Gelar Diskusi Kebangsaan, Majalah Ganesha ITB Gugah Semangat Pemuda untuk Maknai Eksistensi Pancasila

Oleh Anin Ayu Mahmudah

Editor Anin Ayu Mahmudah

BANDUNG, itb.ac.id – “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru hingga akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia,” ungkapan tersohor dari Bung Karno tersebut membuktikan bahwa pemuda Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai institusi pendidikan yang mencetak kader-kader penerus bangsa, ITB tentu juga memerhatikan penanaman nilai-nilai luhur kebangsaan bagi mahasiswanya. Melalui salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Majalah Ganesha-Kelompok Studi Sejarah Ekonomi dan Politik (MG-KSSEP), ITB menunjukkan komitmennya untuk terus mencetak lulusan yang berjiwa Pancasila dengan menggelar acara diskusi kebangsaan.

“Walaupun ITB kampus yang berbasis ilmu dan teknologi, kami ingin menunjukkan pada masyarakat luas bahwa mahasiswa ITB juga punya nilai-nilai kebangsaan dan menjunjung tinggi Pancasila,” ujar Samuel Gerald, Kepala Divisi Eksternal Majalah Ganesha. Bekerja sama dengan Pemuda-Pemudi Kedaulatan Pancasila (Padikapas), diskusi kebangsaan bertajuk ‘Pancasila sebagai Sistem Paripurna’ sukses digelar pada Selasa (04/04/17) di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan No. 5, Bandung.

Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, acara disambung dengan sambutan dari Dr. Ruly Darmawan M.Sn. (Dosen Seni Rupa ITB) selaku perwakilan penyelenggara. Dalam sambutannya, Ruly menyampaikan bahwa sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak bisa terlepas dari peran para pemuda. Setelah merdeka pun pemuda tetap menjadi elemen penting dalam keberjalanan negara. Oleh karena itu, penting sekali untuk membekali para pemuda dengan semangat kebangsaan. Diskusi yang dihadiri oleh mahasiswa ITB, BEM STHB, BEM UPI, BEM Poltekkes Kemenkes, dan beberapa LSM ini kemudian dipandu oleh Kurnia Sandi Girsang (Menteri Koordinator Sosial Politik Kabinet KM ITB) sebagai moderator. Menghadirkan lima narasumber dari berbagai kalangan, diskusi semi-formal ini dibagi menjadi dua sesi yaitu sesi pemaparan dan tanya-jawab.

Tinjauan Aspek Historis

Pemaparan pertama disampaikan oleh akademisi dan budayawan dari Itenas, Aris Kurniawan S.Sn., M.Sn.. Aris menjelaskan bahwa Pancasila tidak dibuat dalam sekejap mata, melainkan dalam waktu yang lama dan kontinu. Ia juga menegaskan bahwa Pancasila merupakan produk budaya asli Indonesia dan sebuah identitas yang membedakan Indonesia dengan negara lainnya.

Founding fathers kita merumuskan Pancasila tidak asal-asalan. Banyak catatan sejarah yang menjadi referensi cikal bakal lahirnya Pancasila, sebut saja Panca Kucika, Cihala Dwipa, Swarna Dwipa, Warana Dwipa, dan Jawa Dwipa. Kelimanya merupakan intisari ajaran dari beberapa prasasti di Indonesia. Ada juga sumpah palapa yang diucapkan oleh Patih Majapahit yang tersohor, Gajah Mada. Beberapa peninggalan Kerajaan Mataram Kuno juga turut memberikan sumbangsih terlahirnya Pancasila, seperti Candi Prambanan yang memiliki filosofi “Para Pengemban Negara”. Di akhir, Aris menekankan pentingnya membangun manusia Indonesia seutuhnya, terutama para pemuda dengan jiwa Pancasila.

Pemaparan berikutnya disampaikan oleh Ketua Umum Serikat Pekerja Kimia, Energi, dan Pertambangan, R. Abdullah. Beliau banyak menceritakan pergeseran budaya di Indonesia, dari budaya agraris, industri, hingga ke masyarakat reformasi dan demokrasi seperti saat ini. “Tahun 98 menjadi tonggak bagi bangsa Indonesia memasuki era yang baru dan pemuda tidak bisa lepas dari hal itu. Setelah era reformasi, banyak terjadi perubahan tata nilai kehidupan masyarakat dari segi politik, ekonomi, sosial, dan budaya,” tutur Abdullah.

Pentingnya Membangun Mental dan Jiwa Pancasila

Narasumber selanjutnya yaitu Iskandarsyah Siregar, Kepala Pusat Studi Ketahanan Nasional Universitas Nasional. Dalam pemaparannya banyak disinggung akan pentingnya membangun bangsa dengan mental percaya diri. Pembangunan mental tentu harus didampingi dengan pemupukan nilai Pancasila. “Hal ini dapat diawali dari tingkatan diri sendiri yaitu dengan menjadikan diri Anda sendiri sebagai manusia Pancasila,” tegas beliau. Pemaknaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari juga perlu dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia. Setelah mental terbentuk, barulah mengasah kualitas dan skillnya. “Saya yakin SDM Indonesia itu unggul dan layak bersaing di kancah internasional. Dalam peningkatan mutu, perlu diperluas lagi kesempatannya,” ucap beliau.

Di akhir pemaparan, beliau menitipkan pesan kepada para pemuda, “Bedakan pemimpin dan penguasa. Janganlah kalian mengejar jabatan saja, memimpin tidak harus menjabat kok. Ketika mau bermanfaat bagi sesama, jadilah pemimpin dengan jiwa Pancasila.” Dilanjutkan oleh pemaparan dari Galih (Pancasila Center) dan Dr. Rudi Alfian (Pendiri Majelis Kebangsaan Pancasila jiwa Nusantara) mengenai materi tataran ideologis hingga praktis tentang Pancasila dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kepedulian Mahasiswa Terhadap Bangsa

Dr. Ruly Iskandar pun mengakhiri acara dengan sebuah closing statement, “Saya kurang sepakat dengan paradigma umum bahwa mahasiswa sekarang kehilangan roh dan idealismenya. Seperti fenomena gunung es, itu hanya di kulit saja. Nyatanya peserta diskusi hari ini diluar ekspektasi saya sebelumnya. Saya bersyukur bahwa ternyata kita tidak sendiri, dalam menyalakan semangat kebangsaan. Masih banyak pemuda di luar sana yang peduli terhadap bumi pertiwi. Terimakasih sekali kepada Majalah Ganesha ITB dan Padikapas sebagai penyelenggara. Saya yakin semangat teman-teman semua akan menular. ”


Reporter : Hanafi Kusumayudha (Fakultas Teknologi Industri 2016)
ITB Journalist Apprentice 2017


Sumber gambar : dokumentasi penulis