Cerita Prof. Tatacipta Dirgantara tentang Kolaborasi dalam Pembuatan Produk Kaki Prostetik

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Kolaborasi lintas disiplin ilmu telah diimplementasikan di Institut Teknologi Bandung. Keluarannya beragam, selain menghasilkan riset, juga menghasilkan produk yang menjawab kebutuhan masyarakat.

Salah satu produk hasil kolaborasi keilmuan teknik dengan seni adalah kaki prostetik (kaki buatan) yang berhasil dipatenkan oleh Tim Biomekanika ITB pada tahun 2020. Produk ini muncul sebagai respons atas kebutuhan lutut prostetik yang nyaman dan terjangkau untuk masyarakat dari kelas ekonomi menengah ke bawah.

Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., mengatakan produk ini merupakan hasil nyata kolaborasi desain rekayasa dengan desain industri yang dilakukan ITB.

“Yang kami (Tim Biomekanika ITB) lakukan pertama kali adalah memahami bagaimana mekanisme kinematika lutut, supaya lutut prostetik yang dihasilkan nanti mampu digunakan untuk berjalan layaknya lutut normal. Kemudian pada tahun yang sama ada mahasiswi FSRD (Rahma Ari Fauziah) datang mengajukan diri untuk mendesain lutut prostetik tersebut,” cerita Prof. Tata dalam Dialog Seni dan Teknologi LPPM ITB yang bertajuk “Aesthetics and Biomechanics” pada Rabu (18/1/2023).

Berbeda dengan pendekatan saintifik yang dilakukan Tim Biomekanika ITB, Rahma memulai penentuan desain dari pengamatan dan wawancara langsung kepada masyarakat difabel untuk mengetahui kebutuhan desain dari sisi manusia atau penggunanya.

Dari pendekatan tersebut kemudian diketahui bahwa pengguna menginginkan lutut prostetik yang lebih fleksibel sehingga bisa digunakan untuk bersila dan salat. Masukan itu kemudian ditindaklanjuti oleh Tim Biomekanika ITB dan dilanjutkan dengan penyempurnaan desain bentuk lutut prostetik yang lebih estetik serta ergonomis oleh Rahma.

Proses kolaboratif tersebut akhirnya dihasilkan desain lutut prostetik yang nyaman dan estetik namun tetap terjangkau. Menurut Prof. Tatacipta, kolaborasi seperti inilah yang sebenarnya diperlukan untuk merespons berbagai persoalan aplikatif saat ini, karena masing-masing bidang ilmu tidak mampu menghasilkan produk yang optimal jika bekerja sendiri-sendiri.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota)