Dosen SAPPK ITB Bahas Integrasi Sistem Modular dan Mutu Material dalam Desain Arsitektur

Oleh Asya Aulia Sukma - Mahasiswa Arsitektur, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

Dosen Arsitektur ITB, Permana, S.T., M.T. menyampaikan materinya dalam Webinar SAPPK ITB: Sustainable Building Material Technologies, Kamis (18/7/2024). (Zoom/Asya Aulia Sukma)

BANDUNG, itb.ac.id - Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung (SAPPK ITB) menyelenggarakan webinar “Sustainable Building Material Technologies”, Kamis (18/7/2024) secara bauran di Ruang Seminar Lantai 2 Labtek IXA SAPPK ITB dan Zoom Meeting untuk membahas bagaimana perkembangan dan peta penelitian teknologi material yang berkelanjutan.

Webinar ini menghadirkan narasumber, salah satunya, Dosen Arsitektur ITB dari Kelompok Keahlian Teknologi Bangunan (KK TB), Permana S.T., M.T. Dalam pemaparannya yang berjudul “Green Innovation in House Construction for Sustainable Modular Wood Utilization”, beliau menjelaskan penggunaan kayu yang dapat memberikan energi minimal baik di dalam produksi maupun konstruksi.

“Di Indonesia terdapat 4.000 tipe pohon, tetapi baru 260 tipe yang sudah digunakan sebagai kayu komersial. Apabila terdapat treatment yang baik, maka 4.000 tipe tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan,” katanya.

Studi kasus penelitian ini diambil di Sekolah Alam Bandung dengan menggunakan metode Material Resource and Cycle (MRC). Adapun hal yang dicoba untuk diidentifikasi adalah utilisasi Sekolah Alam Bandung setelah menggunakan material yang tidak laku di pasaran, penilaian kualitatif dan kuantitatif dari kriteria-kriteria yang ada, serta pembelajaran yang didapat dari penggunaan material kayu tersebut.

Hasil dari identifikasi menunjukkan bahwa Sekolah Alam Bandung memenuhi sebelas dari tiga belas kriteria yang ada. “Lesson learned dari studi kasus ini adalah bagaimana kombinasi antara sistem modular yang memudahkan dan kelemahan suatu material dalam desain arsitektur, dapat menghasilkan karya yang dapat menyelesaikan masalah di lapangan,” ujarnya.

Kesimpulannya, sistem modular akan menuntut cara kerja yang mudah sehingga apabila digunakan mutu kayu yang tinggi maka akan menyulitkan proses pembuatan dan menjadikannya tidak efisien. Dengan sistem modular, mutu kayu yang rendah sekalipun dapat menghasilkan mutu bangunan yang tinggi sebagaimana Sekolah Alam Bandung.

Reporter: Asya Aulia Sukma (Arsitektur, 2021)