Angela Sunaryo, Mahasiswa Seni Rupa ITB Gelar Pameran Tunggal di Ceko

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2020, Angela Sunaryo, menggelar pameran tunggal pertamanya di Konvikt, Umelecke centrum, Palacky University Olomouc, Republik Ceko, Selasa, (16/1/2024) waktu setempat. Pameran tersebut bertajuk "Kerokan: Unveiling the Healing Art" yang dikurasi Nela Mikulcikova, student buddy dari Department of Indonesian Studies.

Kerokan adalah pengobatan tradisional yang mengikis kulit dengan benda tumpul. Hal ini merupakan praktik yang diturunkan dari generasi ke generasi dalam budaya Indonesia. Kerokan dianggap menjadi salah satu bentuk terapi alternatif dan telah menjadi budaya medis di negara-negara Asia dengan nama dan sejarah tersendiri. Kata Kerokan dipilih Angela karena meski menyakitkan namun hal itu menyembuhkan.

Kerokan, Perenungan Perjalanan Hidup di Ceko

   

Angela Sunaryo adalah penerima Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2023 yang ditempatkan di Palacky University Olomouc, Republik Ceko.

Pameran ini merupakan inisiatif Angela karena dorongannya untuk mengangkat isu multietnis dan renungannya tentang perjalanannya selama lima bulan di Republik Ceko.

Ide membuat pameran sudah ada di benaknya sejak pertama kali tiba di Ceko. Hal itu mendapat dukungan dari Penerangan dan Sosial Budaya (Pensosbud) KBRI.

Dia mengatakan, pengalaman student exchange bagi beberapa orang merupakan sesuatu pengalaman yang menyenangkan. Namun--baginya yang saat itu menjadi pemimpin 50 mahasiswa Indonesia dengan berbagai program, vokasi, sarjana, co-funding--banyak polemik dan makna hidup yang dia temukan. Baik dari pandangan orang terhadap etnis minoritas, keterasingan, hingga dinamika yang membuatnya harus berjuang dengan tetap memegang teguh nilai-nilai yang dia yakini.

Hal itu Angela kritisi melalui jalan kreatif dengan membuat pameran solo tunggal pertamanya yang mengangkat isu etnisitas. “Tujuannya embracing minority embracing inclusivity,” ujarnya.

Pameran ini dibuka oleh pihak dari KBRI, Ondrej Pokorny, Ph.D. (Kepala Studi Indonesia, Ketua Kerja Sama IISMA UPOL), Soegeng Soejono, dan Nela Mikulcikova. Selain pameran, digelar pula talkshow "Embracing Diversity: Navigating the Challenges Faced by Minorities in Indonesia" dengan pembicara Witold Lisztwan, mahasiswa master di Departement of Indonesian Studies.

Pameran ini terdiri atas 7 karya, berupa art performance, instalasi seni, dan fotografi. Karya yang ditampilkan merupakan representasi seni sebagai kritik dengan alur 3 pembabakan: memory, waterfall of emotions, and death. Memori ini menampilkan kumpulan foto polaroid selama lima bulan di berbagai negara, menunjukkan berbagai pengalaman yang menyenangkan dan patut disyukuri. Namun, pengalaman diskriminasi dan perundungan menimbulkan berbagai macam spektrum emosi. Layaknya sebuah katarsis, torehan tinta cina yang berkecamuk menjadi medium untuk meluapkan emosi dalam gulungan kertas 30 meter. Hingga pada resolusinya, pengalaman konkret membawa terhadap sebuah perenungan, zeitgeist atau "ruh" zamannya bahwa terjadinya kemunduran nilai pancasila di sejumlah generasi saat ini.

   

Melalui pameran ini, Angela mengungkapkan eksplorasi pribadinya yang melampaui tindakan fisik 'kerokan' untuk mencakup seluk-beluk identitas, pertumbuhan, dan pertukaran budaya. Metafora tersebut memiliki banyak lapisan yang menyimbolkan penghapusan prasangka, bias, dan stereotip yang ditemui olehnya, terutama terkait gender, ras, dan keyakinan. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan empati dan pengertian antarmanusia.

Pameran ini bekerja sama dengan KBRI di Praha, ITB, Palacky University Olomouc, IISMA, dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Ceko. Dalam prosesnya, banyak pihak yang terlibat, mulai dari masyarakat Ceko, KBRI Praha, dan warga Indonesia yang tinggal di Praha.

Terkait pameran solo pertamanya ini, Angela mengatakan, “It's a miracle for this exhibition to happen. Sesungguhnya, bisa berjalannya pameran ini bukan karena usaha saya sendiri, tetapi banyak 'mukjizat' yang saya rasakan. Pengalaman paling berharga dari pameran ini, banyak orang-orang yang sangat peduli dan baik meski saya sedang terpuruk.”

Setelah acara tersebut, Angela berencana membuat pameran lanjutan dari Kerokan yang berbicara tentang home yang mengandung banyak sudut pandang.