Mengenal Beragam Tarian Aceh Lewat Acara UIOS 2019

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya akan budaya. Budaya merupakan identitas dan nilai luhur suatu bangsa yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya dengan harapan dapat terus lestari sepanjang masa. Hal inilah yang dilakukan oleh Unit Kebudayaan Aceh (UKA) ITB  pada acara UKA-ITB On Stage (UIOS), di Aula Timur ITB, Sabtu (16/3/2019) lalu.


Di tengah kemajuan teknologi yang kita rasakan, dengan kemampuannya menembus batas-batas geografi, bukanlah penghalang untuk melestarikan budaya yang kita miliki, karena di dalamnya terdapat muatan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tersimpan. Melalui acara UKA-ITB On Stage ini mengingatkan kembali, khususnya bagi generasi milenial bahwa ada suatu nilai yang lebih penting dilestarikan dibanding dengan kesibukan di dunia maya.

Ketua Acara UKA-ITB On Stage, Hafizh Muyassar (Matematika 2017), menyebutkan, bahwa ada lima penampilan tarian Aceh dalam acara tersebut yaitu Rapai Geleng, Saman, Ranup Lampuan, Ratoeh Duek, dan tarian Tarek Pukat yang merupakan tarian baru yang dipelajari dan ditampilkan dalam acara ini.  Kelima tarian tersebut memiliki arti dan makna tersendiri, misalnya Tari Ranup Lampuan, sebagai persembahan untuk tamu yang datang. Ranup berarti sirih, sedangkan Lampuan berarti “dalam puan”, di mana sirih dalam puan melambangkan kehangatan persaudaraan bagi masyarakat Aceh. 

Kemudian, Tarek Pukat yang menceritakan aktivitas para nelayan saat menangkap ikan di laut, biasa dibawakan oleh tujuh wanita atau lebih dengan menggunakan tali sebagai atribut menarinya. Tarian ini dimaknai sebagai gambaran sikap gotong royong dan semangat kebersamaan masyarakat Aceh yang direfleksikan dalam sebuah seni tari. 

Penonton ikut bersorak saat salah satu gerakan dalam rapai geleng yakni penari melemparkan rapainya ke udara yang kemudian ditangkap  dan dimainkan lagi. Tari rapai geleng merupakan tarian dengan tujuan utama sebagai syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan menjelaskan bagaimana hidup dalam masyarakat sosial.

Unit Kebudayaan Aceh merupakan unit budaya yang ada di ITB dengan fokus mempelajari seni dan kebudayaan Aceh, anggotanya tidak hanya mahasiswa ITB dari Aceh melainkan juga orang dari luar Aceh, kata Ketua Unit Kebudayaan Aceh Ummi Nadra Irham (Manajemen 2019). “UIOS adalah bentuk kontribusi sekaligus bentuk pelestarian budaya bagi mahasisiwa Aceh dan UKA itu sendiri dengan menampilkan tarian khas Aceh kepada massa kampus,” ujarnya.

Pembina Unit Kebudayaan Aceh ITB, Dr.Ing. Zulfiadi ST, MT mengajak mahasiswa ITB menguasai minimal satu tarian di unit manapun di ITB. Karena berdasarkan pengalamannya ketika di Jepang, ia dituntut untuk menampilkan sebuah tarian khas Aceh dalam sebuah pagelaran budaya di Jepang tahun 2004. Ia berharap, Unit Kebudayaan Aceh agar kedepanya lebih berkembang dan lebih maju lagi, serta  dapat memperkenalkan budaya Aceh. “Tak hanya di Indonesia. Namun juga dimanapun kita berada,” ujarnya.

Reporter: Ahyar (Magang IJA 2019)