Ekspedisi GMT Observatorium Bosscha: Dari Pulau Kisar untuk Indonesia
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Tim ekspedisi Observatorium Bosscha sukses melakukan pengamatan gerhana matahari total di Lapangan Maka, Kec. Kisar Selatan, Pulau Kisar, Kab. Maluku Barat Daya pada Kamis (20/4/2023). Pengamatan fenomena langka ini disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Bosscha Observatory agar dapat disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia terutama bagi mereka yang tidak berada pada jalur totalitas gerhana.
Pulau Kisar dipilih sebagai lokasi pengamatan dengan mempertimbangkan beberapa alasan. Alasan pertama, karena Pulau Kisar merupakan daratan Indonesia pertama yang dilalui jalur totalitas gerhana.
Kedua, karena letak geografis Pulau Kisar yang dekat dengan pusat gerhana yaitu Laut Timor. Semakin dekat suatu tempat dengan pusat gerhana, maka semakin lama pula durasi totalitas yang terjadi.
Ketiga, karena berdasarkan studi fraksi tutupan awan oleh ilmuwan astronomi ITB menunjukkan bahwa tutupan awan di Pulau Kisar saat terjadi gerhana relatif minim daripada daerah-daerah lain.
Pengamatan gerhana matahari dari Pulau Kisar berlangsung maksimal karena didukung dengan cuaca yang cerah sejak pagi hari. Kontak pertama gerhana dimulai pada pukul 11.47 WIT dan mencapai fase totalitas pada pukul 13.22 WIT. Saat fase totalitas yang berlangsung sekitar 1 menit 8 detik ini, masyarakat disuguhkan dengan berbagai fenomena menarik yang hanya berlangsung dalam waktu yang sangat singkat.
“Momen-momen menjelang totalitas adalah waktu yg sebentar sekali. Jadi sebelum terjadi fase totalitas saat piringan 100% tertutupi, akan ada fenomena menarik yang bisa kita amati, tapi waktunya sempit sekali,” ungkap Yatni Yulianti, peneliti di Observatorium Bosscha yang memandu siaran langsung pengamatan gerhana.
Fenomena-fenomena tersebut misalnya adalah Baily’s beads atau manik-manik Baily yang terjadi beberapa detik sebelum totalitas gerhana. Manik-manik Baily terjadi karena sinar matahari yang terhalang oleh bulan masih bisa menerobos lewat permukaan bulan yang tidak rata. Ketika permukaan bulan sudah hampir seluruhnya menutupi matahari, manik-manik Baily yang tersisa akan bersatu dengan korona matahari yang kemudian menyerupai cincin berlian, sehingga fenomena ini disebut diamond ring.
Lalu, ketika puncak totalitas terjadi, fitur korona pada matahari biasanya akan menjadi pusat perhatian karena korona hanya dapat terlihat saat gerhana matahari total. Jika beruntung, masyarakat juga dapat menyaksikan fenomena prominensa atau lidah api yang muncul sesaat setelah fase totalitas terjadi.
Sebagai institusi pendidikan dan penelitian, Observatorium Bosscha menjadikan momen gerhana sebagai kesempatan untuk menyebarkan edukasi seluas-luasnya. Hal ini diwujudkan dengan berbagai sosialisasi dan program edukasi untuk masyarakat baik yang dilakukan secara langsung oleh tim Observatorium Bosscha maupun melalui duta gerhana di seluruh Indonesia.
“Pada ekspedisi pengamatan ini kita merasakan dukungan yang luar biasa dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, korporasi, dan tentu saja institusi rumah kita. Yang terpenting pendidikan nomor satu, kita luangkan waktu banyak sekali, agar kita bisa jadikan momen ini momen edukasi yang berkelanjutan, tidak hanya saat gerhana saja,” ujar Dr. Premana W. Premadi yang memimpin ekspedisi ke Pulau Kisar.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)