Drs. Hiskia Ahmad:"Saya Masih Terus Mengajar"
Oleh Muhammad Arif
Editor Muhammad Arif
a
Dalam acara Indochem Extravaganza 2007 yang lalu, reporter sempat mewawancarai Drs. Hiskia Ahmad usai acara Dunia Kimia Anak di Laboratorium Kimia Dasar Program Studi Kimia ITB. Beliau merupakan salah satu staf pengajar Kimia ITB yang masih aktif datang ke kampus walaupun telah pensiun tanggal 1 Juli 1998 lalu. Walaupun pensiun, saya masih punya ruang kerja sendiri di sini (Kimia ITB-red), imbuh beliau sambil menunjuk sebuah ruang di salah pojok Laboratorium Kimia Dasar ITB. Pria yang sangat dikenal oleh mahasiswa Tahap Persiapan Bersama ITB karena beliau menulis buku panduan kuliah untuk mata kuliah Kimia Dasar ini kemudian banyak berbicara mengenai aktivitas beliau saat ini dan mengenai pandangannya terhadap pendidikan di Indonesia.
Pria kelahiran Timor, 9 Juni 1933 ini terlihat sehat dan bugar walaupun rambutnya telah memutih semua. Kerutan di wajahnya juga banyak, tapi raut wajahnya bersinar bahagia. Saya masih suka mengajar, tutur beliau. Saya pensiun tahun 1998, tapi saya masih mengajar di luar ITB. Saat ini beliau menjadi Dosen Luar Biasa Universitas Katolik Widya Mandiri Kupang dan termasuk dalam tim pembuatan soal SPMB. Selain itu, sejak tahun 1989 sampai akhir 2006 lalu beliau aktif mengadakan demonstrasi sains pada sekitar 65.000 siswa SD-SMP-SMU di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Kegiatan yang digagas dan dibiayainya sendiri ini bertajuk Demonstrasi Kimia dan Sains di Sekitar Kita. Tahun ini pun beliau masih berkeliling Indonesia untuk mengajarkan sains melalui demo yang menghibur dan menyenangkan. Saya melakukan ini karena saya ingin anak-anak Indonesia menyenangi sains sejak dini, agar pendidikan kita maju, ucap beliau lagi.
Walaupun usianya sudah 74 tahun, kegiatan ini dirasanya tidak memberatkan. Saya malah senang bisa jalan-jalan ke seluruh Indonesia, ucap mantan Koordinator Kimia Dasar tahun 1964-1966 ini sambil tertawa. Kesenangannya mengajar dan kepeduliannya pada pendidikan membuatnya tak henti membagikan ilmu pada siapa saja dan dimana saja. Saya tidak menikah, jadi keliling Indonesia sendiri. Tapi saya biasanya ditemani mahasiswa-mahasiswa yang membantu demo saya. Untuk demonstrasi sains, beliau biasanya dibantu oleh 15-25 mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Kimia dari berbagai perguruan tinggi di Kupang, Gorontalo, Manado, dan sebagainya.
Bicara mengenai pendidikan Indonesia, beliau mengaku prihatin. Pendidikan di Indonesia menurutnya masih jauh dari sempurna. Kalau dibandingkan dengan pendidikan di luar negeri, pendidikan kita masih kalah, kata peraih gelar diploma dari Tokyo Institute of Technology ini. Kebanyakan guru-guru saat ini hanya memikirkan gaji, bukan pembinaan siswa. Siswa pun hanya didikte dengan teori-teori sains, bukan diajak untuk menyukai sains. Kesejahteraan guru memang penting, tapi sistem pendidikan dan pengajaran pun patut mendapatkan perhatian yang serius dari seluruh kalangan masyarakat. Untuk itulah, beliau berperan serta dalam penyusunan kurikulum Kimia tahun 1984, 1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi hingga Kurikulum 2004 Kimia SMA. Beliau pun turut membantu Penataran Guru Kimia tahun 1974.
