Cindy Alvionita Bahder Berbagi Tips Menjadi Entrepreneur kepada Mahasiswa ITB
Oleh Vera Citra Utami
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id – Cindy Alvionita Bahder, co-founder yang juga menjabat sebagai Head of Marketing Communication PT. Citarasa Prima (CRP Group) berbagi tips dan pengalamannya untuk menjadi entrepreneur kepada mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam Studium Generale KU-4078 di Aula Barat, Jalan Ganesha no 10, Bandung, Rabu (3/10/2018).
Bagi Cindy, seorang entrepreneur adalah seseorang yang mendesain, me-launch, dan menjalankan suatu bisnis baru mulai dari awal dan memikirkan cara bagaimana agar bisnis tersebut bertahan dalam jangka waktu yang lama. Berbekal ilmu marketing yang ia miliki, ia bersama teman-temannya mulai merintis Nasi Goreng Mafia pada tahun 2013.
Menurut Cindy, sebetulnya sangat mudah menentukan bisnis apa yang sebaiknya dirintis, yaitu dengan mengetahui apa yang kita sukai. Hingga 2018 ini, CRP Group telah membuka 206 restoran di 38 kota dan telah melayani 100.000 konsumen setiap harinya. Perusahaan yang Cindy pimpin memang terkenal banyak menciptakan restoran-restoran ternama seperti Warunk Upnormal, Bakso Boedjangan, Nasi Goreng Rempah Mafia, Sambal Khas Karmila, dan lain-lain.
“Sebenarnya kami (para founder) memilih untuk berbisnis di bidang kuliner itu karena kami semua sama-sama suka makan,” tutur alumni Universitas Padjadjaran tersebut.
Empat Pertanyaan Mendasar Bagi Seorang Entrepreneur
Cindy bercerita, ada empat pertanyaan umum yang seringkali ditanyakan oleh mereka yang hendak merintis bisnis. Pertama, bagaimana cara memulainya? Kedua, bisnis apa yang harus dibuat? Ketiga, dari mana atau bagaimana cara mendapatkan modal? Dan terkahir, bagaimana caranya untuk memastikan bahwa bisnis kita diterima oleh masyarakat supaya laku? Cindy, dengan pembawaannya yang ceria dan penuh semangat, memberikan tips and trik khusus untuk para mahasiswa yang juga sama antusiasnya.
Pertama suatu bisnis dapat dimulai apabila seseorang memiliki motivasi. Cindy memberikan contoh saat ia dan kawan-kawannya mulai merintis Nasi Goreng Mafia. “Dulu para founder CRP Group punya perusahaan digital marketing, tapi lama-lama kami capek dan malah terinspirasi untuk bikin bisnis sendiri,” ujar Cindy. Karena kesamaan hobi dan visi itulah Cindy dan enam kawan lainnya mulai merintis bisnis kuliner. Mereka mengumpulkan modal sendiri dengan cara chip in atau patungan, sehingga akhirnya terkumpul modal awal sebanyak seratus juta rupiah.
Banyak sekali kendala yang mereka alami di awal-awal pembukaan restoran tersebut, namun berkat kerjasama tim yang baik akhirnya mereka bisa mengembangkan Nasi Goreng Mafia menjadi brand yang dikenal masyarakat, serta membuka restoran baru lainnya. Pasalnya, mereka adalah para pengusaha yang konsisten. Motto mereka adalah “to bring local food to the next level”, dan lihatlah keberhasilan mereka dalam mengangkat cita rasa lokal: mereka dapat mengembangkan restoran kuliner-kuliner asli Indonesia seperti nasi goreng, bakso, mie, martabak, sambal, dan lain-lain.
Kunci Rahasia Kesuksesan
Jika ditanya apa kunci sukses, Cindy membeberkan kunci suksenya adalah promosi. Bahwa setelah survei pasar dan menentukan bisnis apa yang hendak dibuka, maka kita harus berusaha untuk memperkenalkan produk kita ke khalayak luas. Promosi sangat gencar dilakukan, terutama melalui media sosial karena target market mereka adalah para pemuda. Selain itu, twist atau diferensiasi produk juga menjadi hal yang penting. Contohnya, Nasi Goreng Mafia memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dapat ditemui di tempat nasi goreng lain, yaitu menu yang berdasarkan rempah-rempah. Menu baru pun selalu ditambahkan per 3 atau 6 bulan sekali agar customer tidak bosan.
“Setelah produk kita dikenal, kita juga harus mendengarkan customer. Komentar-komentar di Instagram kami baca dengan teliti dan kami jadikan masukan,” kata Cindy. Dengan menerapkan strategi consumer-based dan terus memperbaiki pelayanan, restoran-restoran CRP Group terbukti dapat menaikkan omzet mereka.
Mereka juga menyadari bahwa sekarang adalah era kolaborasi, bukan era kompetisi. Maka mereka membuka kesempatan untuk berkolaborasi dengan perusahaan lain seperti Go-Jek melalui fitur Go-Food. “Jangan terlalu fokus bersaing dengan kompetitor, malahan kita harus coba berkolaborasi siapa tahu itulah yang bisa membuat kita semakin berkembang,” pesan Cindy.
Terakhir, dan juga hal yang tak kalah penting, Cindy berpesan untuk selalu membangun tim yang solid. Hal pertama yang dilakukan para founder CRP Group adalah menyamakan visi dan misi. Mereka juga menyadari bahwa mereka membutuhkan banyak orang dengan berbagai keahlian, dari mulai bagian finance, supply chain, koki, creative content, dan lain-lain. Perlahan-lahan namun pasti, sambil menjalankan perusahaan, mereka merekrut orang dengan keahlian yang saling melengkapi satu sama lain.
Dengan ilmu yang didapat dari salah satu founder CRP Group, diharapkan mahasiswa ITB mendapatkan insight atau gambaran mengenai entrepreneurship. “Semoga mahasiswa-mahasiswa ITB bisa mengikuti jejak mereka yang sudah sukses membuka usaha di usia muda,” harap Samitha Dewi Djajanti, Direktur Humas dan Alumni, pada saat membuka kuliah umum ini.