Dinamika di Pusat Kampus ITB
Oleh Vernida Mufidah
Editor Vernida Mufidah
BANDUNG, itb.ac.id- Kampus ITB merupakan kampus yang didesain dengan sangat cermat. Hal ini dapat dilihat dari kesimetrisan banyak elemen yang ada di dalamnya, baik gedung maupun jalanan. Jika dirunut semakin dalam, maka akan didapati bahwa pusat dari segala simetri tersebut terletak pada sebuah kolam legendaris yang terkenal dengan nama 'Kolam Indonesia Tenggelam'. Kolam ini terletak pada sebuah zona transisi yang dihuni oleh empat gedung besar yang dikenal dengan nama 'Gedung Labtek' dan beberapa ornamen peringatan yang sangat penting. Monumen-monumen agung ini telah menjadi saksi dari sekian banyak karya yang telah dihasilkan oleh civitas akademika ITB.
Kolam Indonesia Tenggelam
Nama 'Indonesia Tenggelam' tentunya merupakan nama yang unik dan tidak biasa untuk ukuran sebuah kolam, apalagi yang disebut-sebut sebagai pusat simetri dari kampus ITB. Nama ini muncul karena keberadaan dari peta Indonesia yang disusun dari tegel-tegel hijau di dasarnya, dengan tegel-tegel merah yang menandakan ibukota masing-masing propinsi. Di tepi kolamnya tersusun secara radial nama-nama program studi yang ada di ITB, searah dengan posisi gedung program studi yang bersangkutan. Semua simbol itu seakan menyerukan bahwa ITB berjiwa Indonesia, dan terus berupaya untuk mengembangkan Indonesia dari segala disiplin ilmu yang ditawarkan oleh program-program studinya. Selain 'Indonesia Tenggelam' terdapat pula kolam-kolam lain berbentuk persegi di bagian utara dan selatan dari kolam Intel (akronim dari nama 'Indonesia Tenggelam') yang memiliki pola partitur lagu Indonesia Raya untuk orgel.
Daerah Empat Labtek
Mengelilingi kolam Indonesia Tenggelam, terdapat 4 gedung tinggi yang memiliki desain yang khas dengan pilar-pilar batu dan atap tradisional, namun disokong dengan pipa-pipa merah yang menunjukkan modernitas. Gedung-gedung ini terkenal dengan nama gedung 'Labtek' dan diberi nomor secara berurutan. Labtek yang terletak pada sisi barat daya disebut Labtek V, lalu mengikuti arah jarum jam terdapat Labtek VI, Labtek VII, dan Labtek VIII. Setelah peringatan Dies Emas ITB pada tahun 2008, gedung-gedung Labtek ini akhirnya diberi nama. Nama-nama ini disandangkan untuk menghargai donasi yang telah diberikan alumni kepada ITB. Labtek V dinamai Gedung Benny Subianto, alumnus Teknik Mesin 1960, sementara Labtek VI dinamai Gedung T.P. Rachmat, juga alumnus Teknik Mesin 1961. Labtek VII dinamai Gedung Yusuf Panigoro, ayah dari Arifin Panigoro, alumnus Teknik Elektro 1973, dan Labtek VIII pun dinamakan sesuai dengan nama ayah dari Aburizal Bakrie, alumnus Teknik Elektro, sehingga sekarang bernama Gedung Ahmad Bakrie.
Gedung-gedung ini sebagian besar berisi laboratorium, ruang kelas, maupun ruang administrasi bagi beberapa program studi dan fakultas. Terhitung program studi Teknik Informatika, Teknik Fisika, Teknik Kelautan, dan Teknik Elektro memiliki seluruh fasilitasnya dalam lingkungan 4 Labtek ini. Begitu juga dengan Sekolah Farmasi (SF) dengan program studinya Sains dan Teknologi Farmasi dan Farmasi Klinik dan Komunitas. Fakultas Teknologi Industri (FTI) dan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) juga berkegiatan dalam lingkungan ini walaupun program studinya tidak semuanya berada dalam lingkungan yang sama.
Selasar-selasar Gedung Mewadahi Kegiatan Mahasiswa
Karena banyaknya kegiatan yang dilakukan dalam lingkungan 4 Labtek ini, tidak heran wilayah ini tidak pernah sepi, bahkan di saat hari libur kuliah. Mahasiswa tidak hanya beraktivitas di sini untuk urusan administrasi dan akademis saja. Selasar-selasar Labtek yang luas membuat mahasiswa betah juga melakukan kegiatan kemahasiswaan maupun hanya duduk-duduk dan berbincang dengan teman. Pada akhir pekan pun banyak kegiatan unit yang memanfaatkan selasar-selasar ini untuk melakukan kegiatan, seperti unit Karate yang memanfaatkan selasar Gedung Yusuf Panigoro untuk berlatih. Apalagi didukung dengan sinyal wi-fi ITB yang mencakup seluruh wilayah dari 4 Labtek ini, banyak juga yang memanfaatkannya untuk mengakses internet. Spot-spot yang banyak diminati mahasiswa ITB untuk menjelajah dunia maya antara lain selasar FTI (Gedung Benny Subianto), selasar Farmasi (Gedung Yusuf Panigoro), dan Eco-spot yang terletak dalam daerah Gedung T.P. Rachmat dan dikelola oleh program studi Teknik Fisika. Mahasiswa sangat betah dalam memanfaatkan fasilitas yang tersedia 24 jam ini, sehingga keramaian semacam ini tidak jarang ditemui hingga larut malam.
Kegiatan Himpunan
Keramaian serupa juga banyak terlihat pada beberapa titik lain dalam daerah 4 Labtek ini. Tidak heran, karena banyak himpunan mahasiswa program studi yang memiliki sekretariat dalam gedung-gedung Labtek, antara lain Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika (HMIF) di Gedung Benny Subianto, Himpunan Mahasiswa Fisika Teknik (HMFT) dan Keluarga Mahasiswa Teknik Kelautan (KMKL) di Gedung T.P. Rachmat, serta Himpunan Mahasiswa Elektroteknik (HME) dan Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) Ars Preparandi di Gedung Yusuf Panigoro. Mulai dari kegiatan santai seperti bermain tenis meja hingga hearing calon ketua himpunan yang sangat serius pun banyak disaksikan oleh jajaran gedung Labtek ini. Belum lagi jika sedang dilakukan prosesi arak-arakan wisuda pada bulan April, Juli, dan Oktober, maka setiap himpunan akan berhias dan banyak massanya turut meramaikan perayaan wisuda dari senior-seniornya, sehingga daerah ini juga larut dalam suka cita.
Perayaan Dies Emas ITB pada tahun 2008 dan Pasar Seni ITB 2010 juga memanfaatkan wilayah yang juga menyimpan monumen Plaza Widya Nusantara dan Tugu Soekarno ini dalam euforianya. Terhitung banyak orang-orang penting dan artis-artis terkenal yang telah mencicipi tampil di panggung yang dibangun di daerah ini. Banyak ide, gagasan, euforia dan suka cita, serta inspirasi yang hilir mudik dalam kungkungan pilar-pilar besar 4 Labtek ini, dan semoga 4 Labtek ini akan tetap berdiri dan menjadi saksi saat semua pemikiran dan semangat itu terwujud dalam kejayaan Indonesia di masa depan.
[Ria Ayu Pramudita]