Dosen ITB Jelaskan Penyebab Cuaca Dingin di Bandung saat Kemarau

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

Ilustrasi cuaca dingin. (Pixabay/Iqbalstock)

BANDUNG, itb.ac.id – Ketua Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Muhammad Rais Abdillah, S.Si., M.Sc., menjelaskan tiga penyebab cuaca di Kota Bandung lebih dingin dari biasanya, terutama saat pagi hari di musim kemarau.

Dosen dari Kelompok Keahlian Sains Atmosfer tersebut mengatakan, suhu dingin di pagi hari saat musim kemarau merupakan hal wajar. Hal itu terjadi setidaknya karena tiga faktor, yakni sedikitnya awan saat kemarau, angin, dan kelembapan udara.

Jumlah awan relatif sedikit saat kemarau

Beliau mengatakan, awan berperan penting dalam mengatur suhu udara. Saat kemarau, jumlah awan di langit relatif berkurang. “Awan berfungsi sebagai ‘selimut’ yang memantulkan sinar matahari dan mencegah panasnya mencapai permukaan bumi,” katanya.

Saat siang hari, ketika awan sedikit, akan lebih banyak sinar matahari yang turun ke bumi sehingga suhu udara saat siang terasa lebih panas. Namun, saat malam, efeknya berkebalikan. Panas yang diserap bumi saat siang dilepaskan kembali ke luar angkasa dengan cepat melalui proses radiasi saat malam. Akibatnya, suhu udara saat malam hingga pagi turun drastis. Namun, proses pendinginan tersebut tergantung pula dari keberadaan awan di malam hari.

“Kalau malam input panas dari matahari sudah tidak ada, yang ada pendinginan. Jika tidak ada awan (saat malam), panas dari bumi lepas ke luar angkasa. Tapi kalau ada awan, panasnya dibalikkan lagi oleh awan sehingga permukaan bumi mendinginnya lambat,” ujarnya, Selasa (23/7/2024).

Beliau menjelaskan, saat musim kemarau puncak panasnya paling tinggi karena terik matahari, namun puncak dinginnya pun paling rendah. “Hal itu karena jarak antara temperatur maksimum dan minimum harian itu cukup besar dibandingkan musim hujan karena musim hujan relatif banyak awan,” ujarnya.

Angin

Keberadaan angin memengaruhi proses pendinginan suhu di permukaan bumi saat kemarau. Beliau menjelaskan, selain faktor awan, suhu menjadi lebih dingin ketika angin tenang dibandingkan saat ada angin berembus.

“Kalau cuaca dingin, tidak ada angin atau anginnya tenang, itu menyebabkan pendinginannya lebih efektif,” katanya. Hal itu karena angin berfungsi untuk “mengaduk” udara malam hingga pagi. Saat malam, udara di bagian atas lebih hangat daripada bagian bawah. Dengan begitu, saat ada angin, angin tersebut akan “mengaduk” udara yang hangat ke bawah, yang dingin ke atas.

Kelembapan

Peran kelembapan udara kaitannya dengan suhu dingin mirip seperti banyak sedikitnya awan, namun efeknya lebih kecil. Artinya, tinggi rendahnya kelembapan udara tidak secara langsung membuat suhu udara menjadi dingin. Pada udara dengan kelembapan rendah, udara akan terasa lebih dingin.

Terkait cuaca dan suhu dingin ke depannya, beliau menyarankan agar dapat melihat prakiraan cuaca resmi dari BMKG. “BMKG sudah melakukan prakiraan. Temperatur itu prediksinya jauh lebih akurat daripada hujan. Untuk pertanian yang perlu informasi satu minggu atau satu bulan ke depan, BMKG juga mengeluarkan prediksi musiman. Jadi, sangat bisa sekali melihat informasi prakiraan cuaca tersebut,” ujarnya.


scan for download