Era Digitalisasi Berkembang, Bagaimana Konsep Transformasi Pendidikan Berbasis Digital?
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id — Kehidupan manusia modern pada zaman perkembangan teknologi yang masif terus diarahkan untuk mencapai solusi cerdas dan praktis. Berbagai konsep Smart-X mulai membanjiri lini kehidupan mulai dari smart city, smart education, smart campus, dan sebagainya. Segala bentuk konsep Smart-X tersebut ternyata merupakan satu kesatuan sistem yang satu sama lain terkait dengan transformasi digital. Hal ini diungkapkan pada seri webinar STEI ITB dari Kelompok Keahlian Teknik Informatika (KKTI) yang menghadirkan Prof. Yusep Rosmansyah selaku Guru Besar Bidang Teknologi Multimedia Cerdas ITB, serta Panji Wasmana selaku National Technology Officer dari Microsoft Indonesia pada Kamis (28/7/2022).
Prof. Yusep menjelaskan dalam webinar tersebut bahwa transformasi digital adalah sebuah upaya dan aktivitas untuk menuju sistem yang lebih cerdas daripada sebelumnya melalui intervensi mekanisme digital. Dalam dunia pendidikan, transformasi digital bertujuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang berprestasi dan nyaman bagi seluruh partisipan yang terlibat di dalamnya (Smart Learning Environment).
Konsep smart education menekankan pemahaman pada pendidikan yang lebih baik dengan menggunakan metode pedagogi cerdas dan teknologi ke dalam lingkungan pendidikan, serta memiliki tujuan untuk menumbuhkan peserta didik yang cerdas.
“Jangan sampai kita terjebak di kerumitan teknologi karena yang paling utama adalah luaran dan capaian dari sistem pembelajaran itu. Pendidik harus mampu mencapai luaran pembelajaran, sementara pembelajar (peserta didik) harus dapat menunjukkan dan mendemonstrasikan capaian pembelajaran,” ungkap Yusep.
Model smart learning environment ditunjang oleh tujuh komponen pokok sistem yang meliputi standar kebijakan dan kurikulum, konten, profil murid, pedagogi, antarmuka, sumber daya pendukung, serta sumber daya manusia. Sebagai contoh upaya penerapan konsep ini, ITB melakukan strategi transformasi yang disebut Education 4.0 dalam Rencana Strategis (Renstra) institusi. Strategi ini diwujudkan dalam bentuk Tri Matra yang terdiri dari SDM dan budaya, teknologi, serta proses dan tata kelola. Tri Matra ini kemudian diturunkan menjadi 7 langkah strategis yang sesuai dengan tujuan ITB, disebut dengan Sapta Siaga.
Pemaparan disambung oleh Panji Wasmana yang menyatakan secara gamblang bahwa transformasi digital pada pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran teknologi. Ke depannya, hal terpenting di dalam organisasi dan industri adalah penempatan kapabilitas individu dan kolaborasi dalam menjawab tantangan yang ada. Kapabilitas manusia sebagai human capital yang didukung oleh teknologi yang memadai merupakan sumber daya yang terus berkembang sesuai dengan kapasitas yang relevan.
“Sekarang universitas mulai berkolaborasi dengan industri untuk menghasilkan program studi baru yang lebih relevan dengan market. Bagaimana seorang mahasiswa tidak hanya dilihat dari IPK-nya, tapi bagaimana dia menjadi relevan dalam dunia industri, bagaimana dia memiliki soft skill dan hard skill yang sesuai dengan keinginannya,” ujar Panji menjelaskan.
Proses transformasi sistem pendidikan menuju smart education yang relevan membutuhkan syarat-syarat tertentu dalam pencapaiannya. Pertama, pengalaman terkoneksi satu sama lain antara pengajar dan pembelajar yang menjadikan proses belajar menjadi efektif dan inspiratif. Kedua, riset tak terbatas yang didorong oleh aliran informasi dari berbagai sumber fisik dan digital. Ketiga, institusi pendidikan yang efektif untuk menjamin layanan pendidikan yang baik. Keempat, proses belajar seumur hidup sebagai modal utama dalam meningkatkan kapasitas diri dalam dunia persaingan.
“Dari sisi Microsoft sendiri kami betul-betul serius dalam dunia pendidikan. Kami banyak melakukan inovasi, kerja sama kemitraan, dan yang tidak kalah penting adalah kami menyediakan berbagai materi ajar secara gratis maupun teknologi yang dapat digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar di lapangan,” pungkas Panji menutup sesi webinar.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)