondisi serba ada dan serba nyaman. Pahlawan adalah orang yang mampu bekerja dalam suasana yang sangat tidak nyaman untuk menciptakan kondisi yang nyaman bagi generasi mendatang. "Para pahlawan adalah orang yang berbuat bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk generasi yang akan menggantikan mereka," pesannya.

Prof. Mikrajuddin telah dianugerahi penghargaan sebagai Juara 1 Dosen Berprestasi ITB tahun 2010, Juara 1 Dosen Berprestasi Nasional tahun 2010, Penghargaan Inovasi ITB tahun 2017, dan Penghargaan PUTRA NTB UTAMA dari Gubernur Nusa Tenggara Barat tahun 2017.


scan for download