Energi Harus Terjangkau dan Tersedia bagi Seluruh Masyarakat
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – PT Pertamina menggelar "Pertamina Goes to Campus" di Aula Barat, Institut Teknologi Bandung (ITB) Kampus Ganesha, Senin (6/5/2024). Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang peran Pertamina dalam sektor energi dan pembangunan.
Kegiatan diawali dengan sharring session oleh Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, dengan topik “Pertamina as Key Player in Balancing Energy Trilemma”.
Beliau menyampaikan bahwa masalah energi saat ini tidak sesimpel dahulu. Bumi membutuhkan penanganan khusus sehingga suhu rata-rata global tidak mencapai angka 1,5 derajat Celsius. Bahkan di tengah upaya dalam menangani bumi ini, terjadi perang yang menambah komplikasi terhadap penyediaan energi. Akibatnya, terjadi gangguan terhadap energy sustainability dalam negara.
“Mau apapun yang terjadi, energi itu harus ada dan tersedia dalam kondisi apapun. Jangan sampai ada kelangkaan. Energi harus tersedia bagi semua masyarakat dan terjangkau. Percuma ada tapi tidak bisa dipakai oleh masyarakat,” ujarnya.
Dalam menyediakan energi bagi 17 ribu pulau di Indonesia bukanlah hal mudah. Energi selalu berkembang setiap tahunnya sehingga banyak tantangan yang perlu dihadapi.
Selain itu, dengan target negara dalam mencapai Indonesia Emas 2045, tingkat kemiskinan harus segera diturunkan dan kesediaan SDM dalam mengelola future energy harus ditingkatkan. Akademisi, pemerintah, perusahaan, dan masyarakat Indonesia harus bersatu dalam mewujudkan cita-cita ini.
Fokus utama dari Pertamina saat ini adalah penambahan kapasitas kilang minyak. Hal ini dapat menurunkan impor energi serta menjaga energi dengan baik agar menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah.
“Kita harus mulai membersihkan energi yang kita gunakan agar menjadi lebih masif lagi. Geothermal pun ada banyak, tetapi harus dikembangkan,” ujarnya.
Indonesia memiliki potensi carbon storage dan sub-surface yang dapat digunakan sebagai penyimpanan energi. Dengan begitu, negara ini dapat memberi potensi besar terhadap penurunan green house effect dunia, bukan hanya di Indonesia.
Beliau mengatakan, ada banyak future competency yang Pertamina perlukan. Hal terpenting dalam perkembangan ini adalah sustainability, digitalisasi, dan teknologi. Beliau pun menyampaikan fakta bahwa kontribusi perempuan terhadap bidang energi masih sedikit. Perempuan yang memilih bidang energy dan science semakin meningkat, tetapi semakin lama kontribusi mereka semakin menurun.
“Begitu masuk perusahaan, banyak perempuan yang gugur. Padahal kita ingin perempuan ada, bahkan kita menargetkan 35 persen bagian dari kami adalah perempuan,” katanya.
Beliau pun memberikan semangat kepada seluruh mahasiswi yang hadir dan meyakinkan bahwa perempuan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi di sektor energi. “Ayo semangat lagi, kita akan selalu saling support, jadilah perempuan hebat Indonesia,” ujarnya.
Reporter: Mely Anggrini (Meteorologi, 2022)