Capoeiriesta Fiesta: Unjuk Gigi Seni Bela Diri Atraktif
Oleh kikywikantari
Editor kikywikantari
BANDUNG, itb.ac.id - Unit Capoeira Quizumba ITB (UCQI) mengadakan acara unjuk kebolehan dalam Capoeiriesta Fiesta pada hari Selasa (14/04/09) di Lapangan Segitiga ITB. Dalam acara yang ditujukan untuk memperkenalkan Capoeira kepada masyarakat ITB ini, ditampilkan berbagai macam formasi gerakan berkelompok maupun per orangan dengan alunan musik-musik tabuhan genderang dan nyanyian berbahasa Portugis yang membangkitkan semangat para pemain.
Acara dibuka dengan tarian pembuka yang mempertunjukan dua orang yang membawa bendera Indonesia dan Brazil, dan saling bertukar bendera. Tarian tersebut menyimbolkan persahabatan kedua Negara yang dipererat melalui seni bela diri Capoeira yang kini berkembang di Indonesia. Kemudian, dibawakanlah tarian Coco, yang merupakan tarian pemuda dan pemudi Latin dengan busana ceria berwarna-warni. Tarian ini menyimbolkan perasaan sukacita, dibawakan oleh 4 pasang pemuda dan pemudi.
Capoeira merupakan sebuah olah raga bela diri yang dikembangkan oleh para budak Afrika di Brasil pada sekitar tahun 1500-an. Gerakan dalam capoeira menyerupai tarian dan bertitik berat pada tendangan. Pertarungan dalam Capoeira biasanya diiringi oleh musik dan disebut Jogo. Capoeira sering dikritik karena banyak orang meragukan keampuhannya dalam pertarungan sungguhan, dibanding seni bela diri lainnya seperti Karate atau Taekwondo.
Selain tari Coco, dipertunjukan pula Roda; bertarung bergantian di dalam lingkaran. Dalam Roda ini, pemain membawakan tarian Maculele. Maculele sebenarnya adalah sebuah tarian tradisional dari Brazil yang memang selalu dilakukan di dalam roda dan juga diiringi oleh genderang. Dalam tarian Maculele, tidak hanya dua pasang yang memegang tongkat, namun semua orang dalam roda. Cara memainkannya pun juga berbeda.Tiap orang membawa sepasang tongkat bernama grimas yang terbuat dari kayu biriba (kayu asal Brazil).
Saat irama Maculele mulai dimainkan, orang-orang di dalam roda mulai mengadukan grimas sesuai irama. Satu orang, biasanya yang memimpin Maculele, bernyanyi, dan orang-orang dalam roda merespon dengan ikut menyanyikan chorus-nya. Saat pemimpin memberikan aba-aba, dua orang masuk ke tengah roda. Semakin lama, alur tarian semakin semangat dengan semakin kencangnya lagu-lagu yang dinyanyikan.
Ajang ini merupakan hiburan yang dapat dinikmati oleh masyarakat ITB, sekaligus mempererat hubungan keakraban antar pemain. Pertunjukan berlangsung selama tiga puluh menit, dari pukul 17.30-18.00 WIB dengan animo massa yang cukup ramai memenuhi Lapangan Segitiga.
Capoeira merupakan sebuah olah raga bela diri yang dikembangkan oleh para budak Afrika di Brasil pada sekitar tahun 1500-an. Gerakan dalam capoeira menyerupai tarian dan bertitik berat pada tendangan. Pertarungan dalam Capoeira biasanya diiringi oleh musik dan disebut Jogo. Capoeira sering dikritik karena banyak orang meragukan keampuhannya dalam pertarungan sungguhan, dibanding seni bela diri lainnya seperti Karate atau Taekwondo.
Selain tari Coco, dipertunjukan pula Roda; bertarung bergantian di dalam lingkaran. Dalam Roda ini, pemain membawakan tarian Maculele. Maculele sebenarnya adalah sebuah tarian tradisional dari Brazil yang memang selalu dilakukan di dalam roda dan juga diiringi oleh genderang. Dalam tarian Maculele, tidak hanya dua pasang yang memegang tongkat, namun semua orang dalam roda. Cara memainkannya pun juga berbeda.Tiap orang membawa sepasang tongkat bernama grimas yang terbuat dari kayu biriba (kayu asal Brazil).
Saat irama Maculele mulai dimainkan, orang-orang di dalam roda mulai mengadukan grimas sesuai irama. Satu orang, biasanya yang memimpin Maculele, bernyanyi, dan orang-orang dalam roda merespon dengan ikut menyanyikan chorus-nya. Saat pemimpin memberikan aba-aba, dua orang masuk ke tengah roda. Semakin lama, alur tarian semakin semangat dengan semakin kencangnya lagu-lagu yang dinyanyikan.
Ajang ini merupakan hiburan yang dapat dinikmati oleh masyarakat ITB, sekaligus mempererat hubungan keakraban antar pemain. Pertunjukan berlangsung selama tiga puluh menit, dari pukul 17.30-18.00 WIB dengan animo massa yang cukup ramai memenuhi Lapangan Segitiga.