Forestry Engineering ITB Beberkan Potensi Lapangan Kerja dan Peluang Berkarier bagi Sarjana Rekayasa Kehutanan

Oleh Cintya Nursyifa

Editor Cintya Nursyifa

JATINANGOR, itb.ac.id - Sedikitnya 33000 jenis pekerjaan kini membutuhkan SDM dengan latar belakang lulusan perguruan tinggi, termasuk industri kehutanan yang membutuhkan tenaga profesional yang ahli di bidang terkait. Belum banyak mahasiswa yang tahu mengenai hal tersebut, karena itu Prodi Rekayasa Kehutanan (Forestry Engineering) ITB melaksanakan pembekalan bagi mahasiswanya dengan kuliah wawasan profesi yang diadakan pada Kamis (19/11/15) bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU) II lantai 3 kampus ITB Jatinangor. Adapun tema yang dibawakan adalah "Prospek dan Peluang Berkarier di Bidang Kehutanan". Pembicara dalam kuliah tamu ini adalah Fredson Kotamena S.T., MPd selaku Direktur Human Resources Development (HRD) PT. Samko Timber Limited, perusahaan multinasional yang bergerak di bidang kehutanan. Kuliah tamu yang dihadiri oleh dosen dan mahasiswa Rekayasa Kehutanan SITH ITB ini dimoderatori oleh Dr. Eka Mulya Alamsyah (anggota Kelompok Keahlian Teknologi Kehutanan).

Menjadi pemuda yang beruntung, dapat berkuliah di kampus-kampus terbaik Indonesia selalu diimpikan banyak anak-anak Indonesia. Pendidikan tinggi (higher education) dapat membimbing anak-anak Indonesia untuk mempunyai mindset pemimpin, bukan lagi seorang pengikut. Dalam paparannya, Fredson menyampaikan pandangannya bahwa seseorang umumnya hendak menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi ternama dengan dilatarbelakangi oleh beberapa hal terutama peluang pekerjaan yang luas, lebih banyak hal yang dipelajari, meningkatkan kualitas hidup dan mempersiapkan diri menghadapi abad 21 utamanya dalam kerangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Prodi Rekayasa Kehutanan diharapkan dapat menjadi sarana yang mumpuni dalam memupuk bibit-bibit forestry engineer yang dapat memimpin dan memberi asa bagi bangsa.

Hutan Indonesia, Mutiara Dunia

Hutan merupakan sumber daya hayati nan penting bagi Indonesia mengingat perannya dalam menyediakan berbagai produk hutan, baik kayu maupun non-kayu, serta jasa lingkungan. Kawasan hutan membentuk lebih dari 70% luas daratan Indonesia dan mencapai lebih dari 130 juta hektar. Tak dapat disangkal lagi, potensi kehutanan Indonesia sangat besar bahkan menjadi komoditas yang dicari-cari negara asing, terutama negara beriklim temperata. Dianugerahi dua musim, ternyata mampu membuat pohon-pohon di Indonesia tumbuh sepanjang tahun bahkan tak dapat disaingi negara-negara lain. Dalam sebuah pameran di Malaysia misalnya, dengan bangga dipamerkan kayu-kayu yang notabene 100% Indonesia. Tak hanya kayunya, bahkan energi, keanekaragaman hayati hingga jasa lingkungan hutan Indonesia sangat dibutuhkan dunia. Selain itu, penanaman hutan yang marak justru mendukung misi perlindungan lingkungan di Indonesia. Namun seiring dengan pemanfaatannya, produktivitas hutan dapat disempurnakan melalui peremajaan. Guna membendung kemungkinan dominasi asing mendatang, sudah seharusnya bangsa ini mengoptimalkan potensi diri dan potensi hutan di Indonesia.

Kontribusi ITB dalam Mendukung Reforestrasi

Kelestarian hutan Indonesia saat ini terancam oleh tingginya laju deforestasi dan degradasi lahan. Pembangunan kehutanan Jawa Barat, merupakan bagian dari pembangunan nasional. Luas hutan di Jawa Barat hanya tertinggal 19% dari 21,3% yang tercatat sebelumnya. Diharapkan pada masa yang akan datang, luasan hutan di Jawa Barat dapat ditingkatkan melalui program-program rehabilitasi yang telah dan akan direncanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. ITB mendukung rehabilitasi dan reforestasi hutan dengan membuka prodi Rekayasa Kehutanan. Rekayasa Kehutanan merupakan interdisiplin ilmu kehutanan (Forestry Science) dan teknik (engineering) yang diaplikasikan dalam perekayasaan berbasis bioproses serta biosistem untuk menjaga kelestarian hutan, memanipulasi hutan agar pemanfaatannya dapat berkelanjutan, dan membangun serta mengkonstruksi hutan-hutan baru. Pendidikan dalam Rekayasa Kehutanan mengutamakan cara pandang holistik yang menempatkan hutan sebagai ekosistem yang harus dipelajari dalam konteks keterkaitannya dengan berbagai aspek lingkungan, ekonomi dan sosial-masyarakat.

Kompetensi teknis utama Rekayasa Kehutanan diarahkan untuk menjaga, memanipulasi dan membangun hutan menggunakan prisip-prinsip rekayasa untuk mencapai efisiensi energi dan materi yang optimal serta mengaplikasikan berbagai teknologi yang tersedia untuk membangun dan mengelola hutan. Salah satu produk yang juga sedang dikembangkan dan mulai dipasarkan adalah rumah tinggal dari kayu. Prospek rumah kayu ini sangat baik karena selain lebih ramah lingkungan waktu yang diperlukan untuk mendirikan rumah ini relatif lebih singkat dibandingkan rumah beton atau batu-bata. Selain itu Fredson menambahkan bahwa saat ini telah dikenal Wood Plastic Composite (WPC) sebagai pengembangan industri kayu ke depannya. Namun WPC masih belum dapat mengalahkan produk kayu Indonesia.

 

sumber: kehutanan.sith.itb.ac.id