Dr. Pindi Setiawan: Menulis Ulang Sejarah Dunia dalam Konteks Prasejarah
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Studium Generale KU-4078 ITB menghadirkan Dr. Pindi Setiawan, peneliti komunikasi rupa khusus gambar-gambar prasejarah. Tajuk yang diangkat dalam paparannya itu ialah “Warisan Gambar-Cadas Prasejarah: dari Zaman Glasial sampai Zaman Laut”, Rabu (17/3/2021).
Sebelumnya pernah diberitakan, bahwa penemuan menakjubkan berupa lukisan cap tangan dinding gua atau rock art tertua di dunia berhasil ditemukan di Indonesia tepatnya ada di pegunungan karst Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur. Salah satu peneliti yang terlibat dalam penemuan tersebut adalah Dr. Pindi Setiawan M.Si., dosen di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung.
Baca juga: Dr. Pindi Setiawan Berbagi Cerita Penemuan Lukisan Dinding Tertua di Karst Sangkulirang
Dr. Pindi menceritakan bahwa awal penelitian yang dilakukannya itu dimulai dari mempelajari sejarah melukis dalam konteks seni rupa, hingga mempelajari fakta bahwa 90% situs gambar-cadas prasejarah Indonesia terletak jauh dari keramaian kehidupan modern, yaitu berada pada tebing yang tinggi.
Hingga tahun 1994, dinyatakan oleh hampir seluruh buku sejarah bahwa gambar-cadas tidak diketemukan di bagian Indonesia Barat. Teori dari buku-buku sejarah tersebut berhasil dipatahkan pada tahun 1995, Dr. Pindi dan timnya menemukan gambar-cadas (hematit) di daerah Sangkulirang-Kalimantan. Ia menjelaskan bahwa gambar yang ditemukan adalah gambar tua secara teoritis, walaupun belum diketahui secara pasti perihal usia dari gambar-cadas berbentuk tangan yang ditemukannya.
“Biasanya, bahkan kami (Dr. Pindi dan tim) bisa menetap selama 1 hingga 1,5 bulan di dalam hutan,” tuturnya menjelaskan mengenai proses penemuan gambar-cadas yang telah ditekuni sejak berada di jenjang Strata 1 itu.
“Apa yang kita temukan di dalam situs-situs itu—di dalam gua, di dalam ceruk—adalah gambar-gambar prasejarah yang menurut saya salah satu yang terbaik yang bisa kita temukan di dunia.”
Dr. Pindi mengatakan, manusia prasejarah itu menggambarkan mamalia besar. Misalnya yang paling banyak ditemukan adalah gambar rusa, kemudian gambar banteng, dan di beberapa tempat ia menemukan gambar beruang, babi hutan, kadal (gecko), kura-kura, trenggiling raksasa. Bahkan ada beberapa yang menggambarkan daun.
Zaman Es di Indonesia
Lebih lanjut lagi, pengajar dan peneliti komunikasi rupa khusus gambar prasejarah dan Hindu-Budha itu menjelaskan bahwa proses yang tidak dapat dilewati adalah proses direct dating. Dari hasil proses tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa ketika itu pulau Kalimantan, Sumatera, dan Jawa masih bersatu dengan asia; yaitu pada zaman glasial atau zaman es. “Artinya gambar-gambar ini dibuat oleh orang-orang Pra-Austronesian,” katanya.
Apa yang tengah dikerjakan oleh Dr. Pindi adalah menuliskan ulang sejarah dunia dalam konteks prasejarah melalui penemuan gambar-cadas. Walaupun pemaknaannya tidak jauh berbeda, namun gaya gambar yang ditemukan berbeda pada setiap daerahnya. Menariknya lagi, sosok manusia yang ditemukan telah berupa reka-ulang adegan, bukan berupa sosok diam.
3 Zaman Prasejarah di Indonesia
Dia juga menceritakan bahwa terdapat tiga zaman yang ada pada masa prasejarah Indonesia; zaman glasial, de-glasial, dan laut. Ketiga zaman tersebut memiliki ciri gambar-cadas yang unik dan berbeda. “Pada zaman glasial, gambar-cadas yang ditemukan berwarna merah. Sedangkan pada zaman de-glasial berwarna ungu dan pada zaman laut berwarna hitam arang,” jelasnya.
Reporter: Athira Syifa P. S. (Teknologi Pascapanen, 2019)