M. Arifian Adin Raih Honorable Mention di Ajang NTU-MUN Tingkat Asia

Oleh Mega Liani Putri

Editor Mega Liani Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Siapa bilang mahasiswa ITB hanya unggul di bidang rekayasa dan sains? ITB selalu memberikan fasilitas bagi mahasiswanya untuk mengembangkan bakat dan minat di segala macam bidang. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai unit kegiatan mahasiswa yang dilegalkan oleh di kampus. Ganesha Model of United Nation (GMUN) adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa yang menjadi wadah berkumpulnya para calon pemimpin bangsa yang tertarik membahas isu internasional layaknya diplomat di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Model of United Nation (MUN) sendiri adalah forum simulasi kegiatan PBB yang diadakan oleh pelajar di berbagai belahan dunia. Salah satu anggota GMUN, Muhammad Arifian Adin (Teknik Industri 2012), baru saja kembali dari ajang Nanyang Technological University-Model of United Nation (NTU-MUN) di Singapura (8-9/02/2014) dan meraih penghargaan Honorable Mention (Pembicara Terbaik Kedua) di ajang tersebut.

Arif, begitu panggilan akrabnya, sejak SMA telah aktif di kegiatan Model of United Nation. Alumni SMAN  8 Jakarta ini telah empat kali mengikuti lomba MUN level nasional selama SMA. Untuk pertama kalinya selama kuliah, ia mengikuti lomba MUN dan langsung menyabet penghargaan bergengsi di tingkat Asia. Di lomba NTU-MUN, Arif beraksi di simulasi konferensi United Nation Environment Programme (UNEP) dan secara kebetulan mewakili negara Indonesia. Topik yang dibahas pada simulasi itu adalah pajak karbon sebagai solusi mengatasi emisi karbon di dunia.

Pada simulasi konferensi itu, Arif menyampaikan beberapa poin menanggapi isu pajak karbon tersebut. Pertama, pajak karbon harus berlangsung secara progresif yang artinya tiap tahun pajaknya harus dinaikkan sehiingga perusahaan akan berusaha untuk mengurangi emisi karbon dari waktu ke waktu. Kedua, pajak yang dikumpulkan tidak harus berupa uang, namun juga dapat berupa investasi tenologi ramah lingkungan. Ketiga, penghasian pajak karbon tersebut diharapkan ke depannya dapat diinvestasikan di negara berkembang. Sebab, negara berkembang banyak mengemisi karbon karena perkembangan industrinya, namun sebagian besar masih kekurangan dana untuk mengembangkan industri yang ramah lingkungan.

Para juri tidak hanya menilai konten dari resolusi yang ajukan, namun juga cara penyampaian yang harus diplomatis dan keaktifan dalam bernegosiasi dengan peserta simulasi lainnya dalam mengonsep resolusi pad akhir konferensi. Putra dari Chairul Alfian Adin dan Ari Retno ini ternyata berhasil menarik perhatian juri dan membuktikan kemampuannya dalam bernegosiasi. Selain meraih Honorable Mention di lomba tersebut, di penutupan non-formal acara NTU-MUN, Arif juga meraih superlative awards yaitu Most-Likely-To-Be-a-Diplomat dan Mr.Charming atas penilaian rekan-rekan sesama peserta simulasi.

Setelah bergabung dengan GMUN dan mengikuti lomba NTU-MUN, Arif mendapatkan banyak pelajaran terutama dalam problem solving dan bernegosiasi untuk mencapai satu resolusi. "MUN menekankan pada cara berkompromi dalam  masalah. Di sini saya belajar mendengarkan, menimbang, lalu mencari titik temu dari berbagai ide masing-masing peserta forum," jelas Arif. Sosok yang juga mengikuti unit kegiatan mahasiswa Student English Forum (SEF) ini semakin merasa percaya diri dalam bernegosiasi dan menjadi lebih out-going dalam pergaulan. Arif pun mempunyai moto hidup, "Any great speech starts with a person who dares to deliver it."

 

Sumber foto: Dokumentasi pribadi