Dr. Sri Harjati Suhardi : Riset Remediasi Limbah Berbasis Bioproses

Oleh alitdewanto

Editor alitdewanto

BANDUNG, itb.ac.id - Permasalahan limbah menjadi sesuatu yang hangat dibicarakan dewasa ini. Mengambil tema “Remidisi Limbah yang Berbasis Bioproses”, Sri Harjati Suhardi mencoba mencari solusi tepat untuk menangani limbah, khususnya limbah industri besar yang mengandung xenobiotik / kimia buatan manusia. Limbah industri ini terutama mengandung klor yang lazim dipakai pada industri kertas (misal kloro lignin) dan pewarna tekstil. Dalam riset ini, Dr Renni, panggilannya, menggunakan mikroba yaitu bakteri sebagai pengurai zat-zat kimia pada limbah. Bakteri spesifik yang digunakan misal Indigenous microbe yang diisolasi langsung dari limbahnya. Setelah ditemukan bahwa tidak semua zat kimia dapat diuraikan oleh bakteri, maka dosen jebolan S1 Teknik Lingkungan ITB angkatan 1982 ini beralih menggunakan jamur dengan spesifikasi white rot fungi dari kelas Basidiomycetes, yang biasa dijumpai pada kayu yang telah lapuk. Organisme ini mengandung enzim lignolitik yang dimanfaatkan untuk mengurai lignin pada limbah. Apabila pengekstrakan bakteri melalui proses isolasi, proses pengekstrakan enzim dalam white rot fungi dimulai dari pengambilan tubuh buah untuk diambil hifa atau miselium-nya. Tubuh buah tersebut kemudian diproses dengan media tanam yaitu potato dextrose agar hingga menjadi hifa yang kemudian menjadi biomasa berbasis lignoselulosa. Selain potato dextrose agar, media tanam yang digunakan juga dapat berupa tandan kosong kelapa sawit atau jerami, terutama bila digunakan untuk mass production. Riset yang sebagian besar didanai oleh Ristek dan pihak industri yang menggunakan jasa beliau ini bermanfaat untuk mendukung industri agar sesuai dengan peraturan lingkungan. Riset ini dapat diaplikasikan pada industri migas, kosmetik, dan makanan, misalnya es krim. Riset ini pun telah dikembangkan berbasis skala pilot scale, misal dengan pihak ConocoPhillips yang telah menjadi mitra Dr Renni selama 4 tahun. Hingga saat ini, Dr Renni masih mengadakan pelatihan-pelatihan bagi para pelaku industri dan terus mempromosikan risetnya melalui forum, seminar-seminar, ataupun mailing list. Untuk ke depannya, wanita ini berencana mengembangkan riset dengan sasaran limbah yang makin kompleks. Kendala yang dihadapi yaitu sulitnya komunikasi dengan industri terutama dalam hal pengungkapan data-data industri tersebut. Beruntung, karena memiliki networking yang baik, Renni dapat mengatasi masalah tersebut. “ Semuanya kembali bagaimana kita mengatur network kita, sejak dini networking harus dipupuk, terutama saat mahasiswa,” tutur peraih gelar PhD Environmental Biotechnology, Department of Microbiology, Faculty of Natural Science, University of Kent at Canterbury, UK ini. Sejak tahun 1996 Dr Renni telah begelut dengan bidang ini sejak bergabung dengan biotechnology ITB. kemudian beliau tercatat sebagai koordinator peneliti di Centre for Natural Science, Research and Development Centre for Natural Resources and Environmental Issue, dan mulai tahun 2007 beliau tercatat sebagai staf pengajar di SITH ITB. Dalam melakukan riset, Dr Renni dibantu oleh beberapa orang antara lain Prof. Tjandra Setiadi, dosen dari Teknik Kimia; Edwan Kardena dari Teknik Lingkungan; Nyoman Aryantha dari SITH; dan Prof. Budi Sayoga dari Teknik Pertambangan beliau juga menjalin kerjasama dengan jurusan Kimia UNPAD, Pertanian UNPAD, dan Teknik Kimia UNPAR. Prof. Thomas Bley dari Technische Universiteet, Dresden, Jerman, juga pernah mengundang beliau untuk melanjutkan riset tersebut di jerman selama 4 tahun. Tak lupa, beliau juga dibantu oleh beberapa asisten baik dari mahasiswa SITH sendiri maupun dari Teknik Kimia. Dalam melakukan riset ini, Renni berpegang pada prinsip pengabdian masyarakat. “Yang penting berguna bagi siapa saja yang menaplikasikannya,” ujar wanita kelahiran 3 Maret 1967 ini. hanya cukup disayangkan riset ini belum berniat untuk dipatenkan oleh beliau meskipun telah dipublikasikan pada berbagai jurnal ilmiah seperti Nasional Jurnal Mikrobiologi dan Life Science. (alit-prita)