“Building an Advanced Manufacturing Ecosystem” : American Corner Gelar STEAM Talk di Perpustakaan ITB

Oleh Ahmad Fadil

Editor Ahmad Fadil

BANDUNG, itb.ac.id – American Corner kembali mengadakan STEAM Talk (Science, Technology, Engineering, Arts, and Math Talks) pada hari Senin (07/05/2018) di Perpustakaan Pusat ITB (Institut Teknologi Bandung). Acara dimulai pada pukul sembilan pagi dengan mengusung tema “Building an Advanced Manufacturing Ecosystem”.   Leanne Gluck hadir sebagai pembicara utama dan Jed Taro Dornburg, Deputi @america Indonesia, sebagai moderator acara. Salam hangat Jed Taro membuka acara ini dengan sejumlah harapan, bahwa kedatangan mereka dapat membuka wawasan baru dan membangkitkan ide brilian dari tiap peserta yang hadir.

Memasuki era revolusi industri 4.0, Leanne Gluck berbagi tantangan dan solusi yang pernah mereka alami di Amerika Serikat. Ia mengungkapkan zaman industri yang semakin progresif yang pernah ia hadapi, khususnya penggunaan teknologi 3D Printing. Pengalamannya ini menjadi modal dan bahan belajar bagi para peserta agar siap sedia dengan hantaman dari berbagai macam masalah industri ini nantinya, mulai dari masalah moral, norma, sampai dengan masalah-masalah teknis.

Leanne menceritakan bahwa ada 16 jenis teknologi yang diklasifikasikan sebagai manufaktur berteknologi terdepan, contohnya 3D printer, komposit, robotik, material sangat ringan, keamanan tingkat tinggi untuk sistem informasi, fabrikasi biologis, dan lain sebagainya. Ini juga tidak memungkiri adanya integrasi teknologi dan ilmu seperti fabrikasi biologis yang memungkinkan untuk mencetak tulang bahkan organ makhluk hidup dengan memanfaatkan teknologi stem cell dan 3D printing. “Tidak perlu lagi kita takut untuk bermimpi karena sekarang teknologi sudah hadir untuk merealisasikannya”, ucap Leanne seraya bercerita tentang kehebatan dari teknologi-teknologi terbaru ini.

Untuk menciptakan sumber daya manusia yang siap dan mampu menggunakan teknologi baru tersebut, kita memerlukan ekosistem yang baik. Ekosistem yang dimaksud disini adalah sebuah lingkungan manufaktur yang disusun oleh berbagai elemen mulai dari proses riset sampai pengadaan barang dan distribusinya kepada konsumen. “Ini tugas institusi atau lembaga pendidikan untuk mulai mengawali riset-riset yang dapat menelurkan inovasi baru,” ujarnya. Amerika sendiri telah membuat institusi-institusi yang hanya berfokus pada pengembangan teknologi tertentu yang ia sebut dengan “Institute of Manufacturing Innovation”. Ia mencontohkan AmericaMakes Institute yang fokus pada pengembangan 3D Printing, AIM Photonics yang fokus pada oengembangan fotonik untuk manufaktur, NEXTFLEX dengan fokusnya terhadap pengembangan komponen elektronika hybrid, dan sebagainya.

Selain lembaga pendidikan, Amerika juga memiliki sebuah jenis perusahaan baru yang disebut ”Incubators” dalam ekosistem advanced manufacture. Perusahaan seperti ini bergerak dengan tujuan membantu mewujudkan ide konsumen dengan memberikan saran teknologi dan desain, bahkan menolong pemilik ide untuk memasarkan serta memproduksi idenya. Beberapa contoh ide yang direalisasikan adalah sensor termal menggunakan karbon yang diletakkan pada pakaian untuk memudahkan pengecekkan demam, kandang hewan yang mudah dibawa untuk pecinta hewan di Amerika yang kesulitan “memarkirkan” hewan peliharaannya saat berjalan-jalan di mall, “atau jaket yang dapat memberitahu seberapa buruk posisi berdiri atau duduk Anda dan meminta anda untuk segera memperbaikinya”.

Indonesia sendiri sudah memiliki perusahaan semacam ini, namun perbedaannya terletak pada spesialisasinya, seperti halnya perangkat lunak. Berbeda dengan Amerika yang telah berpindah ke dunia perangkat keras setelah 10-15 tahun berkutat pada dunia perangkat lunak, menurut Leanne, Indonesia bisa mengejar ketertinggalan ini dengan kerja keras, mempelajari penelitian-penelitian negara yang lebih maju, dan mengurangi kesalahan penelitiannya.

Pada akhirnya, Leanne mengingatkan bahwa kemajuan teknologi haruslah diiringi dengan kemauan untuk menambah ilmu sehingga kita tidak akan tertinggal oleh karena dunia yang semakin cepat. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa hampir seluruh teknologi canggih ini disokong oleh teknologi jaringan yang sangat cepat dan luas jangkauannya. Sehingga tak menutup kemungkinan teknologi tersebut diretas, atau bahkan dicuri informasinya oleh pihak tak bertanggung jawab. Untuk itu, kita juga harus paham kode etik dalam penggunaan teknologi dan siap bertanggung jawab untuk segala pekerjaan yang kita ambil.

Penulis: Ferio Brahmana (TPB FTI 2017)