CWIS Forum: Bahas Tantangan dan Solusi Sanitasi di Asia Selatan dan Tenggara

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (FTSL ITB) bekerja sama dengan United Cities and Local Governments Asia-Pacific (UCLG ASPAC) mengadakan The South and South East Asia City-Wide Incluseive Sanitation (CWIS) Forum, pada Senin-Selasa (13-14/1/2025) di Aula Timur, ITB Kampus Ganesha.

Forum ini menjadi tonggak penting dalam advokasi sanitasi inklusif dan berbagi pengetahuan lintas Asia Selatan dan Asia Tenggara. Selain itu, agenda ini pun menjadi penutup dari program MuNASS (Municipal Network Policy Advocacy on Sanitation in South Asia), yang didukung oleh Bill and Melinda Gates Foundation sejak 2017.

Pendekatan CWIS menitikberatkan pada layanan sanitasi yang adil, aman, dan berkelanjutan, khususnya bagi komunitas yang kurang terlayani. Program MuNASS telah melatih lebih dari 1.560 individu dan melibatkan 614 pemerintah kota di Bangladesh dan Nepal untuk mengadopsi praktik fecal sludge management (FSM) atau pengelolaan lumpur tinja yang inklusif.

Namun, kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara masih menghadapi tantangan besar dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 6.2 terkait akses sanitasi yang layak. Forum ini akan menjadi platform untuk membahas perencanaan jangka panjang, inovasi teknologi, reformasi institusi, dan mobilisasi keuangan guna menjawab tantangan tersebut.

Agenda ini dibuka oleh sambutan dari Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D. “Ini adalah kebanggaan bagi kami, karena ITB menjadi tuan rumah untuk menjawab tantangan besar dalam sanitasi, termasuk pembangunan infrastruktur sanitasi di Indonesia,” ujarnya.

Beliau pun menekankan menekankan bahwa sanitasi bukan sekadar persoalan infrastruktur fisik, tetapi juga mencakup pemenuhan hak asasi manusia, seperti kesehatan, higienitas, rasa aman, dan kebersihan. “Kami akan berbagi kisah sukses dari para pemangku jabatan, kolaborasi institusi pendidikan, hingga masyarakat untuk menciptakan inisiatif sanitasi masa depan,” tambahnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC, Dr. Bernadia Irawati Tjandradewi, menyampaikan apresiasi atas kerja sama dengan ITB. “Kami sangat bangga bisa bekerja sama dengan ITB dalam acara yang berfokus pada sanitasi ini. Kita harus meningkatkan komitmen untuk melindungi lingkungan,” katanya.


Di sisi lain, Co-President UCLG ASPAC, Bhim Prasad Dhungana, menyoroti pentingnya kolaborasi dalam mengatasi tantangan sanitasi. “Program ini adalah momen untuk berbagi dan berkolaborasi. Ini memberi kita peluang untuk terlibat lebih jauh dalam menyusun strategi sanitasi di masa depan,” ungkapnya.

Forum ini menjadi ajang berbagi pengalaman dan strategi, melibatkan berbagai kota dan kabupaten di Asia Selatan dan Tenggara. Para peserta akan mendiskusikan tantangan sanitasi yang dihadapi kawasan ini, termasuk dampak lingkungan dan bencana, serta solusi kolaboratif untuk mencapai sanitasi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Acara ini juga memperkuat pentingnya kerja sama lintas negara dalam mewujudkan pembangunan sanitasi yang tidak hanya berdampak pada infrastruktur, tetapi juga pada kualitas hidup masyarakat di seluruh kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.

#ftsl #sanitasi #forum