Kuliah Sambil Bekerja, Kisah Programmer Wanita Lulusan ITB Henny Alfianti

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id— Cerita kegigihan Henny Alfianti, wisudawan program magister Sekolah Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB) patut diapresiasi. Di tengah kesibukannya bekerja sebagai programmer dan dosen, ia tetap mampu menyelesaikan program studi magister Teknik Informatika di ITB.


“Senin sampai Jumat saya full kerja, lalu Sabtu dan Minggu saya ngajar,” kata Henny tentang kesibukannya dalam satu minggu. Henny merupakan seorang programmer di perusahaan sekaligus dosen di Politeknik TEDC Bandung.

Pada awalnya, bukan hal yang mudah bagi Henny untuk kuliah sambil bekerja, karena beberapa mata kuliah yang harus dikerjakan berkelompok maupun kegiatan praktikum yang cukup menyita waktu. Henny sempat mendapatkan nilai kurang memuaskan pada mata kuliah yang justru merupakan bidang pekerjaannya, algoritma dan pemrograman. “Di situ saya sebenernya keteteran, karena cukup menyita banyak waktu dan saya harus mempelajari coding-coding baru,” ujar Henny. 

Meski begitu, Henny cukup sering mengikuti proyek-proyek dari dosennya di ITB “Ternyata kan  bukan berarti nilai saya C terus saya jelek di situ, saya juga bisa membantu,” jelas Henny. Dalam pekerjaan kelompok, Henny tidak ada masalah karena teman-teman cukup mendukung dan mengerti karena dia harus mencari uang untuk kuliahnya.

Henny sudah memimpikan menjadi mahasiswa ITB sejak lulus SMK di Langsa, sebuah kota di Provinsi Aceh yang terletak 400 kilometer jauhnya dari Banda Aceh. Meski dari daerah, ia tetap percaya bahwa selalu ada jalan menggapai mimpinya. 

Henny mengambil jalan melalui perlombaan web design dan meraih juara di tingkat provinsi Aceh. Hal ini yang membawanya pertama kali ke Bandung untuk mengikuti pelatihan mewakili Provinsi Aceh dan juga mengantarnya mendapatkan beasiswa BPKLN untuk berkuliah di Politeknik TEDC Bandung. 

“Waktu itu perlombaannya bertepatan dengan pendaftaran kuliah, saya coba Bidikmisi tidak lewat (lolos), dan SNMPTN pun tidak sempat. Tapi alhamdulillah masih dapat BPKLN di Politeknik itu,” ujar Henny menceritakan pengalamannya. Mimpi Henny berkuliah di ITB akhirnya terwujud  pasca lulus dari politeknik sebagai mahasiswi S2 di STEI ITB.

Henny memang terbiasa hidup mandiri sejak kecil, sehingga saat kuliah pun tidak ingin membebani orangtua dengan biaya, untuk itu ia merasa perlu bekerja. “Saat berkuliah di Bandung saya hidup dari beasiswa BPKLN itu, jadi tidak membebani orangtua. Sekarang juga saya bekerja untuk itu,” jelas Henny.

Bagi Henny, fokus pada target dan keberanian bertanggung jawab pada pilihan adalah kunci dari kegigihannya. Henny berpesan bagi mahasiswa yang sedang berjuang sepertinya untuk tetap fokus ke target dan selalu harus menyelesaikan apa yang kita mulai.

Reporter: Nur Faiz Ramdhani (Rekayasa Kehutanan 2015)