FSRD ITB Selenggarakan Diskusi dan Bedah Buku “Transposisi: Festival Literasi Budaya Visual”

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

Rektor ITB menyerahkan plakat kepada dua narasumber acara diskusi dan bedah buku dengan tema “Transposisi: Festival Literasi Budaya Visual” di FSRD ITB. (Foto: Adi Permana/Humas ITB)

BANDUNG, itb.ac.id—Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung selenggarakan diskusi dengan tema “Transposisi: Festival Literasi Budaya Visual” dan bedah buku “Transestetika” karya Prof. Dr. Yasraf Amir Piliang, M.A., Rabu (16/11/2022).

Kegiatan diskusi dan bedah buku tersebut merupakan bagian dari rangkaian awal acara Festival Literasi Budaya Visual FSRD ITB. Festival tersebut bertujuan untuk memperkenalkan penggabungan dua kelompok keahlian di FSRD ITB yaitu Kelompok Keahlian Ilmu Desain dan Budaya Visual dengan Kelompok Keahlian Literasi, Budaya, dan Media. Kedua KK bergabung menjadi KK Literasi Budaya Visual.

Menurut Prof. Yasraf, penggabungan tersebut berangkat dari kesadaran akan terdapatnya kecenderungan permasalahan dan fenomena yang semakin kompleks di dalam kehidupan manusia. “Untuk itu diperlukan pendekatan yang bersifat multidisiplin. Ilmu-ilmu yang semula bersifat monodisiplin berkembang menjadi interdisiplin bahkan transdisiplin. Penggabungan dua kelompok keahlian tersebut merupakan salah satu upaya untuk bisa tetap relevan di dalam dunia yang semakin kompleks ini,” ujarnya.

Prof. Dr. Yasraf Amir Piliang, M.A. (Foto: Adi Permana/Humas ITB)

Acara diskusi dan bedah buku dibuka secara langsung oleh Rektor ITB. Prof. Reini Wirahadikusumah. Dalam sambutannya, Rektor mengatakan, ITB harus memiliki semangat kepeloporan. Semangat untuk ikut membantu dan juga mengajak semua pihak untuk bersatu. “Sehingga kebermanfaatan ITB harus bisa dirasakan secara nyata oleh sekeliling,” kata Rektor.

Rektor menambahkan, berkaitan budaya, salah satu ciri kelompok yang berbudaya adalah memiliki inisiatif untuk bekerja sama dan bergabung. Ini bagus sekali. Artinya memahami penting kerja sama untuk memberikan kebermanfaatan lebih. Hal itu juga bisa dicerminkan pada aspek budaya ilmiah unggul yang saat ini tengah ITB gaungkan.

Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D. (Foto: Adi Permana/Humas ITB)

"Semoga acara ini bisa dimanfaatkan mahasiswa non-FSRD untuk lebih tertarik dengan budaya," ujarnya.

Sementara itu, Dekan FSRD, Dr. Andryanto Rikrik Kusmara, S.Sn., M.Sn., menyampaikan, ada tiga kekuatan besar yang ada di FSRD ITB saat ini. Pertama adalah tradisi berkarya, kedua memiliki pakar atau ahli di bidang konservasi sejarah dan studi kebudayaan, dan ketiga seni rupa di bidang digital.

Untuk itu, FSRD saat ini tengah membangun pusat desain dan juga GLAM: Galery, Library, Archive, and Museum. Sementara itu di Kampus ITB Jatinangor, FSRD ITB juga membuka program studi DKV yang disiapkan untuk menjadi pusat digital di FSRD ITB.

Setelah dibuka oleh Rektor, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dan bedah buku. Hadir sebagai narasumber pada acara tersebut adalah Dr. Suwarno Wisetrotomo (pengajar dan seniman dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta), dan Afrizal Malna (sastrawan Indonesia). Sesi diskusi dimoderatori oleh Dr. Acep Iwan Saidi, S.S., M.Hum.