Gebrak Indonesia: Mewujudkan Masyarakat Mandiri melalui Berbagai Sektor
Oleh Bangkit Dana Setiawan
Editor Bangkit Dana Setiawan
Gebrak Indonesia merupakan sebuah gerakan Pengabdian Masyarakat berbasis community development yang berkelanjutan dan diinisiasi oleh HMS (Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil) serta Kabinet KM (Keluarga Mahasiswa) ITB. Gebrak Indonesia, Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia, resmi dibentuk pada 11 April 2013 dengan visi "Terwujudnya masyarakat yang mandiri melalui proses pengembangan masyarakat yang sinergis". Melalui Gebrak Indonesia, Masyarakat dianggap sebagai 'subjek' bukan sebagai 'objek', masyarakat turut berperan aktif dalam pembangunan serta menjadikan masyarakat itu sendiri sebagai agent of change bagi masyarakat lainnya.
Gebrak Indonesia ini merupakan kolaborasi dari berbagai lembaga di ITB yang terkait mengenai pengabdian masyarakat. "Untuk menyentuh banyak sektor di masyarakat, kami tidak bisa bekerja sendirian, kami harus berkolaborasi dengan lembaga lain," jelas Aziz (Teknik Sipil'10) Wakil Ketua Gebrak Indonesia. Lembaga-lembaga yang berperan dalam Gebrak Indonesia ini adalah Kementerian Pengabdian Masyarakat Kabinet KM ITB, Sibades HMS ITB, Satoe Indonesia, Fardes HMF (Himpunan Mahasiswa Faramasi ) ITB, dan Desa.In Desain Produk ITB. Lembaga-lembaga ini berperan sesuai dengan keahliannya masing-masing, misalnya HMS berperan dalam pembangunan infrastruktur, HMF berperan dalam kesehatan lingkungan, dan Satoe Indonesia berperan dalam pengembangan kewirausahaan, dan lain-lain.
Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Bandung merupakan desa tempat tim Gebrak Indonesia akan mewujudkan visinya. "Sebelumnya kami telah melakukan survei lebih dari 20 desa di Bandung, tetapi yang paling memungkinkan adalah Desa Warjabakti ini," Jelas Aziz. Banyak parameter yang dipertimbangkan sebelum tim Gebrak Indonesia memilih Desa Warjabakti karena tujuan dari Gebrak Indonesia adalah 'menyentuh' berbagai sektor di masyarakat. Hal-hal yang dipertimbangkan adalah demografi, infrastruktur, keadaan ekonomi warga, pendidikan, wilayah, dan yang paling penting adalah potensi yang dapat dikembangkan di desa tersebut agar menjadi desa yang mandiri.
Dalam melakukan pemetaan sosial, tim Gebrak Indonesia dibantu oleh tim Antropolog Indonesia untuk melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Pemetaan sosial ini dibutuhkan untuk mengetahui langkah apa yang harus diambil oleh tim Gebrak Indonesia untuk melakukan pengembangan masyarakat di Desa Warjabakti. Analisis yang dilakukan harus pada berbagai hal, tidak bisa hanya satu hal saja karena Gebrak Indonesia ini bertujuan untuk membenahi berbagai sektor, seperti pendidikan, ekonomi, infrastruktur, kesehatan dan lingkungan serta kehidupan sosial masyarakatnya.
Hasil Analisis dan Peran Tim Gebrak Indonesia di Berbagai Sektor
Dari Sektor Pendidikan, 55% masyarakat Desa Warjabakti hanya lulusan SD. Hal ini dikarenakan kesadaran warga akan pentingnya pendidikan masih terlalu rendah. Selain itu tidak terdapatnya infrastruktur yang memadai seperti SMP yang letaknya terlalu jauh dari desa, sehingga hal ini membuat masyarakat enggan untuk menempuh pendidikan tingkat lanjut. Hal ini sangat ironis mengingat program pemerintah terhadap pendidikan adalah wajib belajar selama 12 tahun tetapi kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang belum sadar akan ini. "Disinilah peran Gebrak Indonesia untuk membentuk kesadaran warga bahwa pendidikan itu sangatlah penting dan melakukan advokasi kepada pemerintah untuk membangun SMP di sekitar Desa Warjabakti serta memanfaatkan paket-paket belajar yang telah ada," jelas Aziz.
Dalam sektor ekonomi, sebagian besar warga Desa Warjabakti bermata pencaharian sebagai petani jagung, beras, bawang, dan lain-lain. Peran Gebrak Indonesia disini adalah meningkatkan nilai jual hasil pertanian warga dan memberikan penyuluhan mengenai teknologi pertanian sehingga hasil yang didapatkan lebih optimal. "Kami akan memberikan fasilitas seperti packaging sehingga jagung dan hasil lainnya dapat dijual di supermarket dengan harga yang lebih tinggi," jelas Aziz. Selain itu tim Gebrak Indonesia akan memberikan pendidikan mengenai berwirausaha melalui usaha padat karya. "Tim Satoe Indonesia dari SBM yang akan bertanggung jawab dalam menumbuhkan sifat kewirausahaan warga Desa Warjabakti," tambah Aziz.
Masih banyak infratruktur yang kurang memadai di Desa Warjabakti, seperti sistem perpipaan air bersih, tidak adanya SMP di sekitar desa, kondisi jalan yang masih buruk, jembatan-jembatan yang rusak dan masih banyak lagi. Gebrak Indonesia menginisiasi pembangunan infrastruktur dengan melakukan advokasi kepada pemerintah dan beberapa perusahaan. "Masyarakat merupakan subjek pembangunan bukan objek,karena itu kami tidak akan membiayai seluruh pembangunan, harapannya dana dari bisnis yang telah dikembangkan dapat turut membiayai pembangunan, sehingga masyarakat lebih mandiri," tutur Aziz.
Mewujudkan masyarakat yang mandiri bukanlah hal yang singkat dan tentu saja bukan pula hal yang mudah. Tim Gebrak Indonesia berharap bahwa gerakan ini dapat menjadi inisiator gerakan mahasiswa lainnya agar lebih peka mengenai permasalahan yang ada di masyarakat dan berani untuk menjadi agent of change untuk peradaban yang lebih baik. "Semoga Gebrak Indonesia ini bisa terus berlanjut dan semakin banyak lembaga yang terlibat, karena untuk mewujudkan suatu misi besar kami tidak dapat bekerja sendirian, butuh orang banyak yang peduli akan Indonesia," tutup Aziz.
Sumber Gambar : Dokumentasi Tim Gebrak Indonesia