Pendidikan di Indonesia itu jelek. Nah, mahasiswa ITB itu yang terbaik dari terjelek, tegas beliau saat ditanya mengenai mahasiswa ITB. Karena kalian (mahasiswa ITB-red) itu terbaik dari yang terjelek, jangan cuma bersuara di kampus saja. Lakukan kegiatan yang berguna di luar ITB, berikan yang terbaik bagi masyarakat luas, pesan mantan dosen yang terakhir mengajar di ITB tahun 2003 walaupun pensiun sejak tahun 1998. Beliau pun mengungkapkan kebanggaannya pada mahasiswa-mahasiwa yang dulu diajarnya kini banyak yang sukses menjadi pejabat pemerintah. Pria yang telah berkunjung ke berbagai negara untuk forum ilmuwan kimia internasional ini mengaku akan terus mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan dan sains.
Pria kelahiran Timor, 9 Juni 1933 ini terlihat sehat dan bugar walaupun rambutnya telah memutih semua. Kerutan di wajahnya juga banyak, tapi raut wajahnya bersinar bahagia. Saya masih suka mengajar, tutur beliau. Saya pensiun tahun 1998, tapi saya masih mengajar di luar ITB. Saat ini beliau menjadi Dosen Luar Biasa Universitas Katolik Widya Mandiri Kupang dan termasuk dalam tim pembuatan soal SPMB. Selain itu, sejak tahun 1989 sampai akhir 2006 lalu beliau aktif mengadakan demonstrasi sains pada sekitar 65.000 siswa SD-SMP-SMU di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Kegiatan yang digagas dan dibiayainya sendiri ini bertajuk Demonstrasi Kimia dan Sains di Sekitar Kita. Tahun ini pun beliau masih berkeliling Indonesia untuk mengajarkan sains melalui demo yang menghibur dan menyenangkan. Saya melakukan ini karena saya ingin anak-anak Indonesia menyenangi sains sejak dini, agar pendidikan kita maju, ucap beliau lagi.
Walaupun usianya sudah 74 tahun, kegiatan ini dirasanya tidak memberatkan. Saya malah senang bisa jalan-jalan ke seluruh Indonesia, ucap mantan Koordinator Kimia Dasar tahun 1964-1966 ini sambil tertawa. Kesenangannya mengajar dan kepeduliannya pada pendidikan membuatnya tak henti membagikan ilmu pada siapa saja dan dimana saja. Saya tidak menikah, jadi keliling Indonesia sendiri. Tapi saya biasanya ditemani mahasiswa-mahasiswa yang membantu demo saya. Untuk demonstrasi sains, beliau biasanya dibantu oleh 15-25 mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Kimia dari berbagai perguruan tinggi di Kupang, Gorontalo, Manado, dan sebagainya.
Bicara mengenai pendidikan Indonesia, beliau mengaku prihatin. Pendidikan di Indonesia menurutnya masih jauh dari sempurna. Kalau dibandingkan dengan pendidikan di luar negeri, pendidikan kita masih kalah, kata peraih gelar diploma dari Tokyo Institute of Technology ini. Kebanyakan guru-guru saat ini hanya memikirkan gaji, bukan pembinaan siswa. Siswa pun hanya didikte dengan teori-teori sains, bukan diajak untuk menyukai sains. Kesejahteraan guru memang penting, tapi sistem pendidikan dan pengajaran pun patut mendapatkan perhatian yang serius dari seluruh kalangan masyarakat. Untuk itulah, beliau berperan serta dalam penyusunan kurikulum Kimia tahun 1984, 1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi hingga Kurikulum 2004 Kimia SMA. Beliau pun turut membantu Penataran Guru Kimia tahun 1974.
Pendidikan di Indonesia itu jelek. Nah, mahasiswa ITB itu yang terbaik dari terjelek, tegas beliau saat ditanya mengenai mahasiswa ITB. Karena kalian (mahasiswa ITB-red) itu terbaik dari yang terjelek, jangan cuma bersuara di kampus saja. Lakukan kegiatan yang berguna di luar ITB, berikan yang terbaik bagi masyarakat luas, pesan mantan dosen yang terakhir mengajar di ITB tahun 2003 walaupun pensiun sejak tahun 1998. Beliau pun mengungkapkan kebanggaannya pada mahasiswa-mahasiwa yang dulu diajarnya kini banyak yang sukses menjadi pejabat pemerintah. Pria yang telah berkunjung ke berbagai negara untuk forum ilmuwan kimia internasional ini mengaku akan terus mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan dan sains.