Geonara 2025: Langkah Nyata Mahasiswa ITB Atasi Masalah Persampahan di Desa Cikasungka dan Cikancung
Oleh Nur Asyiah - Mahasiswa Rekayasa Pertanian, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa Rekayasa Infrastuktur Lingkungan angkatan 2023 melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Cikasungka dan Desa Cikancung, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung selama 8 hari, sejak 20-27 Januari 2025.
Gorila 2025: Geonara, nama kegiatan pengabdian masyarakat ini, merupakan aksi mahasiswa untuk membantu warga setempat menghadapi persoalan tentang persampahan dan masalah sanitasi. Gorila 2025: Geonara menjadi ajang bagi mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan diri dan menerapkan berbagai materi kuliah dalam mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. Kegiatan ini juga bertujuan mengubah stigma masyarakat tentang persampahan dan supaya lebih peduli dengan kebersihan lingkungan.
Dilaksanakan di dua desa, pengabdian ini terbagi menjadi 2 tim besar, tim ganjil dan tim genap. Program pengabdian tim ganjil meliputi pembuatan rumah maggot, revitalisasi taman, serta sosialisasi kepada anak-anak SD/MI mengenai maggot, pemilahan sampah, biopori serta penyuluhan tentang pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan sabun. Sementara itu, tim genap memiliki program pengabdian yang berfokus pada revitalisasi TPS dan juga pembuatan rumah maggot. Tak cukup berbeda dengan tim ganjil, tim genap juga mengadakan sosialisasi mengenai maggot serta penyuluhan tentang pemanfaatan sampah organik untuk membuat pupuk.
“Salah satu program kami memang menyasar pada anak-anak SD/MI yang berada pada radius 1 kilometer dari desa. Anak-anak dapat membawa sampah-sampah organik dari rumahnya, yang kemudian dimasukkan ke rumah maggot untuk diolah. Harapannya kegiatan ini dapat menjadi kegiatan rutinitas mereka,” ujar Aisyah, Ketua Geonara.
Genoa 2025 melibatkan lebih dari 80 orang, termasuk mahasiswa dan masyarakat yang berkontribusi positif dalam kegiatan ini. Aisyah mengatakan, para stakeholder di desa tersebut sukarela membantu mahasiswa dalam pembuatan dua rumah maggot. “Untuk mempercepat pembangunan dan agar lebih efisien, kami juga menyewa tukang dalam pembuatan rumah maggot. Namun, mahasiswa dan para stakeholder juga terlibat dalam pembangunan rumah maggot ini,” katanya.
Selama 8 hari, mahasiswa berhasil membersihkan tumpukan-tumpukan sampah di TPS yang sudah tertimbun selama 8 bulan. Aksi ini mampu membuat tampilan baru TPS di Desa Cikasungka menjadi lebih bersih. Selain itu, mahasiswa melakukan perbaikan dan penambahan biopori.
Ke depannya Aisyah dan tim akan memantau desa tersebut secara berkala. “Kami juga belum berkesempatan untuk mengajak anak-anak SD ke rumah maggot yang kami bangun. Ke depannya akan kami agendakan untuk mengajak anak-anak berkunjung ke rumah maggot dan mengajari anak-anak tentang pemanfaatan maggot dalam mengolah sampah organik,” tuturnya.
Permasalahan sampah memang cukup kompleks dan tidak bisa diselesaikan dengan satu solusi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan langkah kecil yang dapat membuka kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengelola sampah dan menjaga kebersihan lingkungan. Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi desa lainnya sehingga masyarakat dapat secara mandiri melakukan pengelolaan sampah.
Reporter: Nur Asyiah (Rekayasa Pertanian, 2021)