Forum Guru Besar ITB Gelar Rapat Pleno dan Diskusi Bersama Menteri Ristekdikti
Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT
Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT
BANDUNG, itb.ac.id - Kamis (22/02/2018), Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB-ITB) menyelenggarakan kegiatan Rapat Pleno yang diadakan rutin setiap bulannya. Kegiatan kali ini dihadiri oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Republik Indonesia Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D, Ak, sebagai narasumber dengan topik “Kebijakan Teknologi Nasional”.
Bertempat di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah ITB, Jalan Surapati no 1 Bandung, kegiatan ini dihadiri juga oleh sejumlah Guru Besar ITB. Saat ini tercatat sebanyak 201 orang Guru Besar ITB yang aktif dan 48 orang yang sudah purnabakti.
Rapat Pleno dibuka oleh Ketua FGB-ITB Prof. Tutuka Ariadji, dilanjutkan dengan sambutan Rektor ITB Prof. Kadarsah Suryadi. Prof Kadarsah menuturkan peran dan fungsi Guru Besar. “Forum Guru Besar memiliki tiga fungsi, yang pertama mengawal nilai-nilai luhur ITB, yang kedua mengembangkan keilmuan masa depan, dan yang ketiga turut berkontribusi terhadap permasalahan bangsa. Dan hari ini adalah bagian dari peranan Forum Guru Besar untuk menjalankan ketiga fungsi tadi, “ ujar Prof Kadarsah dalam sambutannya.
Diskusi Forum Guru Besar ITB bersama Menristekdikti RI ini untuk membahas peningkatan akses, relevansi dan mutu perguruan tinggi dalam rangka menghasilkan SDM yang berkualitas. Saat ini dunia memasuki era globalisasi industri, yang mendorong tumbuhnya hubungan internasional yang semakin terbuka, sehingga akan berdampak pada terbentuknya perubahan atas peradaban bangsa, serta menimbulkan ketidakpastian dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi suatu negara. Untuk itu, dibutuhkan peranan perguruan tinggi dalam perkembangannya di bidang sains, teknologi, seni dan humaniora agar Indonesia mampu bertahan dan sekaligus mampu menumbuhkan kesejahteraan bangsa.
Berbagai pemangku kepentingan, tidak hanya perguruan tinggi, industri, dan juga dukungan pemerintah dalam menghadapi tantangan perubahan zaman tersebut. Karya-karya para guru besar dan sivitas akademika dengan berbagai bidang disiplin ilmu dapat ikut membantu pemerintah untuk menjawab permasalahan bangsa secara bersama-sama dari sudut kepakarannya masing-masing.
Jabatan guru besar merupakan mandat penugasan yang diberikan pemerintah kepada seorang dosen di perguruan Tinggi berdasarkan pengakuan kepakaran dan kecendikian dalam suatu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, seni, atau humaniora. Dengan kepakaran dan kecendekiannya, Guru Besar mempunya tanggung jawab yang ditunjukkan dalam kepemimpinan di bidang keilmuannya masing-masing, serta kemampuan untuk memupuk dan mengembangkan keunggulan dalam pelaksanaan Tridharma Pendidikan Tinggi. Selain itu, Guru Besar juga mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan dan menjaga nilai-nilai akademik, dan berkontribusi dalam pengembangan institusi. Konsep dan pemikiran Guru Besar tentang keilmuan masa depan, serta berperan dalam pengembangan peradaban dan penyelesaian permasalahan oleh bangsa Indonesia dan dunia.
Menteri Ristekdikti Prof Moh Nasir Sampaikan Perkembangan IPTEK di Indonesia
Mengawali paparannya, Menristekdikti Moh Nasir menyampaikan ekonomi masa depan berbasis inovasi dan teknologi. “Latar belakang saya yang di bidang accounting, tentunya berbeda dengan bapak-bapak yang di bidang engineering, tapi ini ada titik temunya, yaitu yang disebut financial engineering. Bagaimana membangun ekonomi masa depan yang berbasis pada inovasi atau engineering,” ujarnya. Menristekdikti Mohamad Nasir, dalam paparan selanjutnya menyampaikan tentang ekonomi Indonesia di mata dunia, peringkat daya saing dan inovasi di Indonesia, serta tantangan revolusi industri keempat dan ekonomi digital. Kemudian disampaikan Menristekdikti tentang perkembangan IPTEK yang akan dirasakan dunia menuju 2045, jumlah dosen dan publikasi yang dihasilkan dosen-dosen di Tahun 2017. Indonesia mau tidak mau harus meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan teknologi digital.
Nasir menekankan saat ini penelitian atau riset nasional sudah harus mulai mengikuti Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2015 - 2045, mulai dari kemandirian pangan, penciptaan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan, pengembangan teknologi kesehatan dan obat, pengembangan teknologi dan manajemen transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, pengembangan teknologi pertahanan dan keamanan, material maju, kemaritiman, manajemen penanggulangan kebencanaan, dan sosial humaniora seni budaya pendidikan.
Lebih lanjut Nasir menerangkan tentang program dan kebijakan kerangka sistem inovasi nasional untuk kesamaan langkah sebagai pengikat yang memberikan manfaat untuk meningkatkan potensi inovasi nasional. Inovasi tersebut menjadi pendorong kekuatan ekonomi nasional yang tentunya membutuhkan peranan akademisi, industri dan pemerintah.
Untuk tujuan tersebut, maka perlu ditingkatkan kemampuan lulusan di era revolusi industri keempat, dimana mahasiswa dan dosen harus mengikuti kompetensi inti yang sesuai dengan kebutuhan industri keempat. Paparan ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab antara Menristekdikti Moh Nasir dengan sejumlah Guru Besar ITB.