Kepulangan Tim Ganesha 2 ITB Mengakhiri Bantuan Emergency Response di Meulaboh.

Oleh Unit Sumber Daya Informasi

Editor Unit Sumber Daya Informasi

Kepulangan Tim Ganesha 2 ITB Mengakhiri Bantuan Emergency Response di Meulaboh. Kepulangan Tim Relawan ITB “Ganesha 2” pada Rabu (09/03) dini hari, mengakhiri operasi bantuan emergency response Posko Peduli Bencana Nasional (PPBN) ITB untuk wilayah Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Tim ini merupakan tim relawan ke tiga yang diutus ITB dengan fokus operasi pada kontruksi bangunan dan pendidikan di kota Meulaboh pasca tsunami. PPBN-ITB sendiri telah menetapkan jangka waktu emergency respons sampai dengan akhir Februari lalu. Namun kondisi di lapangan memaksa jadwal kepulangan tim mundur beberapa hari. “Kita sudah merencanakan 3 jadwal kepulangan. Tapi keterbatasan sarana transport memaksa kami untuk menyesuaikan. Ditambah lagi ada beberapa tugas yang masih harus dikerjakan hingga tanggal 5 Maret,” ujar Yoseph (BI ‘02), Komandan tim Ganesha 2. Tim yang beranggotakan 20 orang ini, pada awalnya diserahi 5 tugas oleh PPBN-ITB yaitu kontruksi bangunan, sanitasi, sistem informasi, pendidikan, dan pemetaan wilayah. Dalam kenyataannya di lapangan misi-misi tersebut harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. “Untuk kontruksi misalnya, kita sudah merancang pembangunan rumah tinggal semi permanen per keluarga dengan bahan-bahan kontruksi lokal yang tersedia. Seperti misalnya bambu.“ kata Yoseph. Dalam tim ini ada 3 mahasiswa arsitek yang siap merancang, bekerja sama dengan tim arsitek yang berada di posko pusat Bandung. Tapi perencanaan kota baru yang sedang disusun pemerintah daerah menghambat pekerjaan tersebut. “Sehingga kita melirik pada infrastruktur umum yang tetap dipertahankan keberadaannya. Dan akhirnya pilihan jatuh pada sekolah yang rusak.” tambahnya. Dengan ilmu seadanya sebagai mahasiswa, tim ini merancang pembangunan 2 kelas tambahan di SLTP Negeri 5 Meulaboh. “Kami sebagai pemegang proyek disini, teman-teman arsitek yang merancang dan tukang bangunan lokal yang mengerjakan.” ujar Yoseph. Hal yang menarik adalah keterlibatan siswa-siswa SMK 2 Meulaboh dalam pembangunan 2 kelas tersebut. “Siswa-siswa SMK ini sengaja kami libatkan. Mereka yang membuat kusen, pintu dan jendela. Sekaligus sebagai bentuk motivasi” jelas Yoseph. Tugas lainnya berupa pengadaan sistem informasi bagi Satuan Koordinasi Pelaksana (SATKORLAK) di kota Meulaboh. Meneruskan dari tim sebelumnya (Ganesha 1–red), sistem informasi yang sudah ada dikembangkan lagi sehingga 2 kantor di SATKORLAK tersebut dapat mengakses internet dan 3 kantor terhubung jaringan LAN dengan baik. Dengan demikian pekerjaan adminstratif yang berkaitan dengan data-data pengungsi dan bantuan dapat terorganisasi dengan baik. “Kami sudah mempersiapkan tim IT dari elektro dan informatika dengan kelengkapan komputer seadanya. Selain itu kita juga membuat website tentang SATKORLAK dan kondisi kota Meulaboh sekitarnya.”ujar Yoseph. Alamat website tersebut adalah http://students.if.itb.ac.id/=if13018/satkorlak/ Untuk sanitasi, tim ini cenderung melanjutkan usaha-usaha sanitasi yang sudah di upayakan oleh tim sebelumnya. “Kami cuma improve saja dari yang ada sebelumnya. Seperti menguras sumur warga ditambah dengan alat penjernih sederhana dari drum-drum Water Treatment yang tidak terpakai.” ujar Yoseph. Sebuah alat water purifer milik Departemen Teknik Lingkungan ITB dimanfaatkan untuk menjernihkan air sumur di Mesjid Agung kota Meulaboh. Di hari-hari terakhir, tim ini menggunakan uang yang tersisa untuk membeli 700 tas dan paket peralatan sekolah. Paket ini dibagikan ke beberapa sekolah negeri dan madrasah, sekaligus mendukung kegiatan pendidikan yang telah dijalankan oleh 5 orang relawan guru dalam tim tersebut,. “Kegiatan kami lebih banyak pada pendampingan siswa-siswa SD, SMP, SMU dalam belajar. Arahannya pun lebih kepada traumatic treatment. Terkadang kita hanya sekedar bermain-main dengan mereka.” ujar Tanti (EL 96), salah satu relawan guru tim Ganesha 2. Tentang kelanjutan bantuan ke NAD, Sawung (AS 00), koordinator posko relawan PPBN-ITB menjelaskan, sudah direncanakan dari awal bahwa tahap emergency respons berakhir pada Februari 2005. Untuk selanjutnya akan masuk pada bentuk bantuan jangka menengah berupa pemetaan, perencanaan kota, pembangunan infrastruktur umum dan perbaikan ekonomi masyarakat. Sebuah kerja besar ITB yang telah dirintis ini sepatutnya diteruskan dan dihargai. Keterlibatan semua pihak melalui ITB merupakan sebuah kepercayaan yang harus dijalankan. Sebagaimana dituturkan Yoseph bahwa tim ini pun terus dibantu oleh para alumni dan teman-teman mahasiswa. Ketika ditanya tentang dana operasional mereka, jawabannya pun senada, “Kita punya dana sekitar 171 juta. Tapi itu murni sumbangan dari rakyat Jawa Barat dan berbagai pihak. Oleh karena itu dana tersebut kami habiskan semuanya untuk kepentingan masyrakat disana. Laporannya ada kok. Senin kita bakal mengajukan laporan ini ke berbagai pihak, sekaligus penutupan posko relawan.” jawabnya sambil tersenyum mengakhiri pembicaraan. [ijal]