Chrysalis: Bincang-bincang Pematangan Kreativitas
Oleh Fathir Ramadhan
Editor Fathir Ramadhan
BANDUNG, itb.ac.id - Chrysalis, pameran karya seni persembahan mahasiwa Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB angkatan 2010 sukses menampilkan produk-produk seni hasil pembelajaran selama Tahap Persiapan Bersama (TPB) di FSRD ITB. Tidak hanya itu, acara ini juga mengajak memahami proses pematangan kreativitas melalui talkshow bersama Pidi Baiq dan Primadi Tabrani, alumni FSRD ITB.
Talkshow yang diselenggarakan pada Rabu (25/05/11) di Gedung Serba Guna ITB oleh Pidi Baiq meluruskan beberapa pandangan yang keliru mengenai berkreasi dan mematangkan kreativitas.
Salah satu pandangan yang kurang tepat, menurut Pidi Baiq, adalah bahwa mengenyam pendidikan di kampus memberikan jaminan masuk kerja. "Kampus tidak menjamin masuk kerja. Kampus hanya menjamin mahasiswanya mendapat ilmu," tegas Pidi.
Pidi menyayangkan, banyak mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi hanya berorientasi mendapat pekerjaan, tetapi segan memanfaatkan kreativitasnya. Ia berujar, "Sebelum belajar membuat karya seni pesanan orang, belajarlah dahulu membuat karya seni pesanan diri sendiri,"
Lulusan FSRD ITB angkatan 1991 ini menekankan pula pentingnya memiliki jati diri saat berkarya. "Jangan melulu berkaca pada karya-karya seniman besar masa lalu. Ciptakan kebudayaan, jangan lahir dari kebudayaan," tuturnya dengan bersemangat.
"Ketika membuat karya, mainkan imajinasi seliar mungkin. Tidak usah takut jika kemudian menemukan hal-hal baru. Imajinasi seringkali lebih penting daripada pengetahuan seni rupa. Bahkan, pengetahuan pun lahir dari imajinasi."
Lantas bagaimana menanamkan rasa percaya diri untuk mendesain suatu karya?
"Berkaryalah seenaknya saja. Tidak usah terikat pada penilaian orang lain," ungkap Pidi. "Setelah kita merasa nikmat dengan berkarya, barulah orang lain akan menikmati karya kita."
Secara singkat, pesan Pidi melalui talkshow ini ialah: Temukan ciri khas dalam berkarya. Bebaskan diri dari ciri khas karya-karya seniman masa lalu, kritik yang tidak membangun, dan jika perlu, dari batas-batas keilmuan seni rupa. Setelah menemukan jati diri dalam berkreasi, profesi dan pendapatan akan mengikuti dengan sendirinya.
Talkshow Chrysalis dilaksanakan selama dua hari. Talkshow pertama dilaksanakan pada Rabu (25/05/11) menghadirkan Pidi Baiq, musisi, pencipta lagu, penulis, ilustrator, pengajar, dan komikus. Talkshow kedua diselenggarakan pada Kamis (26/05/11) menghadirkan Primadi Tabrani, Guru Besar FSRD ITB. Kedua pembicara, meskipun sama-sama merupakan alumni FSRD ITB, saat ini terlibat dalam kesibukan yang berbeda. "Tujuan kami, supaya peserta talkshow bisa memperoleh beragam perspektif," ujar Adryana Putri (FSRD '10), Ketua Pelaksana Chrysalis.
Salah satu pandangan yang kurang tepat, menurut Pidi Baiq, adalah bahwa mengenyam pendidikan di kampus memberikan jaminan masuk kerja. "Kampus tidak menjamin masuk kerja. Kampus hanya menjamin mahasiswanya mendapat ilmu," tegas Pidi.
Pidi menyayangkan, banyak mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi hanya berorientasi mendapat pekerjaan, tetapi segan memanfaatkan kreativitasnya. Ia berujar, "Sebelum belajar membuat karya seni pesanan orang, belajarlah dahulu membuat karya seni pesanan diri sendiri,"
Lulusan FSRD ITB angkatan 1991 ini menekankan pula pentingnya memiliki jati diri saat berkarya. "Jangan melulu berkaca pada karya-karya seniman besar masa lalu. Ciptakan kebudayaan, jangan lahir dari kebudayaan," tuturnya dengan bersemangat.
"Ketika membuat karya, mainkan imajinasi seliar mungkin. Tidak usah takut jika kemudian menemukan hal-hal baru. Imajinasi seringkali lebih penting daripada pengetahuan seni rupa. Bahkan, pengetahuan pun lahir dari imajinasi."
Lantas bagaimana menanamkan rasa percaya diri untuk mendesain suatu karya?
"Berkaryalah seenaknya saja. Tidak usah terikat pada penilaian orang lain," ungkap Pidi. "Setelah kita merasa nikmat dengan berkarya, barulah orang lain akan menikmati karya kita."
Secara singkat, pesan Pidi melalui talkshow ini ialah: Temukan ciri khas dalam berkarya. Bebaskan diri dari ciri khas karya-karya seniman masa lalu, kritik yang tidak membangun, dan jika perlu, dari batas-batas keilmuan seni rupa. Setelah menemukan jati diri dalam berkreasi, profesi dan pendapatan akan mengikuti dengan sendirinya.
Talkshow Chrysalis dilaksanakan selama dua hari. Talkshow pertama dilaksanakan pada Rabu (25/05/11) menghadirkan Pidi Baiq, musisi, pencipta lagu, penulis, ilustrator, pengajar, dan komikus. Talkshow kedua diselenggarakan pada Kamis (26/05/11) menghadirkan Primadi Tabrani, Guru Besar FSRD ITB. Kedua pembicara, meskipun sama-sama merupakan alumni FSRD ITB, saat ini terlibat dalam kesibukan yang berbeda. "Tujuan kami, supaya peserta talkshow bisa memperoleh beragam perspektif," ujar Adryana Putri (FSRD '10), Ketua Pelaksana Chrysalis.