Dignify 2015 Buka Sero Pemikiran Guna Apresiasi Karya Furnitur

Oleh Bayu Septyo

Editor Bayu Septyo

BANDUNG, itb.ac.id – Seperti biasa, Asia Afrika belakangan menjadi tempat yang difavoritkan kaum muda Kota Bandung. Namun kini, keramaian itu salah satunya disumbangkan oleh riuh gelaran Design Project 2015 oleh Industrial Design Student Society (INDDES) ITB. Acara tahunan yang kini bertajuk Dignify ini utamanya menghadirkan diskusi mengenai desain produk dan sajian karya desain tentang furnitur ini digelar pada Sabtu dan Minggu (28-29/11/15) di Gedung OCBC, Jalan Asia Afrika no. 81 Kota Bandung. INDDES ITB yang banyak menaungi mahasiswa-mahasiswi Desain Produk ITB mengadakan kegiatan akbar tersebut dengan harapan agar masyarakat memiliki ruang tersendiri dalam meningkatkan apresiasinya terhadap karya seni yang begitu lekat dengan keseharian seperti barang-barang furnitur.
Design Project 2015 kali ini banyak mengundang perhatian dengan tema yang diusung, “Simple, Fresh & Surprising”. Menempati gedung De Vries yang cukup bersejarah nan unik, Dignify terlihat sangat welcome kepada masyarakat yang hadir terlihat dari entry gate yang begitu terbuka jika diamati dari seberang jalan. Salah satu panitia, Ami (Desain Produk 2012), tidak segan dengan hangat menyapa para pengunjung tanpa lupa menawarkan pendampingan selama ada di dalam venue. “Jadi ada tiga segment karya yang ditampilkan dalam pameran kita ini yaitu Student Showcase, Professional Showcase, dan Award Winning,” terang Ami menjawab pertanyaan pengunjung.

Gelaran yang berlangsung selama dua hari ini diawali dengan seminar “Furnitalk” bertemakan Desain, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dan Narsisme dalam Bisnis Furniture pada Sabtu (28/11/15). Sero pemikiran peserta berhasil dibuka dengan apik oleh para pembicara diantaranya Rizky A. Adiwilaga (Pakar HKI), Redy Handoko (Pakar Strategi Bisnis & Ekonomi), dan Bayu Edward (Asanka). Para speaker saling mengiyakan bahwa narsisme akan sangat membantu kreatur karya untuk menciptakan produk yang khas dan berdaya saing tinggi. Adapun HKI secara beriringan akan mengokohkan supremasi keunikan yang dimiliki tiap-tiap karya dan membantu meningkatkan eksosistem kreasi yang lebih sehat dan baik.

Tak puas disitu, pada hari minggu Dignify dilanjutkan dengan Furnitalk mengenai Strategi Bisnis Startup dalam Bidang Furniture. Hadir didalamnya Febryan Tricahyo (Conture Indonesia), Daniel Jonathan (Alpha Furniture), Raymond Simandjuntak (Fabelio) dan Sabar Situmorang (Wisanka). Raymond menuturkan betapa melelahkannya dalam berjuang merintis startup bisnis furniture,“Gila nih, 79 kali prototype tapi akhirnya jalan juga”. Disamping itu, Sabar menghimbau kepada para pegiat bisnis serupa untuk memahami lingkungan bisnis terkini yang begitu megah dengan hadirnya inovasi teknologi. Menurutnya, bisnis furniture sudah menjadi urusan trans-disiplin yang harus dikembangkan dengan membawa valensi bangsa agar tetap dan harus dapat bersaing dalam kancah internasional. Untuk itu ia tak lupa berpesan bagi seluruh mahasiswa untuk meluangkan waktu dalam bereksperimen dengan produknya terhadap kondisi kehidupan terkini,“saya sampaikan, bahwa kuliah adalah masa-masa yang menjadi tempat bagi kita untuk menemukan jati diri”.

Dignify 2015 yang sarat akan edukasi ini juga dimeriahkan dengan market corner dimana pengunjung dapat membeli pernak-pernik yang menarik. Tak hanya itu, food truck yang standby sepanjang waktu juga disediakan dalam menjamin kenyamanan pengunjung selama seharian memuaskan hasratnya akan karya-karya di Dignify. Ami berharap dengan adanya Dignify, bertemunya tiga sudut pandang antara mahasiswa, profesional, dan masyarakat akan membantu mengembalikan derajat Desain Produk ke tempat sebagaimana mestinya tanpa melupakan aspek versatilitas karya tersebut dalam kegunaanya di keseharian.