Gelar Budaya Aceh IV
Oleh
Editor
Bandung, itb.ac.id - Sabtu malam (5/5), lapangan basket Campus Centre tampak meriah. Ada panggung yang cukup besar dan sederhana, namun gemerlap dengan sinar lampu sorot dan sebuat topi adapt ala Aceh yang cukup besar di pojok Selatan. Malam itu, Unit Kebudayaan Aceh (UKA) ITB memang tengah mengadakan “Geladr Budaya Aceh IV”, sebuah pagelaran seni yang menampilkan tarian, musik dan lagu khasi Aceh.
Cukup banyak tarian khas Aceh yang ditampilkan malam itu. Selain tarian dari mahasiswa ITB yang tergabung di UKA, ada juga penampilan dari seniman Aceh, sanggar kesenian Aceh di Bandung dan juga dari teman-teman Aceh di Jogjakarta, dari Mahasiswa Gayeo Jogja. Bukan hanya tari Saman saja. Ada banyak jenis tarian aceh yang cukup menarik. Tari Tareek pukat misalnya. Dalam tarian itu, dengan posisi duduk rapat pejajar dan gerakan yang sedemikian rupa, para penari dapat membuat jalinan jarring dan ditunjukkan kepada penonton di akhir tarian.
Selain tarian, ada juga penampilan lagu dan musik khas Aceh. Pada Gelar Budaya Aceh IV ini, panitia mengundang Rafly “Kande”, salah satu seniman Aceh yang cukup sering tampil di ajang kesenian internasional. Rafly membawakan sekitar 3 lagu dan juga mengajak penonton bernyanyi bersama. Walau dalam kebanyakan lagu hanya diiringi dengan gitar, namun suaranya yang khas sangat indah untuk didengar. Keluarga PAduan Angklung(KPA) juga turut memeriahkan acara ini. KPA berkolaborasi dengan seniman Aceh membawakan lagu Bungo Jeumpa.
Gelar Budaya Aceh sebelumnya diadakan 4 tahun yang lalu. “Tsunami 2004 lalu membuat kami lebih focus ke situ. Kami mengadakan penyuluhan kepada adik-adik korban tsunami. Nama kegiatannya Saweu Gampong,” Hayatu Wardani(PL04), ketua acara ini menjelaskan alasan vakumnya Gelar Budaya Aceh selama 4 tahun ini. “Sekarang sedang ingin dihidupkan lagi, karena orang-orang sekarang tahunya Aceh hanya punya tari Saman saja, padahal ada banyak jenis kesenian,” lanjutnya.
Acara malam itu cukup ramai. Bukan hanya dipenuhi oleh mahasiswa ITB saja, tetapi juga masyarakat Aceh yang ada di Bandung. Panitia sendiri menujukan acara ini untuk semura orang Aceh yang ada di Jawa. Selain dapat emnikmati kesenian Aceh, di acara ini pengunjung juga dapat menikmati masakhan khas Aceh dan membeli souvenir khas Aceh .
Cukup banyak tarian khas Aceh yang ditampilkan malam itu. Selain tarian dari mahasiswa ITB yang tergabung di UKA, ada juga penampilan dari seniman Aceh, sanggar kesenian Aceh di Bandung dan juga dari teman-teman Aceh di Jogjakarta, dari Mahasiswa Gayeo Jogja. Bukan hanya tari Saman saja. Ada banyak jenis tarian aceh yang cukup menarik. Tari Tareek pukat misalnya. Dalam tarian itu, dengan posisi duduk rapat pejajar dan gerakan yang sedemikian rupa, para penari dapat membuat jalinan jarring dan ditunjukkan kepada penonton di akhir tarian.
Selain tarian, ada juga penampilan lagu dan musik khas Aceh. Pada Gelar Budaya Aceh IV ini, panitia mengundang Rafly “Kande”, salah satu seniman Aceh yang cukup sering tampil di ajang kesenian internasional. Rafly membawakan sekitar 3 lagu dan juga mengajak penonton bernyanyi bersama. Walau dalam kebanyakan lagu hanya diiringi dengan gitar, namun suaranya yang khas sangat indah untuk didengar. Keluarga PAduan Angklung(KPA) juga turut memeriahkan acara ini. KPA berkolaborasi dengan seniman Aceh membawakan lagu Bungo Jeumpa.
Gelar Budaya Aceh sebelumnya diadakan 4 tahun yang lalu. “Tsunami 2004 lalu membuat kami lebih focus ke situ. Kami mengadakan penyuluhan kepada adik-adik korban tsunami. Nama kegiatannya Saweu Gampong,” Hayatu Wardani(PL04), ketua acara ini menjelaskan alasan vakumnya Gelar Budaya Aceh selama 4 tahun ini. “Sekarang sedang ingin dihidupkan lagi, karena orang-orang sekarang tahunya Aceh hanya punya tari Saman saja, padahal ada banyak jenis kesenian,” lanjutnya.
Acara malam itu cukup ramai. Bukan hanya dipenuhi oleh mahasiswa ITB saja, tetapi juga masyarakat Aceh yang ada di Bandung. Panitia sendiri menujukan acara ini untuk semura orang Aceh yang ada di Jawa. Selain dapat emnikmati kesenian Aceh, di acara ini pengunjung juga dapat menikmati masakhan khas Aceh dan membeli souvenir khas Aceh .