DIes Emas ITB : Penutupan Konferensi Internasional, ITB sebagai Pelopor Riset

Oleh prita

Editor prita

BANDUNG, itb.ac.id - Rangkaian acara International Conference menyambut Dies Emas ITB pun berakhir. Penutupan dilakukan oleh Rektor ITB, Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc, pada Sabtu (20/06/09) sore di Aula Barat ITB. Berakhirnya konferensi internasional tersebut merupakan awal dari terbentuknya komunitas berbasis riset yang akan membahas langkah lanjutan dari Millenium Research Agenda (MRA)- hasil dari konferensi. ITB berharap dapat menjadi pelopor riset sebagai persiapan menuju World Class University.
Letupan confetti mengiringi berakhirnya pidato rektor yang menjadi simbolisasi ditutupnya acara. Dalam pidatonya, Djoko menyatakan harapan bahwa konferensi yang telah berjalan ini dapat mengarahkan isu yang ada dari kelima bidang yang dibahas. Pengarahan isu berfungsi untuk mencari pendekatan yang tepat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada bidang-bidang tersebut.

Pada kesempatan tersebut, ketua panitia acara, Armein Z.R. Langi, Ph.D,  membacakan draft Millenium Research Agenda. Draft ini diharapkan dapat menjadi arahan bagi fokus riset khususnya bagi peneliti di tanah air. Acara penutupan juga kembali diramaikan dengan sajian budaya yang memadukan tradisi dan seni kontemporer.

Ditemui usai acara, salah satu pembicara pada Fine Arts and Design Conference, Dr. David Teh, menyatakan bahwa konferensi tersebut merupakan langkah yang bagus. Sayangnya, seperti yang terjadi pada setiap konferensi, waktu yang ada tidak cukup untuk melakukan pembahasan lebih dalam. Dr. David Teh adalah seorang kurator, kritikus film, dosen, dan penulis berkebangsaan Australia yang berdomisili di Bangkok, Thailand. Beliau diundang atas papernya yang berisi analisis video dan perfilman Indonesia.

Pioneer Riset

Berdasarkan wawancara tim Kantor Berita dengan ketua pelaksana International Conference, Armein Z.R. Langi, Ph.D, kegiatan ini dilandasi oleh perkembangan ITB menuju World Class University. Demi mencapai hal tersebut, ITB merasa perlu untuk menjadi pelopor riset.

Konferensi internasional bertajuk "Energy and the Environment: Reinvention for Developing Countries" memiliki sasaran yaitu peneliti di Indonesia pada khususnya dan di negara-negara dunia ketiga pada umumnya. Untuk itulah dihadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri agar saling bertukar informasi dan mencari pemecahan bersama. Dengan adanya konferensi ini, ITB berharap dapat menjadi pioneer bagi riset di dalam negeri dan negara-negara berkembang.

Keberjalanan konferensi tidak selesai pada penyusunan landasan riset dalam MRA. Armein mengatakan, setelah ini follow up konferensi akan berwujud pembentukan komunitas riset yang akan merespon, mengkaji, dan merumuskan turunan dari draft MRA yang telah tersusun. Anggota komunitas berasal dari dalam dan luar negeri terutama para peserta konferensi. Menurut rencana, komunitas tersebut nantinya akan menjangkau seluruh periset dari berbagai institusi khususnya di dalam negeri.

Langkah kedua yaitu identifikasi para periset yang akan bekerjasama menjalankan MRA.  Kemudian, yang tidak kalah penting adalah pencarian sponsor dan badan-badan yang bersedia mendanai riset-riset yang akan berlangsung.

"Nantinya akan ada pertemuan serupa dari para anggota komunitas MRA yang akan berlangsung dua tahun sekali," terang Armien.

Ditanya mengenai peran pemerintah dalam pensuksesan program MRA, Armien menjawab bahwa pihak ITB akan membawa program tersebut kepada pemerintah. Pertemuan akan dilangsungkan untuk pembahasan MRA. " Kami sangat berharap pemerintah mendukung jalannya program ini," jelas Armien menutup pembicaraan.

scan for download