Dr. Ari Darmawan Pasek: Laporan Studi Kelayakan PLTSa Sudah Selesai
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Bandung, itb.ac.id - Ditemui di kantornya, gedung PAU ITB, Senin (7/5) lalu, Dr. Ari Darmawan Pasek, mengungkapkan bahwa studi kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang akan di bangun di daerah Gede Bage sudah selesai. Ketua Pusat Rekayasa Industri ITB ini pun mengungkapkan bahwa walaupun ITB dipercaya membuat Studi Kelayakan (Feasibility Study), namun penentu apakah proyek ini layak diteruskan atau tidak ada di tangan Walikota dan investor sebagai pemilik proyek. "Yang namanya feasibility study itu adalah studi yang menganalisis semua risiko-risiko yang akan muncul pada saat konstruksi proyek dan setelah proyek selesai," tutur Ari, "Dalam studi kelayakan PLTSa ini, kami tidak menentukan layak atau tidaknya suatu proyek. Kami hanya menjabarkan seluruh potensi dan risiko, baik dari aspek ekonomi dan teknologi."
Dosen Teknik Mesin ITB ini kemudian memberikan penjelasan panjang lebar mengenai rencana dan opsi teknologi dalam pembangunan PLTSa. Itb.ac.id diberi kepercayaan melihat sebagian dari studi kelayakan PLTSa ini. Semua penjelasan Ari, mulai dari rencana pengangkutan sampah, teknologi insinerasi, hingga mitigasi polusi tampak masuk akal dan sangat positif. "Di luar negri, terutama Eropa dan RRC, teknologi ini adalah pilihan utama dalam mengatasi sampah," tutur Ari, "RRC memiliki 50 PLTSa yang masing-masing hanya berjarak ratusan meter dari perumahan penduduk." PLTSa atau Waste to Energy (WTE) dapat menghasilkan polusi yang bahkan 2500 kali lebih bersih dari asap sebatang rokok.
Ari mengiyakan bahwa tinggi rendahnya polusi itu berhubungan erat dengan dana. "Semuanya memang masalah dana. Dengan dana yang cukup, kita bisa membuat PLTSa ini menjadi sangat bersih," katanya, "Lewat studi kelayakan ini pula, ITB memberikan opsi-opsi teknologi yang mengkompromikan antara dana dengan tingkat polusi." Tampak jelas tekad ITB untuk tidak sama sekali mengorbankan rakyat dan lingkungan.
Bau sampah adalah salah risiko yang sangat diperhatikan tim studi kelayakan pimpinan Ari. Untuk mengatasi itu, ITB keluar dengan pilihan solusi truk dan desain PLTSa yang menjamin tidak akan ada bau busuk sampai ke hidung warga. Truk sampah yang didesain khusus akan melewati Tol Padaleunyi. "Truk tidak akan melewati daerah perumahan warga," kata Ari.
Dalam aspek ekonomi, PLTSa ini pun tampak sangat menjanjikan akan menjadi generator ekonomi wilayah Gede Bage. "Pembangunan PLTSa akan membuat Pemerintah Kota (Pemkot) membangun akses keluar Tol Padaleunyi di Gede Bage," kata Ari, "Jelas ini akan justru meningkatkan harga tanah." Selain itu, menurut rencana, dari 60 hektar lahan yang dibebaskan, hanya 10 hektar yang diperlukan untuk membangun PLTSa. Sisanya akan dibangun pusat komersil serta Sarana Olah Raga (SOR). Termasuk di dalam rencana adalah pembangunan Stadion Sepak Bola yang baru. "Kegiatan ekonomi justru akan terpacu," kata Ari.
Melihat serangkaian prospek cerah baik dari aspek teknologi maupun ekonomi, muncul pikiran ironis karena warga Gede Bage justru menolak dibangunnya PLTSa di sana. "Sosialisasinya memang kurang. Warga gak tau kalau PLTSa itu justru akan pertama kalinya, menguntungkan bagi warga Gede Bage di masa mendatang." Ari menyayangkan pihak Pemkot Bandung yang bertanggung jawab atas sosialisasi PLTSa ini tidak menjalankan tugas sosialisasi ke masyarakat dengan baik.
(Kami akan menyajikan ulasan lebih mendalam mengenai PLTSa dalam dua artikel pada tanggal 15 dan 22 Mei 2007)