Elevocean: Menjadi Penyelamat Laut Melalui Literasi
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Bertepatan dengan Hari Laut Sedunia yang jatuh pada Selasa (8/6/2021), Elevocean menggelar webinar bertajuk “Peran Generasi Muda dalam Memajukan Ocean Literacy di Era Digital”. Materi ini dibawakan oleh Dr.rer.nat. Rima Rachmayani, S.Si., M.Si. selaku editor ahli buku “Lautku Makin Tinggi” sekaligus dosen Oseanografi ITB.
Acara dibuka dengan pernyataan bahwa terdapat dua komponen yang krusial pada materi kali ini, yakni generasi muda dan ocean literacy. Ocean literacy dijelaskannya sebagai kegiatan memahami bagaimana laut dapat berpengaruh kepada kita serta pengaruh kita terhadap laut. Jadi, ditegaskan bahwa terdapat adanya hubungan timbal balik antara laut dengan manusia. Gerakan ocean literacy ini diawali dengan jejak UNESCO sejak tahun 1998 hingga 2017 sebelum akhirnya menjadi gerakan yang diakui secara global.
Kampanye ocean literacy disebutkan olehnya melibatkan lebih dari 20 negara, Indonesia salah satunya. Adapun pihak-pihak yang wajib terlibat di dalam kampanye ini agar berjalan sempurna adalah para pengajar, pembuat kebijakan, ahli ilmu pengetahuan (scientist), serta peran pemuda yang turut berpartisipasi. Keempat pihak ini dianjurkan untuk bekerja secara berkesinambungan demi mencapai luaran kampanye yang diharapkan.
Perwujudan ocean literacy di Indonesia salah satunya adalah melalui acara Elevocean, sebuah kampanye daring dengan tajuk ‘7 Hari Lebih Dekat dengan Laut’. Melalui gerakan ini telah merekrut lebih dari 500 ocean rangers dalam menjalankan kegiatan. Bahkan, disebutkan bahwa acara Elevocean telah didukung oleh ASEAN Youth Organization.
“Metodologi yang direkomendasikan berdasarkan literatur adalah dengan adanya learning object. Misalnya, mengajarkan kepada para siswa atau anak-anak mengenai abrasi, erosi. Ada objek yang dipelajari sehingga anak-anak lebih dapat menyerap langsung apa yang sedang dibahas,” jelasnya.
Selain itu, penggagas proyek Edu-Click ini juga menyebutkan bahwa kegiatan ocean literacy didukung oleh LIPI dengan memberikan masukan terkait materi wawasan kemaritiman.
Tantangan yang dihadapi dalam menerapkan ocean literacy adalah ketidakpedulian masyarakat mengenai pentingnya laut dalam kehidupan manusia, sehingga isu kenaikan air laut seringkali diabaikan. Selain itu, tantangan selanjutnya adalah sedikitnya jumlah ilmuwan kelautan yang terlibat dalam pendidikan mengenai kemaritiman.
Sebagai penutup, Rima menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mendukung kegiatan ocean literacy. “Kita dapat berkontribusi dengan mengikuti organisasi yang mempromosikan ocean literacy seperti NMEA maupun Elevocean, mempresentasikan laut dan ocean literacy dalam semua percakapan formal maupun informal, serta menghadiri konferensi dan workshop untuk mempromosikan ocean literacy,” pungkasnya.
Reporter: Athira Syifa P. S. (Teknologi Pascapanen, 2019)