Delegasi ITB Menangi VTOL KRTI 2023 dan Raih Titel Best Strategy

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id—Tim Altigen Krasnala perwakilan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menorehkan prestasi membanggakan dalam Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2023 pada kategori Vertical Take-Off Landing (VTOL). Mereka tampil menjadi juara pertama dan mendapatkan penghargaan strategi terbaik. Setiap tim diberi kesempatan untuk menerbangkan wahananya secara fully autonomous untuk menyelesaikan misi.

“Misi dalam perhelatan kali ini adalah mengambil barang, navigasi dalam lorong indoor, dan dropping barang di suatu tempat dan harus dilakukan secara presisi. Di bagian outdoor, disediakan lapangan yang berbentuk bujur sangkar. Wahana kami terbang dengan ketinggian stabil 15 atau 25 m dan menurunkan kertas confetti pada setiap titik yang diminta,” ujar Ketua Tim Altigen Krasnala, Lilo Handaru Jati, pada Jumat (6/10/2023).

Mahasiswa Teknik Mesin 2021 itu menjelaskan sistem kontrol yang digunakan tahun ini merupakan hasil pengembangan dari tahun yang lalu. Ada beberapa misi yang berbeda sehingga mereka menambahkan fungsi dan implementasi hal-hal-baru. “Jadi kami melakukan riset awal, testing, test flight, modifikasi, dan mengembangkan fungsi baru dari program yang lalu. Material utama yang kami gunakan untuk strukturnya berupa komponen 3D print dari carbon fiber plate,” paparnya.

Mereka juga sukses merampungkan misi indoor dan outdoor. Salah satu anggota tim, yakni Bimar Dwi Anggoro (Teknik Mesin, 2021) mengaku bahwa mereka merupakan tim pertama yang berhasil melakukan navigasi indoor.

“Selain itu, kami konsisten dalam mengambil payloads. Mulanya kami tidak berhasil dan mendapat poin 0, namun kami bersikukuh untuk terus mencoba sehingga bisa meraih poin maksimal,” ucap Bimar.

Meski begitu, mereka juga mengaku mengalami kendala dalam perjalanannya. Adapun tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah angin kencang. Wahana mereka sempat crash beberapa kali dalam misi indoor. Semuanya bahu-membahu untuk menangani hal tersebut dengan menghilangkan salah satu fitur dan mengganti fungsi pencahayaan.

   

“Pada awalnya, wahana kami salah mendeteksi tanah, padahal seharusnya mendeteksi payload. Di hari perlombaan itu kami tanggap melakukan beberapa penyesuaian yang agak mendadak. Bahkan 15 menit sebelum perlombaan dimulai, kami masih berkutat membenarkan wahana,” lanjut Bimar.

Hal ini menunjukkan kegigihan dan semangat para anggotanya untuk merebut kemenangan. Mereka pun melakukan banyak improvisasi sejak kompetisi tahap regional. “Saat itu, kami sama sekali belum berhasil navigasi indoor, sistem yang dirancang belum mendukung, strukturnya belum rigid, masih goyang-goyang ketika terbang. Kami benahi mulai dari desain, sistem kontrol, elektrikal, dan masih banyak lagi untuk pertarungan di level nasional,” imbuhnya.

Keberhasilan tim juga tak lepas dari dukungan dan bimbingan Dr. Widyawardana Adiprawita, S.T., M.T., dari Kelompok Keahlian Teknik Biomedika.
Tim juga mengakui rangkaian persiapan dan perlombaan ini sangat menguras tenaga mereka. Namun, apa yang telah ditanam itu akhirnya membuahkan hasil manis.

“Ibaratnya ketika menyelam, semakin dalam laut yang ingin kita eksplorasi, semakin dalam tekanan yang harus hadapi. Namun, semakin besar pula reward yang kita dapatkan dan skill baru yang diasah,” pungkas Lilo.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)