Eureka! Series#3: Bahas Mindset Fisikawan untuk Pemecahan Berbagai Permasalahan
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Ilmu Fisika dengan segala rumusnya seringkali diasumsikan sebagai hal sulit bagi pelajar dan apalagi untuk diaplikasikan. Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) ITB menghadirkan webinar Eureka! yang bertajuk “Physicist’s Mindset and Various Problems” untuk mematahkan anggapan tersebut. Fisika merupakan induk dari pengetahuan alam karena dapat dikaitkan dengan berbagai keilmuwan lain dan menawarkan solusi untuk beragam persoalan.
Kegiatan yang digelar pada Minggu (27/3/2022) tersebut merupakan penutup dari rangkaian acara Eureka! ITB 2022. Kegiatan lain yang yang telah dilangsungkan adalah olimpiade Fisika, lomba karya tulis ilmiah, dan penggalangan dana erupsi Gunung Semeru.
Kaprodi Fisika ITB, Dr. Fatimah Arofiati Noor, S.Si., M.Si., berharap agar ajang dua tahunan tersebut dapat menggali potensi pelajar di Indonesia. “Karena selalu dicekoki dengan rumus, Fisika menjadi menakutkan dan tidak menarik. Kita perlu melakukan transformasi mindset agar belajar Fisika menjadi menyenangkan. Saatnya berhenti menjadi korban rumus dan beralih menjadi penemu rumus,” ujar Prof. Dr. rer nat. Umar Fauzi.
Guru Besar di kelompok keahlian geofisika itu kemudian menyampaikan beberapa contoh penerapan Fisika di bidang kebumian. Dengan mempelajari bidang miring dan gaya gesek, kita dapat memperkirakan dan melakukan mitigasi bencana longsor. Penentuan reservoir minyak dan gas bumi dapat dilakukan dengan alat gravimeter yang memanfaatkan gaya pegas. Gelombang mekanik dan elektromagnetik yang dipelajari juga membantu proses eksplorasi minyak dan gas bumi.
Sesi selanjutnya diisi oleh Acep Purqon, S.Si., M.Si., Ph.D. Ia menerangkan bagaimana peran fisikawan di berbagai lini kehidupan, termasuk ke permasalahan sosial. Misalnya terdapat termoekonomi yang menjelaskan interaksi benda banyak atom sosial, sistem pertanian yang terintegrasi, pengolahan limbah, urbanfisika, bahkan hingga fisika yang khusus mengulik musik, olahraga, dan makanan.
“Mindset menentukan arah tindakan, tindakan itu yang akan membentuk kebiasaan. Fisika bukan sekadar pengetahuan yang penuh hafalan rumus dan membosankan. Ini adalah cara kita berkomunikasi dengan alam, hanya saja kita meminjam bahasa Matematika. Dengan tools ini Anda bisa menjawab isu-isu yang ada,” bebernya.
Yusmar Anggadinata sebagai narasumber terakhir juga mengatakan, bahwa alumni Fisika ITB bisa beradaptasi dengan berbagai lembaga pemerintahan. Contohnya adalah memproyeksikan financial market seperti gempa yang digunakan untuk membuat sistem peringatan dini dalam memonitor pasar modal.
“Ini bisa membantu negara kita membuat kebijakan sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis keuangan,” sambung Yusmar.
Kata Yusmar, fisikawan juga bisa menjadi ahli kebijakan pengembangan ekonomi, infrastruktur perwilayahan-kota, logistik, dan transportasi, seperti yang ia lakukan bersama PT LAPI ITB.
Latar belakang jurusan dapat berbeda dengan profesi yang dijalani, ahli Fisika pun dapat memenangkan nobel di bidang ekonomi, ujar Yusmar. Hal penting yang harus dipahami adalah peran kita kepada lingkungan dan masyarakat. “Untuk mendapatkan solusi, kita harus bisa mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Diskusi perlu dilakukan dengan teman atau guru yang memang ahli di suatu bidang, dari situ akan muncul berbagai sudut pandang baru dan memantik semangat kolaborasi,” pungkasnya.
Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)