Dosen SITH ITB Peroleh Kesempatan Riset di Amerika Melalui Fulbright Visiting Scholar

Oleh Diviezetha Astrella Thamrin

Editor Diviezetha Astrella Thamrin

BANDUNG, itb.ac.id - Menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan maupun institusi riset luar negeri merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian utama ITB. Dengan membuat koneksi dan menjalin hubungan baik pula, dua dosen dari Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB berhasil memperoleh kesempatan untuk melakukan penelitian di Amerika. Kesempatan ini datang dengan diterimanya proposal yang diajukan oleh Ernawati Arifin Giri-Rachman, Ph.D dan Dr. Marselina Irasonia Tan, Ph.D melalui sebuah beasiswa dari Amerika, Fulbright Visiting Scholar.

Fulbright Visiting Scholar adalah sebuah program beasiswa pertukaran pendidikan internasional bergengsi yang disponsori oleh pemerintah Amerika Serikat. Terdaftar secara resmi pada Dewan Pertukaran Sarjana Internasional (Council for International Exchange of Scholars), program ini dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan kesepahaman antar masyarakat Amerika Serikat dengan para sarjana dari berbagai negara lain. Saat ini, terdapat lebih dari 300.000 partisipan yang dipilih berdasarkan prestasi akademik dan potensi kepemimpinan. Para peserta yang terpilih untuk mengikuti program ini memperoleh kesempatan untuk belajar, melakukan penelitian, bertukar ide, dan berkontribusi serta berdiskusi bersama untuk menemukan solusi terhadap masalah-masalah internasional. Di Indonesia, penjaringan peserta untuk mengikuti beasiswa ini diwadahi oleh American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF).

Marselina, dosen mata kuliah Imunologi, Terapi Gen, Biologi Kanker, dan beberapa mata kuliah lainnya mendapat kesempatan untuk melakukan riset di University Medical Center di Kansas. Dosen yang memperoleh gelar doktornya pada Biologi Molekular di Lubeck, Jerman, ini memang mengkhususkan diri pada penelitian-penelitian yang berkaitan dengan sel kanker, dan tergabung pada Kelompok Keilmuan Fisiologi, Perkembangan Hewan dan Sains Biomedika di SITH ITB.

Indry Rachmawati, salah seorang mahasiswi pascasarjana yang merupakan murid Marselina, mengakui bahwa Marselina memang merupakan dosen yang sangat cerdas. "Ibu Marsel itu sangat pintar dan serba tahu. Metode ajarnya juga menyenangkan dan interaktif, di samping Beliau memang humoris dan spontan," tutur Indry.

Berangkat dari Minat dan Passion

Selain Marselina, Ernawati berkesempatan pula melakukan riset di Virginia Polytechnic Institute and State University di Blacksburg mengenai pengembangan vaksin. Erna yang menggeluti imunologi dan virologi memang memiliki ketertarikan mendalam pada kedua bidang ini, sehingga semua tahapan-tahapan riset dan pekerjaan dikerjakan tanpa beban. Pada risetnya, Ernawati bersama ilmuwan-ilmuwan lain dari berbagai negara berusaha mengembangkan virus partikel untuk kandidat vaksin diare yang disebabkan oleh virus, yang dapat pula dikembangkan untuk vaksin penyakit lainnya. Riset ini dilakukan di Laboratorium Imunologi dan Virologi dengan menggunakan hewan sebagi model.

Menurut Ernawati, riset yang dikerjakannya kala itu mendatangkan banyak sekali pengalaman berharga. "Saya bertemu banyak ilmuwan dari berbagai bidang dan berkesempatan berdiskusi serta bertukar informasi terbaru tentang ilmu pengetahuan," kata Erna. Dosen yang mengajar Biologi Sel, Virologi, Patogenesis Mikroba dan Imunologi, dan beberapa mata kuliah lainnya ini mengaku mengajukan proposal beasiswa karena sebagai dosen, ia merasa perlu mengasah dan menambah kembali pengetahuan serta informasi akan ilmu pengetahuan serta teknik baru, yang dapat dimanfaatkan pula untuk kepentingan institusi.

Selain berkesempatan melakukan riset dan eksperimen dengan dana yang tidak sedikit di laboratorium berkelas internasional, Erna juga mendapat pengalaman berharga dengan mempelajari etos dan budaya kerja ilmuwan-ilmuwan Amerika dan berbagai negara lainnya. "Mereka itu kerjanya efektif dan efisien sehingga serba cepat di segala lini. Apabila ada masalah, pasti solusinya diperoleh dengan cepat pula," cerita Erna.

Erna mengaku sangat bersyukur atas keberuntungannya menjadi perwakilan Indonesia untuk program Fulbright Visiting Scholar bersama Marselina. Dari kesempatannya menetap selama 10 bulan itu, Erna bercerita bahwa Indonesia dengan ragam flora dan faunanya yang kaya mampu membuat para ilmuwan dari berbagai negara terkesan. Ilmuwan-ilmuwan tersebut menganggap Indonesia sangat kaya dan memiliki banyak potensi yang dapat diteliti dan dimanfaatkan untuk dunia ilmu pengetahuan, khususnya vaksin.

Lulusan University of Bristol dari Departemen Patologi dan Mikrobiologi ini pun tengah mengembangkan sebuah vaksin Hepatitis B. Penelitian yang sedang dalam tahap pengembangan bibit vaksin ini dilakukannya bersama rekan-rekan yang tergabung dalam Konsorsium Vaksin Indonesia. Berbekal pengalaman dan ilmu yang diperoleh dari Fulbright Visiting Scholar, Erna merasa sangat terbantu dalam mengaplikasikan teknik dan metode-metode uji untuk penelitian pengembangan vaksin Hepatitis B ini.

Dengan cita-cita mengeksplorasi potensi alam sendiri untuk mengembangkan vaksin dan obat dari Indonesia, Erna selalu berpesan pada para mahasiswanya untuk membuka sendiri peluang-peluang dalam hidup. Menurutnya, peluang dan prospek hidup yang baik itu tergantung dari diri sendiri dan niat masing-masing. "Kita juga harus memiliki visi dan tujuan hidup, dan yang terpenting harus mau berkontribusi pada komunitas dimanapun kita berada," pesannya.