Dua Tim Perwakilan ITB Sabet Gelar Juara dalam Kompetisi Farmasi Seluruh Indonesia (KOFEIN)
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id — Enam mahasiswa Program Studi Farmasi Klinik dan Komunitas, Sekolah Farmasi ITB yang tergabung dalam dua tim, berhasil membawa gelar juara 1 dan juara 3 dalam acara Clinical Pharmacy Skill Event, sebuah Kompetisi Farmasi Seluruh Indonesia (KOFEIN).
Tim pertama yang berhasil menjadi juara 1 beranggotakan Ivena Faustincia (11619003), Dewi Nurul Islami (11619026), dan Anati Syahida (11619046) di bawah bimbingan Dr. apt. Pratiwi Wikaningtyas, S.Farm., M.Si. Sedangkan tim lainnya yang meraih juara 3 adalah Aulian Fajarrahman (11618017), Fitri Rahmadini (11619001), dan Nadila Nivio Anglina Maretha (11619040) di bawah bimbingan apt. Tjokorde Istri Armina Padmasawitri, S.Si., M.Si., Ph.D.
Keenamnya berhasil menjadi juara setelah melewati tiga tahap seleksi yang sangat ketat bersama tim-tim lain dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Kompetisi tersebut diawali dengan babak penyisihan yang digelar secara daring. Di babak penyisihan ini peserta diminta untuk mengerjakan soal-soal farmakologi yang berbasis studi kasus. Dengan waktu persiapan yang terbatas, keenamnya mengaku memiliki strategi khusus dengan membagi fokus bahan belajar di antara anggota tim. Setiap orang diberi tanggung jawab khusus untuk lebih mendalami suatu topik daripada yang lain, sehingga waktu belajar mereka menjadi lebih efisien.
Lolos dari babak penyisihan, kedua tim dari ITB memasuki babak semifinal yang diadakan langsung di Universitas Airlangga. Pada babak semifinal peserta melakukan simulasi penyuluhan sistem kardiovaskular kepada masyarakat. Dalam menghadapi babak ini mereka hanya diberikan waktu kurang dari satu minggu untuk mempersiapkan materi, bahan paparan, serta latihan penyampaian.
“Saat penyuluhan kita harus memperhatikan bahasa, karena targetnya orang awam. Kemudian gaya penyampaian yang berupa intonasi, ekspresi, gestur, dan kontak mata juga penting. Selain pembawaan diri, metode penyampaian juga tidak boleh membosankan, diusahakan bisa interaktif,” ujar Fitri, Vio, dan Dewi saling menambahkan.
Berhasil lolos dari semifinal, peserta sekali lagi diminta mempraktikkan kemampuan farmasi klinik dan komunitas lewat pelaksanaan konseling selama 30 menit di babak final. Konseling ini merupakan kegiatan penyampaian informasi obat kepada tenaga kesehatan dan pasien.
Menurut mereka, babak final merupakan tahap yang paling tidak terduga dan penuh kejutan. Pasalnya mereka mengira pada babak ini akan langsung diberikan resep obat, namun ternyata mereka harus memulai analisis dari rekam medis pasien. Mereka memandang hal ini sebagai sebuah tantangan dan pengalaman baru.
“Tahap final ternyata di luar ekspektasi dari apa yang sudah kami persiapkan. Kami mengira akan diberi resep, tapi ternyata diberi rekam medis yang lebih kompleks. Bahkan ada progres pasien dari hari ke hari, jadi kami cukup kaget,” ungkap Ivena yang mewakili teman temannya.
Meskipun mengalami beberapa kesulitan, kedua tim dari ITB tetap dapat melewati semua tahapan dengan maksimal karena sebelumnya pernah mendapatkan berbagai materi dan latihan simulasi yang diujikan. Menurut mereka segala proses yang dilewati untuk dapat menjadi seperti sekarang merupakan bekal untuk masa depan mereka nantinya. Keberhasilan kedua tim ini, selain berkat kemampuan keenam peserta, juga merupakan capaian parameter keefektifan pembelajaran di ITB khususnya Sekolah Farmasi.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)