Dosen ITB Raih Penghargaan Ilmuwan Muda dan Masuk Daftar Top 2% Dunia Berkat Riset Material Nano

Oleh Iko Sutrisko Prakasa Lay - Mahasiswa Matematika, 2021

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Dosen KK Kimia Anorganik dan Fisik, ITB, Dr. Grandprix Thomryes Marth Kadja, M.Si., (tengah) menerima Penghargaan Achmad Bakrie ke-20 untuk kategori Ilmuwan Muda atas dedikasinya dalam penelitian material nano untuk energi berkelanjutan.

BANDUNG, itb.ac.id – Dosen Kelompok Keahlian Kimia Anorganik dan Fisik, Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Grandprix Thomryes Marth Kadja, M.Si., meraih dua pencapaian membanggakan dalam dunia sains dan teknologi. Pada Agustus 2024, beliau menerima Penghargaan Achmad Bakrie ke-20 untuk kategori Ilmuwan Muda atas dedikasinya dalam penelitian material nano untuk energi berkelanjutan. Adapun pada September 2024, namanya masuk dalam daftar ilmuwan Top 2% Dunia versi Elsevier dan Stanford University.

Dr. Grandprix sendiri merupakan bagian dari Pusat Rekayasa Katalisis ITB (PRK-ITB), yang aktif meneliti berbagai aplikasi material nano sejak awal berdirinya pada tahun 2019. Penelitiannya berfokus pada pengembangan material nanopori dan MXene, material nano dua dimensi yang baru ditemukan secara global pada tahun 2011.

“Lab kami adalah yang pertama mengembangkan MXene di Indonesia sejak tahun 2019,” ujarnya.

Material ini memiliki potensi besar sebagai katalis dalam reaksi pemecahan air menjadi hidrogen dan oksigen, yang mendukung pengembangan energi bersih dan berkelanjutan.

Selain untuk katalis, material nano diterapkan dalam pengembangan membran untuk pemurnian air, sensor berbasis partikel nano emas, hingga aplikasi energi seperti sel surya. Inovasi ini tidak hanya penting secara akademik, tetapi juga berpotensi mendukung industri kimia dan teknologi bersih di Indonesia.

“Saya sangat bersyukur ada pihak eksternal yang memberikan penghargaan seperti ini, karena itu berarti penelitian yang kita kembangkan diakui dan dihargai,” ungkap Dr. Grandprix.

Baginya, penghargaan merupakan bonus dari perjalanan riset panjang yang dimulai sejak masa kuliah sarjana, dan terus dikembangkan melalui kolaborasi dengan institusi internasional seperti National Taiwan University of Science and Technology (NTUST), Kyushu University (Jepang), hingga kini dengan Harvard University (Amerika Serikat).

Penelitian Dr. Grandprix telah menghasilkan sejumlah publikasi ilmiah internasional dan paten. Beliau juga menekankan pentingnya semangat dalam riset, khususnya bagi peneliti muda.

“Tantangannya tentu ada, yang klasik di kita adalah keterbatasan bahan dan fasilitas. Tapi, puji Tuhan, kami selalu mengusahakan apa yang bisa dikerjakan dengan fasilitas yang kami miliki. We make the best out of what we have. Kuncinya adalah kolaborasi dengan kolega-kolega di luar negeri. Muda itu bukan soal usia saja, tapi tentang semangat yang membara dan tidak pernah padam. Kita tidak boleh merasa kecil karena masih muda,” katanya.

Dukungan dari ITB disebutnya sebagai salah satu faktor penting dalam keberhasilan riset yang dijalani. Lingkungan akademik yang mendorong kolaborasi dan fasilitas yang terus dikembangkan membuatnya optimistis bahwa Indonesia dapat menjadi pemain penting dalam sains material di masa depan.

Penelitiannya di bidang katalis, khususnya, diyakini akan memiliki dampak signifikan dalam lima tahun ke depan. Mengingat lebih dari 90% proses industri kimia memerlukan katalis, inovasi yang efisien dan berkelanjutan di bidang ini akan membawa pengaruh besar terhadap sektor energi, lingkungan, dan manufaktur nasional.

Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Mahasiswa Matematika, 2021)

#prestasi dosen #grandprix thomryes marth kadja #penghargaan achmad bakrie ke20 #ilmuwan muda #material nano #energi berkelanjutan #pusat rekayasa katalis #katalis merah putih #sdg 9 #industry innovation infrastructure #sdg 4 #quality education #sdg 8 #decent work and economic growth