Buku Sekolah Elektronik di mirror.itb.ac.id

Oleh niken

Editor niken

BANDUNG, itb.ac.id - Buku merupakan cakrawala dunia, seringkali kita mendengar semboyan tersebut. Bahkan tidak jarang disampaikan bahwa buku merupakan indikator ilmu yang dimiliki, semakin banyak buku yang kita baca maka semakin banyak pula ilmu yang kita miliki. Singkatnya, buku merupakan gudang ilmu, sarana paling penting yang menyokong penigkatan mutu pendidikan. Di era globalisasi ini, buku dituntut memiliki isi yang berstandar nasional pendidikan. Namun, pada kenyataannya buku yang menjadi hal terpenting dalam pendidikan justru menjadi hal yang sulit dijangkau dari tingkat harganya. Untuk tingkat sekolah dasar saja, masing-masing anak diwajibkan membeli belasan buku dengan harga yang mencapai ratusan ribu. Dilatarbelakangi hal tersebut, Departemen Pendidikan Nasional membeli hak cipta buku teks pelajaran dari beberapa penerbit atau penulis lalu selanjutnya buku-buku tersebut diasjikan dalan bentuk buku elektronik(e-book) yang dinamakan BSE (Buku Sekolah Elektronik). Untuk membantu Depdiknas menyebarluaskan gudang ilmu, serta untuk mempermudah akses bagi para guru atau siswa mendapatkan koleksi buku pelajaran, ITB menyediakan situs tempat mengunduh file buku pelajaran tersebut, bertempat di http://mirror.itb.ac.id/bse/pdf/. Dalam situs tersebut, terdapat sekitar 48 buku pelajaran bagi SD, SMP, SMA, juga SMK, baik pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Alam maupun Sosial. File dapat diunduh dalam bentuk .zip lalu setelah diekstrak, dihasilkan buku pelajaran dalam format pdf. Ukuran buku elektronik ini berkisar 2 hingga 20 MB. Guru atau siswa berhak mengunduh, mencetak, memperbanyak, bahkan menjual buku digital yang terdapat dalam kedua situs tersebut, baik dalam bentuk buku maupun rekaman cakram (CD/DVD) dengan ketentuan tidak melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional dan memenuhi syarat serta ketentuan yang berlaku. Di situs mirror.itb.ac.id, penambahan koleksi buku pelajaran hanya akan dilakukan setelah mendapatkan koleksi buku langsung dari Depdiknas, karena dalam hal ini ITB hanya mereplikasi apa yang disediakan penyedia utamanya yaitu Depdiknas. Masalah yang timbul saat ini adalah justru masih banyak sekolah yang menetapkan buku dengan penerbit yang tidak termasuk dalam daftar BSE, sehingga tetap saja siswa dan orangtua tertekan dalam mengeluarkan biaya pendidikan. Seandainya dalam kenyataannya digunakan buku digital yang telah dibeli hak ciptanya sebagai BSE, orangtua dapat menghemat pengeluaran buku bahkan hingga 25 persen. Selain itu, masalah utamanya adalah tidak ada teknologi internet di wilayah-wilayah yang justru membutuhkan buku digital tersebut. Sehingga akan lebih baik apabila teknologi internet mulai diberdayakn di wilayah yang membutuhkan.