Dewan Pengarah BRIN Bahas Keterlibatan Komunitas dalam Pembangunan Energi Terbarukan Pada Simposium PPI ITB

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tri Mumpuni, menjadi salah satu pembicara pada simposium yang diselenggarakan oleh Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung (PPI ITB). Simposium ini merupakan forum diskusi riset kolaborasi internasional antara PPI ITB dengan Deutsches Institut für Wirtschaftsforschung. Berlangsung pada Kamis (14/12/2023) di Conference Hall, Gedung CRCS ITB, Bandung.

Dalam materi presentasinya, Tri Mumpuni berbagi pengalaman usai mengunjungi Dubai. Beliau sekaligus juga menyoroti pentingnya memahami kebutuhan masyarakat, terutama di negara-negara yang masih berkembang. Dalam konferensi-konferensi internasional sebelumnya, ia menyampaikan bahwa kebutuhan komunitas tidak selalu tercermin dengan baik.

Tri Mumpuni kemudian memperlihatkan sebuah film yang merefleksikan upaya pembangunan di Aceh pada tahun 2008. Dia menjelaskan bahwa proyek tersebut tidak hanya bertujuan untuk menciptakan keindahan alam, tetapi juga untuk memastikan bahwa masyarakat lokal dapat menikmati listrik dari energi terbarukan. Dia menekankan pentingnya keterlibatan komunitas dalam proses pembangunan untuk menjamin keberlanjutan fasilitas tersebut.

Pada tahap awal pengembangan, dia mencatat bahwa hanya sedikit insinyur yang terlibat, sementara mayoritas pekerja adalah penduduk setempat. Ia menggambarkan upaya mereka dalam membangun pembangkit listrik, menggunakan teknologi tinggi yang tetap ramah pengguna.

“Proyek tersebut tidak hanya mencakup pembangunan pembangkit listrik, tetapi juga melibatkan pelatihan lokal untuk memastikan pemeliharaan dan pemahaman teknologi oleh masyarakat setempat,” jelasnya.

Tri Mumpuni menyampaikan bahwa proyek tersebut berhasil membawa listrik ke daerah terpencil, bahkan dengan operator pembangkit listrik yang hanya lulus kelas tiga SD. Ia menyoroti pentingnya pengembangan kapasitas manusia dengan empati agar kontribusi tidak hanya terbatas pada infrastruktur, tetapi juga pada pengembangan modal manusia.

Dalam mengatasi perubahan iklim, dirinya mendorong pendekatan yang lebih luas, melibatkan aspirasi komunitas, interaksi, dan pembangunan bersama.

"Kita perlu mendengarkan aspirasi masyarakat, membangun konsensus, dan memanfaatkan pengetahuan lokal dan sains untuk pengembangan berkelanjutan,” ungkapnya.

Sebagai penutup, Tri Mumpuni menyatakan keinginannya untuk terus berkontribusi dalam pembangunan masyarakat lokal, terutama melalui penerapan energi terbarukan sebagai solusi nyata untuk mengatasi perubahan iklim.

Penulis: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)