Cerita Shaker dan Boolein, Mahasiswa Internasional yang Diterima Kuliah di ITB

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id -- Mahasiswa Institut Teknologi Bandung tak hanya berasal dari 34 provinsi di Indonesia saja, tapi juga ada dari berbagai negara. Beberapa di antaranya ialah Shaker F.K Abusuhukor jusuan Teknik Elektronika dari Palestina, dan Boolein Najjar jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika yang berasal dari Yordania. Mereka berdua saat ini tengah menempuh jenjang master di ITB. 


Kamis lalu, (15/8/2019) mereka berdua beserta mahasiswa S2 lainnya baru saja mengikuti Sidang Terbuka Penerimaan Mahasiswa Baru Program (PPMB) Program Magister, Doktor, dan Program Profesi di Sabuga ITB, Bandung.

Shaker, begitu mahasiswa asal Palestina itu akrab disebut. Ia merupakan mahasiswa ITB yang telah tinggal di Indonesia sejak enam tahun yang lalu. Ia sempat mengambil pendidikan jenjang sarjana di Surakarta sebelum mengambil master di ITB. Sebenarnya Shaker sudah terdaftar sebagai mahasiswa ITB sejak setahun yang lalu, namun ia harus mengikuti kelas penyetaraan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) sebelum memulai perkuliahan. Kursus bahasa Indonesia ini dilaksanakan satu tahun lamanya.

Meninggalkan negara kelahirannya untuk waktu yang lama tentu bukan hal yang mudah bagi Shaker. Ia mengaku sering rindu dan “galau” untuk pulang ke negara asal. Tapi mengambil pendidikan di ITB tentu menjadi salah satu motivasinya untuk membangun negaranya.

“Saya ingin mencari pengalaman dan mengembangkan negara saya,” cerita Shaker ketika ditanya soal apa yang ia ingin berikan pada negara asalnya. 

Berbeda dengan Shaker yang sudah enam tahun mengenyam pendidikan di Indonesia, mahasiswa internasional ITB lainnya bernama Boolein dari Yordania, baru pertama kali ke Indonesia untuk mengenyam pendidikan masternya. Ia mengambil jurusan Teknik Geomatika di ITB, karena di negaranya belum ada perguruan tinggi yang mumpuni untuk pendidikan master di bidang ini. Boolein juga menyampaikan bahwa kehendaknya memilih ITB sebagai tempat kuliahnya karena hasil eksplorasinya sendiri. 

Menurut Boolein, jurusan Teknik Geomatika di Yordania masih perlu banyak dibenahi. Dosen-dosen geomatika di Yordania juga mengambil master dan doktoralnya di Amerika dan beberapa daerah Eropa, khususnya Jerman dan Prancis. 

Boolein juga berharap kuliahnya selama dua tahun ini dapat berjalan dengan lancar, dan ia tentu akan bekerja dengan keras. “Menurutku, itu akan membantuku meningkatkan karakter dan membantuku dalam menemukan pekerjaan,” ujar Boolein.



Saat ditanya mengenai kesannya terhadap pengajaran yang dilakukan oleh dosen ITB, Boolein menyampaikan pengalaman pribadinya. “Ketika kamu gak ngerti, dia bakal jelaskan dan mengizinkan kamu untuk mengunjungi kantornya. Meskipun mereka hanya punya waktu beberapa jam saja, tapi mereka tetap menyampaikan informasinya untuk kamu,” jelas Boolein.

Sebanyak 1.791 mahasiswa mengikuti pelaksanaan sidang terbuka tersebut yang terdiri atas 1.494 mahasiswa S2, 158 mahasiswa S3, 116 mahasiswa program profesi dan 23 mahasiswa internasional. Para mahasiswa internasional tersebut berasal dari 17 negara berbeda yaitu dari Azerbaijan, China, Ekuador, Irak, Yordania, Jepang, Kenya, Korea Selatan, Madagaskar, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Palestina, Rwanda, Sudan, Timor Leste, Tanzania. 22 orang merupakan mahasiswa magister, sedangkan 1 orang merupakan mahasiswa program Doktor.

Reporter: Moch. Akbar Selamat (Manajemen, 2020)