Digital Mark Reader, Karya Fenomenal ITB untuk Teknologi Pemeriksaan Ujian Terbaik
Oleh Hafshah Najma Ashrawi
Editor Hafshah Najma Ashrawi
Penelitian DMR ini awalnya merupakan sebuah riset bertemakan Optical Mark Recognition (OMR) versi digital dengan memanfaatkan scanner/pemindai dokumen digital yang berbiaya rendah untuk membaca Lembar Jawab Komputer (LJK). Tantangan utama dari sebuah form yang masuk ke scanner adalah terjadinya distorsi geometrik baik berupa geseran maupun perputaran yang kadang tak tampak oleh mata namun sangat mempengaruhi akurasi pembacaan.
Dengan bermodalkan scanner citra digital sederhana dan setelah mengalami berbagai percobaan, dikembangkanlah DMR-Extractor yang di dalamnya memiliki modul scanning, ekstraksi dan pembuatan laporan. Untuk dapat melakukan penyimpanan hingga perbaikan kualitas gambar agar pembacaannya akurat, Tim Pengembang DMR ITB turut menerapkan beberapa algoritma canggih yang memungkinkan pembacaan segala jenis LJK, termasuk LJK OMR. Untuk pembuatan form LJK, disediakan pula DMR-Editor yang kegunaannya adalah membuat desain form LJK yang biaya penggandaannya juga sangat rendah.
Sembilan tahun terakhir ini, berbagai penyelenggara ujian telah beralih menuju teknologi DMR dari sebelumnya menggunakan OMR. Berbagai instansi mulai dari perguruan tinggi, perusahaan, lembaga psikologi, lembaga bimbingan belajar, bahkan pemerintahan menggunakan program DMR untuk berbagai keperluan. Kelebihan yang dimiliki oleh DMR ini memang cukup banyak jika dibandingkan pendahulunya yaitu OMR.
Jika sebelumnya pemeriksaan ujian menggunakan scanner dan komputer membutuhkan biaya yang sangat mahal, dengan satu mesinnya saja bisa mencapai 200 juta rupiah maka DMR ini merupakan terobosan pengujian lembar jawaban yang lebih menghemat dana. Tidak sampai 10 juta DMR sudah dapat digunakan oleh penggunanya. Kecepatan dan akurasinya tentu selalu dikembangkan oleh Prof Iping dan timnya. Tahun 2013 ini, DMR terbaru mampu memeriksa hingga 12.000 LJK per menitnya tanpa mengurangi keakuratannya. Selain memeriksa jawaban, DMR juga dilengkapi dengan fitur analisis jawaban ujian maupun hasil statistik kuesioner.
Apabila menggunakan DMR, peserta ujian bisa menggunakan spidol atau pulpen ketika mengisi jawaban, berbeda dengan OMR yang mengharuskan penggunaan pensil 2B dalam pengisian LJK. Tidak hanya peserta ujian tetapi penyelenggara ujian juga diuntungkan dengan adanya teknologi DMR ini. Pasalnya, teknologi DMR memungkinkan biaya cetak LJK yang lebih rendah. Penyelenggara ujian dapat menggunakan kertas fotokopi, lembar jawaban satu warna, atau bahkan dicetak dengan printer biasa, ukuran kertas pun tidak dibatasi mulai dari A3 sampai dengan A5. Berbagai kemudahan tersebut hanyalah segelintir dari begitu banyak kelebihan yang dimiliki oleh teknologi DMR ini.
Targetkan Pengembangan
Kesibukannya sebagai dosen pengajar, pembimbing mahasiswa dari sarjana sampai pascasarjana, mengadakan penelitian, dan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer (APTIKOM) Jawa Barat rupanya tidak menghalangi Prof. Iping untuk terus melakukan pengembangan dan evaluasi untuk karyanya ini. Berbagai rencana pengembangan DMR ini sudah direncanakan untuk diteliti dan diaplikasikan, seperti penelitian terkait kandungan gambar. DMR ini juga direncanakan untuk diaplikasikan dalam bentuk robot pintar.
Dikembangkan secara intensif dan telah digunakan oleh ribuan lembaga, DMR bahkan mampu merambah pasar internasional. DMR digunakan sebagai alat pengentri data di Chevron, Darya Varia dan Toyota Astra. Ratusan universitas telah menggunakan teknologi DMR untuk keperluan ujian, kuesioner, maupun registrasi. DMR juga digunakan pada ujian seleksi CPNS pusat dan daerah, rekrutmen BUMN, bank dan perusahaan swasta, ujian sertifikasi guru, sertifikasi bankir dan pejabat pengadaan, serta ujian di kepolisian maupun militer yang umumnya berbentuk psikotes. Tak lupa DMR menjadi software resmi Depdiknas untuk UASBN 2008, ujian formal skala nasional pertama yang pengisiannya dengan tanda silang, serta digunakan pula pada ujian psikotes penerimaan pegawai ITB 2013.
Prof Iping mengaku bahwa beliau terus menjadi pengembang utama DMR ini agar dapat memberikan yang terbaik bagi berbagai pihak, khususnya Bangsa Indonesia. ''Penelitian di ITB ini saya dapat mengatakan memang 'membumi'. Tetapi supaya penelitian-penelitan di ITB dapat lebih memiliki daya saing perlu adanya pembagian yang proporsional antara penelitian fundamental, teknologi, dan terapan. Selain itu, jika memiliki ide yang kreatif dan kinerja yang bagus, berikanlah selalu yang terbaik kepada banyak orang di sekitar kita,'' ujar Prof. Iping Supriana menutup wawancara.