Buat Teknologi Penyimpan Sayur dan Buah Tanpa Pendingin, Mahasiswa ITB Raih Juara 1 Kolabpreneur 2022
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Empat mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi Kolabpreneur 2022. Inovasi yang dibawakan tim HarvPort pada kompetisi ini adalah teknologi atmosfer terkontrol yang menggabungkan chemical dan permeable film untuk memperpanjang umur penyimpanan buah dan sayur tanpa pendingin dengan harga terjangkau.
Kolabpreneur 2022 merupakan program yang diadakan oleh WU Hub. Tujuannya untuk mencari inovasi-inovasi baru dalam mendukung perbaikan ekonomi Indonesia pascapandemi. Rangkaian lomba dimulai dari tingkat kota kemudian lanjut ke tingkat nasional di Jakarta tanggal 18 November 2022.
HarvPort merupakan startup yang membantu petani untuk menyimpan dan memperpanjang umur simpan dari buah dan sayur dengan teknologi atmosfer terkontrol tanpa pendingin dengan harga terjangkau. Tim HarvPort terdiri dari tiga mahasiswa jurusan Teknologi Pasca Panen yaitu Michaela Afra, Mifzaldin Akbar A., dan Fahri Rahman, serta satu mahasiswa jurusan Teknik Fisika yaitu Zul Aldi Rizki.
Pada 2021, teknologi dari HarvPort ini diuji coba dan berhasil memperpanjang usia penyimpanan beberapa komoditas yaitu pepaya dari 3 hari menjadi 10 hari dan mangga serta alpukat dari 2 minggu menjadi 3 minggu. Tahun ini dilakukan kembali uji coba pada komoditas lain berupa cabai dan berhasil memperpanjang umur penyimpanannya dari 3 hari menjadi 15 hari.
“Storaging itu pentingnya bagi petani adalah agar mereka memiliki bargain point sehingga ketika harga komoditas turun, petani bisa menyimpan komoditasnya dan saat harganya naik, bisa dijual lagi. Petani pernah mengalami harga cabai Rp1.500/kg bahkan Rp1.000/kg padahal modalnya itu Rp20.000/kg. Mereka jadi rugi banget,” ujar Akbar, Chief Executive Officer dari HarvPort.
Pada wawancara bersama reporter ITB Rabu (28/11/2022), tim HarvPort menceritakan lika-liku perjuangan membangun startup selagi berkuliah. Zul berujar bahwa dengan merintis sebuah startup membuat mahasiswa perlahan keluar dari zona nyamannya. Sikap profesionalisme harus ditanamkan dan sudah menjadi pilihan maupun risiko jika nantinya pekerjaan ini bertabrakan dengan ujian dan tugas-tugas kuliah.
“Buat semua teman-teman yang masih memulai startup, jangan pernah takut nyoba ikut lomba. Lakukan semaksimal mungkin, cuman jangan berharap, harus menang. Regardless dari menang atau tidak, kita bisa mendapat masukan dari juri yang bisa bikin kita makin berkembang ke depannya,” pesan Michaela.
Terakhir, Fahri memberi kiat dalam mengikuti lomba serupa yaitu dengan memastikan kriteria dari lomba dipenuhi oleh startup yang dimiliki. Sedangkan untuk inovasi yang baru dibuat ketika mengikuti lomba, buat idenya tidak terlalu mentah. Persiapkan inovasinya dengan baik dan perkuat argumen mengapa inovasi tersebut ditawarkan. Hal ini untuk mencegah kesalahan penyampaian kepada dewan juri dan tidak keluar dari tujuan awal ide tersebut.
Reporter: Amalia Wahyu Utami (Teknik Fisika 2020)