Enam Mahasiswa Berprestasi Utama ITB Terbang ke Jepang
Oleh Medhira Handinidevi
Editor Medhira Handinidevi
Keenam mahasiswa berprestasi yang terpilih untuk mengikuti ISS 2013 adalah Tubagus Andhika Nugraha (Teknik Informatika '10), Jeffry Torhis Simandjuntak (Oseanografi '10), Shabrina Nida Al-Huda (Mikrobiologi '10), Medhira Handinidevi (Perencanaan Wilayah dan Kota '10), Adryana Putri (Desain Komunikasi Visual '10), dan tentunya peraih Ganesha Prize, Marsha Faradina (Teknik Kimia '09). Enam mahasiswa ini sebagian besar adalah peraih peringkat 6 besar dalam pemilihan Mahasiswa Berprestasi Utama Tingkat ITB. "Dua dari enam besar tersebut tidak dapat mengikuti program karena pertama, sudah lulus dan yang kedua, sedang focus mengikuti sidang," papar salah seorang perwakilan dari Lembaga Kemahasiswaan ITB.
Program ISS 2013 adalah buah dari kerjasama ITB dengan TUT yang sudah terjalin cukup lama. Tahun-tahun sebelumnya kedua universitas ini telah mengadakan program serupa dengan nama International University Exchange Seminar (IUES). IUES 2011 dan 2012 telah diadakan dengan ITB sebagai tuan rumah. Pada tahun ini, selain lokasi yang berbeda peserta program pun lebih beragam. Kali ini TUT mengundang juga universitas ternama dari negara asia lainnya, yaitu Universitas Teknologi Malaysia (UTM) dan Ho Chi Minh City University of Technology (HCMUT).
ISS 2013 mengusung topic utama "The Role of Engineers in Solving Environmental Problems". Pada acara tersebut, seluruh peserta yang berjumlah 40 orang akan dibagi kedalam 6 kelompok. Kemudian tiap kelompok tersebut akan menggali tentang sub-topik tertentu, dimana pada akhir program mereka akan mempresentasikan hasil focus group discussion mereka. Dalam pemilihan sub-topik, tiap kelompok dibebaskan untuk mengeksplorasi segala ranah ilmu pengetahuan dan juga menggunakan dasar pengetahuan mereka yang beragam.
Pada acara ISS ini, kegiatan mahasiswaselain mengunjungi laboratorium-laboratorium berteknologi tinggi yang ada di TUT, peserta juga diajak untuk merasakan gaya hidup Jepang dengan program homestay selama 3 hari. Setiap peserta mendapatkan host parents dimana mereka akan tinggal bersama dan mendapatkan pengalaman yang menarik dan nyata tentang kehidupan warga Jepang. Dari total 10 hari program ISS, 3 hari untuk homestay dirasa kurang sebab banyaknya pengalaman dan kenangan yang mereka dapatkan selama tinggal bersama host parents.
"Program ini membuka pikiran dan persepsi, sehingga kini kita dapat melihat berbagai permasalahan di Indonesia melalui sudut pandang yang lebih holistic," ujar Adryana. Baik saat diskusi bersama teman-teman dari berbagai negara maupun saat tinggal bersama host parents, keenam mahasiswa berprestasi ini mendapatkan pengetahuan yang beragam baik tentang Jepang, maupun tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi secara global. "In conclusion, I learn more than what I expected before," ujar Jeffry yang mendapat penghargaan presentasi terbaik di ISS 2013.