Gaia Raih Juara I dalam Perlombaan Kewirausahaan Muda Terbesar Universitas Indonesia
Oleh Yasmin Aruni
Editor Yasmin Aruni
The 5th UI Studentpreneurs merupakan ajang perlombaan bertemakan kewirausahaan muda terbesar di Universitas Indonesia. Acara yang berlangsung sejak hari Selasa-Sabtu (16-20/02/2016) ini terdiri dari perlombaan business plan, seminar nasional, serta academy & young entrepreneurship summit sebagai acara puncak. Acara ini ditujukan untuk menanamkan nilai-nilai positif terhadap para wirausaha muda yaitu Impactful Entrepreneur dan High Innovation Business Idea.
Dari ratusan business plan yang masuk, terpilih 10 business plan yang berasal dari sepuluh tim terbaik. Selanjutnya, kesepuluh tim ini berangkat ke Universitas Indonesia untuk mengikuti rangkaian kompetisi yang terdiri atas sesi pelatihan, seminar, dan puncak kompetisi yaitu pitching final presentation di depan angel investor serta juri yang berasal dari berbagai perusahaan dan venture capitalists seperti David Soukhasing (Head of ANGIN of GEPI), Adi Putera Widjaja (Founder Garudapreneurs), Nazier Ariffin (Associate of Fenox Venture Capital), Melisa Irene (Associate of East Ventures), Joshua Agusta (Head of Indigo of MDI Ventures), dan Aryo Ariotedjo (Managing Partner GRUPARA. Inc).
"Pengalaman paling berkesan adalah saat pitching, karena kami pitching di depan investor. Pertanyaannya berbeda, menanyakan kesiapan kita, apa saja yang sudah terbayang. Mereka tidak menanyakan tentang business plan, tapi lebih menanyakan tentang kesiapan tim kami untuk menjalankannya nanti," tutur Titha - panggilan Nadia Talitha. "Setelah seminggu itu, kami mendapat pelatihan dan menghadiri seminar dengan pembicara yang unggul di bidangnya, akhirnya kami diberi waktu untuk mempresentasikan konsep bisnis & value dari bisnis kami, sehingga dapat mempersuasi para juri hanya dalam waktu dua menit," tambah Syarif.
Sekilas tentang Aplikasi Gaia
Gaia sendiri berawal dari kegelisahan para founder Gaia mengenai bagaimana cara dan sistem yang dapat dilakukan dalam menekan konsumerisme yang benar-benar terjadi disekitar, terutama di Jakarta. "Gaia mencoba mentransformasikan konsep sharing economy yang diharapkan dapat mendisrupsi sistem yang bermasalah ini dengan memanfaatkan konsep jasa, teknologi dan industri kreatif secara terintegrasi," ujar Fajar.
Gaia merupakan sebuah mobile app yang memfasilitasi penyewaan fancy dress yang dikhususkan untuk para wanita. Kelebihan dari aplikasi ini, selain memudahkan proses penyewaan barang-barang, Gaia memberdayakan desainer-desainer lokal. Tidak hanya sekedar profit, tetapi Gaia juga menjadi sebuah wadah untuk mengembangkan karya. "Bagi para designer lokal, seringkali kendala terbesar yang dihadapi ada pada masalah pemasaran, sehingga dengan memanfaatkan service, teknologi, dan industri kreatif melalui Gaia ini, kami percaya akan dapat membantu mereka (para desainer lokal - red)," tutur Syarif.
Konsep technology based business dipilih karena sekarang orang-orang menginginkan sesuatu yang cepat, mudah, dan dapat menjangkau seluas mungkin. "Selain itu, sekarang orang-orang banyak yang menggunakan smartphone. Intinya adalah untuk memberikan kemudahan mengakses," tambah Titha. Bisnis ini belum dapat diimplementasikan karena terkendala masalah dana dan waktu. Untungnya, melalui kompetisi ini Gaia dipertemukan dengan investor dan inkubator yang tertarik dengan ide ini. "InsyaAllah kami akan segera benar-benar mewujudkan bisnis ini," harap ketiga founder Gaia.
Perbedaan Jurusan dan Latar Belakang Berikan Nilai Lebih
Ketiga anggota Tim Gaia berasal dari jurusan yang berbeda satu sama lainnya yaitu Teknik Elektro, Teknik Perminyakan, serta Manajemen Rekayasa Industri. Latar belakang yang berbeda, memberikan keragaman di dalam internal Tim Gaia. "Walaupun konsep bisnis kami ini tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan kami, namun hal ini membuat kami dapat lebih meng-explore konsep yang kami miliki sekarang, kami dapat melihat segala kekurangan dan kelebihan dari sisi yang lebih beragam," tutur Syarif. "Sekilas dari latar belakang yang berbeda-beda ini bisa terlihat seperti kekurangan, dalam keberjalanannya ini malah menjadi kekuatan kami," lanjutnya.
Setiap anggota Tim Gaia memiliki perannya sendiri dalam keberhasilan produk mereka. Secara stuktural organisasi Gaia, Syarif yang berasal dari Teknik Perminyakan sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Gaia, bertindak sebagai komunikator, menjadi penghubung antara pihak GAIA dengan desainer sebagai bagian terpenting dari aplikasi Gaia. Fajar, dari Teknik Elektro bertindak sebagai Chief Technology Officer (CTO) yang bertanggungjawab untuk setiap informasi mengenai mobile apps yang menjadi platform kunci keberjalanan bisnis mereka. Titha dari Manajemen Rekayasa Industri berperan sebagai Chief Marketing Officer (CMO), memiliki peran vital dalam tim ini untuk mengerjakan bagian finansial dan pemasaran.
"Sebuah lomba yang bagus dan mampu merangkum hal-hal esensial dalam berbisnis secara komprehensif. Wadah seperti lomba-lomba semacam inilah yang diperlukan oleh mahasiswa ITB saat ini dalam mengaktualisasi diri, bukan berfokus agar menjadi sesuatu, tetapi agar dapat menyelesaikan sesuatu," terang Fajar ketika ditanya mengenai peran lomba untuk para mahasiswa ITB. Mengenai tips dan trik untuk mengikuti lomba, Syarif berpesan, "Jangan jadikan latar belakang kita sebagai batasan, namun jadikan sebagai modal awal kita untuk berkarya. Jika punya solusi/ide untuk menyelesaikan permasalahan, jangan ragu untuk mengambil peran itu."