FGD Bersama Menkes RI, ITB Siap Berkolaborasi dalam Mewujudkan Kemandirian Pelayanan Kesehatan
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id— Forum Group Discussion (FGD) Senat Akademik ITB kembali dilaksanakan dengan mengundang Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin untuk mendiskusikan “Kolaborasi Triple Helix dalam Mewujudkan Kemandirian Pelayanan Kesehatan.”
Acara tersebut diselenggarakan di Balai Pertemuan Ilmiah ITB yang juga dihadiri oleh Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Lucia Rizka Andalusia, Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., Ketua Senat Akademik Prof. Hermawan Kresno Dipojono, Ketua Komisi Penelitian dan Inovasi ITB Prof. Trio Adiono, ST., MT., Ph.D., Guru Besar, dan Dosen ITB, pada Kamis (14/7/2022). Sebelum melaksanakan FGD, Menkes terlebih dahulu meninjau produk-produk hasil riset ITB di bidang kesehatan bersama Rektor ITB, WRRI, Ketua SA, Ketua FGB, Dekan SF, dan jajaran dari ITB lainnya.
Prof. Reini menyampaikan rasa terima kasihnya atas kehadiran Menkes yang harapannya dengan forum tersebut ITB mampu berkontribusi demi mewujudkan kemandirian bangsa terutama dalam hal inovasi layanan kesehatan. Dengan prinsip triple helix, akademisi yang bekerja sama dengan regulator dan industri terus mencari cara agar produk-produk inovasi ITB bisa diterapkan di masyarakat.
Hal ini juga didukung oleh Menkes yang menyatakan dalam kerangka pengembangan riset inovasi di perguruan tinggi, kampus tidak dapat bekerja sendiri, diperlukan link and match dengan para pelaku industri. Menurutnya, anggaran kesehatan di Indonesia banyak digunakan untuk menyembuhkan orang sakit bukan menciptakan orang sehat sehingga perlunya tindakan promotif dan preventif. Di hadapan para senat akademik, Menkes menyebutkan berbagai peluang ITB untuk mengedukasi masyarakat dan intervensi pencegahan agar tetap hidup sehat terbuka lebar.
Pertama, transformasi layanan kesehatan primer untuk memenuhi kebutuhan tiap klaster siklus hidup secara menyeluruh. Peluang bagi ITB yakni memberikan alat yang menunjang 15 layanan kesehatan di posyandu terkait ibu hamil seperti, USG digital dengan bantuan Artificial Intelligence (AI), dan penguatan jejaring labkesmas tiap tingkatan untuk diagnostik dan surveilans.
Kedua, transformasi layanan rujukan di rumah sakit melalui optimalisai 54 RS jejaring kardiovaskular nasional. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 85% masyarakat Indonesia mengalami kematian karena penyakit jantung. Sekitar 50.000 anak dengan penyakit jantung bawaan tidak tertangani. Dalam forum, Budi menyebutkan harapannya di tahun 2024 terdapat layanan bedah jantung terbuka.
Ketiga, ketahanan kesehatan. Peluang bagi ITB yakni menyediakan bahan baku vaksin dan produksi jarum suntik. Pasalnya, sampai saat ini Indonesia masih belum bisa membuat jarum suntik sehingga produknya masihi impor. “Jangan sampai kita kekurangan bahan baku seperti awal pandemi,” ujar Budi
Keempat, tenaga kesehatan yang merata. Menkes mencontohkan saat ini pemerintah tengah fokus pada penanganan 4 penyakit penyebab kematian sekaligus pembiayaan tertinggi di Indonesia yakni jantung, kanker, stroke, dan ginjal. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya riset-riset terhadap penanganan penyakit tersebut karena minimnya jumlah dokter spesialis di Indonesia. Dengan kondisi ini, peluang bagi ITB dapat menciptakan alat-alat kesehatan yang mampu melakukan deteksi dini.
Kelima, aplikasi layanan kesehatan. Peluang ITB membangun platform untuk menampung aplikasi layanan kesehatan. Platform di sini bermaksud sebagai wadah untuk menaungi aplikasi yang berkaitan dengan layanan kesehatan. Sehingga, masyarakat dimudahkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Keenam, teknologi kesehatan. Teknologi dan kesehatan sudah sepatutnya berjalan beriringan. Perubahan lingkungan dan perkembangan zaman semakin membuka jalan riset dan inovasi di bidang kesehatan digencarkan. Peluang ITB yakni mengelaborasikan keilmuan yang ada di ITB dengan kesehatan.
Berbagai arahan dan masukan dari Menkes disambut baik oleh jajaran Senat Akademik ITB. Ketua Senat Akademik ITB, Prof. Hermawan Kresno Dipojono menyatakan akan segera menindaklanjuti arahan dan masukan dari Menkes dan menjadikannya bekal bagi pengembangan riset inovasi di ITB ke depannya.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)