GBA 2012: Bakar Semangat Pergerakan Aceh Melalui Pagelaran Drama Sendratari

Oleh Diviezetha Astrella Thamrin

Editor Diviezetha Astrella Thamrin

BANDUNG, itb.ac.id - Ratusan penonton memadati Gedung Sasana Budaya Ganesha ITB pada Sabtu (03/03/12) malam untuk menyaksikan Pagelaran Drama Sendratari Cut Nyak Dhien. Pagelaran yang diselenggarakan oleh Unit Kesenian Aceh (UKA) ini merupakan acara puncak dari rangkaian acara Gelar Budaya Aceh (GBA). Pada pagelaran ini ditampilkan tari-tarian adat Aceh dan drama perjuangan Cut Nyak Dhien melawan penjajahan Belanda.

Acara dibuka dengan sambutan dari ketua acara, Muhammad Ichsan (Teknik Perminyakan 2009), pembina UKA, Dr. Eng. Ir. T. A. Sanny, M.Sc, perwakilan Rektor ITB bidang Komunikasi dan Informasi, dan Sekretaris Daerah Jawa Barat, Ir. H. Lex Laksamana Dipl. HE.

Lex Laksamana mengatakan bahwa pagelaran drama sendratari semacam ini merupakan upaya positif untuk mengenalkan dan melestarikan kekayaan khasanah budaya bangsa. "Dengan acara-acara semacam ini, eksistensi seni dan budaya dapat dipertahankan," tegasnya. Pemukulan rapa'i, alat musik berupa gendang khas Aceh, sebanyak 3 kali meresmikan dibukanya pagelaran drama sendratari ini.

Pagelaran yang dibuka dengan Tari Ratoh Duek ini menceritakan kisah perjuangan Cut Nyak Dhien yang mewakilkan semangat Aceh. Kisah ini dikemas dalam pertunjukan drama tari yang menuntun para penonton ke dalam sebuah semangat yang mengagumkan. Pengemasan kisah dilakukan dengan berkolaborasi dengan beberapa unit seni budaya ITB maupun sanggar kebudayaan lainnya, seperti Sanggar Bungong Jeumpa dan Sanggar Tangan Seribu.

Drama bernuansa sejarah dengan pemeran utama Zahratul Kamila (Teknik Perminyakan 2010) ini semakin menghibur penonton dengan tarian-tarian adat diselipkan di dalam drama. Beberapa tarian yang disuguhkan dalam drama adalah Tari Beudoh, Tari Rapai Geleng, Tari Ranup Lumpuan, dan Tari Saman Gayo. Tari Saman merupakan tarian asli suku Gayo dan merupakan tarian pertama yang diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia.

"Saya senang sekali karena acara GBA ini mendapat respon yang bagus dari masyarakat. Mudah-mudahan dengan pagelaran drama sendratari ini, kami dapat menanamkan sebuah semangat berkebudayaan Aceh yang tiada mati ke dalam pikiran tiap hadirin," kata Ichsan.

Pagelaran ditutup dengan penampilan Rafly, seorang penyanyi Aceh yang terkenal, dan grup musiknya. Rafly sukses membangkitkan antusiasme penonton pada penghujung acara dengan membawakan beberapa lagu Aceh. Usai Rafly menyanyi pun penonton masih bersorak-sorai dan bertepuk tangan dengan riuh, sehingga Rafly menyanyikan sebuah lagu lagi. Lagu Aceh yang berjudul Meukondroe menjadi lagu final dari penampilan Raffly. Penutupan kemudian dilanjutkan dengan penampilan Jroeh, pemusik asal Aceh yang membawakan lagu Bungong Jeumpa.